006. Fugl

11 6 4
                                    

12.25
Rabu, 25 September 2024
2174 Kata

ENJOY!

🌒👑🌘

"Rumahmu besar sekali," kagum Arran sembari matanya berbinar takjub.

Bangunan rumah Fugl persis seperti di pedesaan. Hanya saja rumah ini ditopang oleh beberapa pohon besar. Benar sekali! Ini seperti rumah pohon berukuran super jumbo.

Fugl tersenyum tipis disusul dengan tawa kecil. "Ah, tidak. Rumahku dihuni oleh keluarga besar, Arran. Oh, iya, jangan lupakan beberapa asisten dan tabib. Mereka juga tinggal di sini bersama keluarga kecilnya. Sebab itulah rumah ini besar, karena penghuninya banyak. Mencapai lima puluh orang," jelas Fugl ringan. Ia melangkah masuk ke pekarangan rumahnya.

Dedaunan di ranting pohon menjulur menutupi beberapa bagian rumah. Ada pula yang menjulur di jendela. Arran menatap bangunan ini dengan mulut terbuka lebar. Tampaknya lelaki itu sangat takjub dengan apa yang dilihat.

"Baiklah, sekarang, mari masuk. Di sana ada tangga." Fugl menunjuk dengan dagu. Sementara ia sedari tadi masih menggendong Arran.

Flo pula mengikuti arah pandang Fugl, kemudian mengangguk. Sedari tadi gadis itu berjalan di sebelah Fugl.

Arran mengerjap sejenak, ia menjentikkan jari teringat sesuatu. Remaja usia delapan belas tersebut menarik pelan kerah baju yang Fugl kenakan. Menatap antusias. Sementara Fugl segera menundukkan pandangan, bertanya dengan isyarat.

"Flo bilang, Harpy memiliki sayap cokelat dan kaki seperti cakar burung. Bolehkah kau menunjukkan itu? Aku ingin lihat. Sekalian terbang ke rumah," tutur Arran begitu polos. Ia menunjuk rumah pohon selayaknya mansion. Nyengir kuda dengan apa yang barusan ia ucapkan.

Fugl menaikkan sebelah alis. Iris kelabu itu menatap iris hijau Arran. Sementara Flo menepuk jidat cukup keras. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala. "Arran, itu tidak sopan," ucap Flo akhirnya.

"Itu bukan masalah besar, Flo," sangkal Fugl sembari melemparkan senyuman lebar. Rambut hitam panjangnya dimainkan angin. "Kau naik lewat tangga, ya? Aku akan terbang sesuai permintaan Arran. Arran, bersiaplah."

Fugl makin mengeratkan gendongan. Sementara iris Arran melebar senang. Sayap cokelat gelap muncul dari punggung Fugl. Lelaki itu merentangkan sepasang sayap lebarnya. Hal itu berhasil membuat Arran berteriak takjub. Remaja ras Manusia itu bertepuk tangan memuji.

"Pegangan yang kencang, Arran," instruksi Fugl sembari mengulas senyuman ramah.

Arran mengangguk antusias, merangkulkan lengan pada leher jenjang milik Fugl. Berteriak senang saat Fugl mulai mengepakkan sayap naik ke atas.

"Wow! Itu sangat keren! Kapan-kapan ajari aku terbang, ya?" pekik Arran senang begitu mereka mendarat di teras rumah. Sejenak ia melupakan sepasang kakinya yang membengkak. Mereka diam di sana beberapa saat guna menunggu Flo tiba.

Fugl tertawa renyah. Bahkan iris kelabunya sempat tenggelam. Rambut hitam panjang nan bergelombang itu makin banyak jatuh ke pandangan. "Kapan-kapan aku ajak kau berkeliling Schomopy dengan naik di punggungku. Mau? Doakan semoga aku dapat cuti lebih panjang dari istana, ya," gurau Fugl dilanjut dengan tawa yang sama.

Arran mengangguk. Fugl segera masuk begitu Flo tiba di teras rumah. Orang-orang dari berbagai usia melakukan beragam aktivitas. Fugl menyapa keluarga besarnya dengan begitu ramah. Di sini kira-kira ada sepuluh anak kecil yang sedang main lari-larian. Sepertinya rumah Fugl tidak pernah sepi.

"Hei, Panglima yang Gagah, siapa mereka?" tanya seorang wanita. Berusia sekitar lima puluhan, jika mengikuti usia manusia.

"Allo, Mama. Ini Arran Abercio dan Floare Blestem. Mereka kakak beradik. Tadi kami bertemu di pasar dan Arran memiliki sedikit masalah dengan kakinya. Sebab itulah aku membawanya pulang," jelas Fugl. Ia mendekat ke arah wanita itu lantas membungkuk sejenak. Mencium kening sebagai salam, tanpa melepaskan Arran dari gendongan.

O1 || ARRAN : The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang