10. akhir dari semuanya?

114 13 0
                                    

Adel lagi-lagi terbangun karna suara alarm yang berisik mengejutkannya. Seperti kemarin Adel bangun, mandi, lalu sarapan setelah memakai pakaian yang rapih. Berangkat ke kampus menggunakan mobil dengan jalanan yang masih saja macet.

Saat sampai dikelas Adel langsung duduk dikursinya dan melihat ulang tugas yang ia kerjakan semalaman, presentasi di depan kelas yang menurut dosennya masih belum cukup baik bahkan masih terasa kaku.

Setelah pulang dari kampus, Adel berencan mengajak Feni untuk makan bersama di restoran dekat studio lukisnya. Saat sampai di restoran Adel terlihat sedikit tegang dan terus menerus melihat ke arah tangga yang menghubungkan dengan lantai atas.

Seorang pria dewasa yang mungkin umurnya lebih tua sepuluh atau belasan tahun dari Adel, turun dari lantai atas tersebut dan langsung disambut oleh Adel.

"Kak." panggil Adel.

"Iya, Del?" jawab pria itu mendekat ke arah Adel berdiri.

"Feni, kenalin ini guru ngelukis aku." Adel memperkenalkan pria itu.

"Pelukis handal ini, bakal jadi seniman yang sukses dimasa depan." Kekeh pria itu sambil menunjuk Adel.

Adel tersenyum dan membungkukan sekilas tubuhnya lalu memberi jalan untuk pria itu lewat.

Setelah makan di restoran, Adel mengantarkan Feni pulang ke apartemen, saat kalimat berpamitan sudah di sampaikan Adel keluar dari apartemen Feni dan masuk mobilnya.

Seperti biasa Feni melambaikan tangannya ke arah Adel dari kaca apartemen, sampai hari-hari berlalu dan mereka tetap melakukan hal yang sama, berkencan lalu pulang ke apartemen atau Adel mengunjungi apartemennya, lalu saat Adel akan pulang ke rumahnya Feni akan melihat dari jendela kaca dan melambaikan tangan, sehingga membuat Feni merasa sedikit aneh dan mungkin bosan?

୫୫୫

Malam ini Adel berulang tahun, ia menyewa sebuah cafe untuk merayakannya bersama Feni sang kekasih dan teman kampus, dengan menyanyikan lagu ulang tahun dan memotong kue yang sudah teman-temannya siapkan Adel bermaksud memberi potongan pertama ke Feni.

Feni menggigit potongan kue yang Adel suapkan ke mulutnya, lalu disisa potongan kue yang masih berada ditangan Adel ada sesuatu yang berkilauan, Adel mengambil benda tersebut dan ternyata cincin perak dengan memegang cincin itu Adel menatap mata Feni dalam.

Feni yang melihat itu menutup mulutnya tak percaya, "tunggu dulu, Del."

Belum sempat Adel mengucapkan sepatah kata, Feni berbicara lagi. "Bisa kita keluar dulu?"

"Kenapa?"

"Ikut aja, tolong." Feni berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar cafe terlebih dahulu yang diikuti Adel dari belakang.

"Ya?"

"Adel, semenjak aku balik dari jepang aku merasa kamu selalu disamping aku. Kamu ngertikan? Aku ga tau nama kamu, engga ada harapan kita bakal ketemu lagi, tapi aku ada samping kamu. Apa itu mungkin? Ngerasa kayak gini? Aku engga pernah nyadarinnya."

"Lalu kamu nemuin aku."

"Engga, aku nemuin seorang asisten dosen yang tinggal disebuah kota besar yang sangat beradab, sopan, dan baik."

"Tapi Feni, aku memang seorang asisten dosen yang tinggal di kota besar. Aku bukan Lio, bukan juga seorang sutradara film. Itu hanya sandiwara semacam permainan peran, inilah aku yang sebenernya--"

"Engga."

"---maksudnya?"

"Kamu itu Lio yang penuh energi dan bersemangat, kamu lagi sandiwara doang sekarang, memainkan peran sebagai orang biasa yang memainkan pola tertentu, yang melakukan hal-hal yang itu bukan kamu, Adel. Semuanya palsu, kamu ngomong sama gunung-gunung yang berada di sisi kanan kiri jalan itulah kamu, Adel. Ada apa dengan kamu?."

Adel menatap Feni tak percaya, menggelengkan kepalanya pelan, "ada apa dengan kamu, Feni? Itu bukan siapa-siapa, itu hanya ada di dalam imajinasi kamu, mungkin kamu bayangin itu aku, tapi inilah aku, Feni. Yang lagi berdiri dihadapan kamu, beginilah aku."

"Kamu yakin?" tanya Feni setengah berbisik.

"Iya, aku paham, Feni."

Feni menatap mata Adel dalam, "kalo begitu sekarang aku lagi sama orang lain, Del. Aku lagi nyari orang lain, dia pernah jadi milik aku. Aku engga pengen ini, Semuanya hancur--" Nafas Feni sedikit tersengal karna menahan air mata.

"---dan berantakan, tapi ini udah terjadi." Perlahan Feni mengalihkan pandangannya lalu berjalan pergi meninggalkan Adel yang
masih berdiri kebingungan disana. Ia tidak bisa melakukan hal apapun saat Feni mengatakan hal yang menyakitkan itu, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah diam dan berpura-pura tidak terjadi apapun.

Bersambung.

















⛆Its0nesky⛆

If You With Me (AdelxFeni) [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang