i

708 71 19
                                    

Jam terakhir yang isinya mapel sejarah hari ini, Sekar gunakan untuk membolos karena ia belum mengerjakan pr dari dua minggu yang lalu. Gadis itu kini tengah nongkrong di area parkir motor siswa kelas sepuluh seraya menikmati sebatang rokok.

Kenapa disini? Karena gerbang belakang―satu-satunya jalan menuju warung pak Bejo sudah dijaga oleh satpam baru, tentu saja Sekar tidak bisa keluar lewat sana di jam pelajaran seperti ini.

Kebetulan, CCTV yang ada di parkiran ini rusak sejak tiga hari yang lalu karena ulah jahil siswa berandalan dan belum diganti atau diperbaiki hingga sekarang.

Sekar menoleh saat bahunya ditepuk, ada Gina dibelakangnya. Gadis itu segera mengambil tempat disamping Sekar.

"We kok iso rene cok? Jam e Bu Lastri sek suwe iki," tanya Sekar dengan raut bingung.

(Kamu kok bisa kesini? Jamnya Bu Lastri masih lama ini.)

Gina tertawa, "aku pamit nyang jeding, terus roh kowe nang kene. Tak parani lah."

(Aku izin ke toilet, terus liat kamu disini. Aku samperin lah.)

Sekar menganggukkan kepalanya, kembali menghisap batang rokok ditangannya lalu mengeluarkan asapnya lewat hidung.

"Ndang balik kono, ngerti dewe lambene Bu Lastri nek kadong nyocot isine saru kabeh."

(Cepetan balik sana, tau sendiri mulut Bu Lastri kalo udah ngomong isinya ngundang emosi semua.)

"Halah, diseneni rungokne," ujar Gina enteng, ia kemudian berdiri dan menepuk-nepuk roknya.

(Halah, dimarahin ya dengerin.)

"Ape mampir kantin disek aku, luwe. Melu gak?" tanya Gina yang langsung dibalas gelengan oleh Sekar.

(Mau mampir kantin dulu aku, laper. Ikut gak?)

Gina mengacungkan jempolnya lalu segera pergi dari sana meninggalkan Sekar yang sudah mengeluarkan batang rokok keduanya lalu mematik korek api untuk membakar ujung gulungan nikotin bersifat candu itu.

Bosan, Sekar keluarkan ponselnya. Dia adalah kaum miskin kuota, dan untung saja, sekolahnya mempunyai fasilitas wifi yang bisa diakses dengan mudah oleh para siswa.

Jarinya bergerak lincah diatas layar, asyik melihat timeline instagram miliknya hingga ia berhenti pada satu foto.

"Anying, perasaanku wedokane uduk ngeneki deh rupane. Raine ra sepiro, sek ayu aku lah," dumel Sekar seraya memandangi foto sang mantan bersama gandengan barunya dari yang terbaru.

(Anying, perasaanku ceweknya enggak kayak gini deh mukanya. Mukanya ga seberapa, masih cantik aku lah.)

Sekar yakin, satu Minggu lalu saat ia meminta putus, wajah sosok gadis yang menjadi gandengan sang mantan masih sedikit enak dipandang. Namun yang sekarang dipamerkan berbeda lagi.

Sekar berani sumpah kalau Bek Yah yang punya kantin soto legendaris di SMA ini masih jauh lebih cantik meski usianya sudah tidak lagi muda.

Gadis itu mendengus malas, lalu menyimpan kembali ponselnya dan melamun. Padahal, Sekar itu sempurna. Cantik, tinggi, putih, langsing. Kurang apa Sekar sampai-sampai ia dikhianati dan disakiti oleh para laki-laki?

"Aku ayu tapi kurang gatel," gumam Sekar lalu kembali menghisap batang rokoknya.

(Aku cantik tapi kurang gatel.)

Tiba-tiba saja, perkataan Gina Minggu lalu kembali terngiang di kepalanya. Apa memang seharusnya Sekar cari pacar perempuan saja?

Dilihat-lihat hubungan Gina dan Nanda yang keliatannya seperti main-main malah masih langgeng hingga sekarang. Sedangkan dirinya? Jangan ditanya berapa kali Sekar berakhir putus karena pacarnya selingkuh dengan orang lain.

Widodari ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang