4. realita budak corporate

8.8K 557 7
                                    

---

Asher mengetuk pintu ruang kerja Callum sambil membawa setumpuk kertas di tangannya.

“Masuk.”

Setelah mendengar panggilan dari dalam, Asher perlahan membuka pintu dan berjalan menuju meja Callum, yang sedang sibuk menatap layar laptop.

“Selamat pagi, Pak. Saya ingin menyampaikan laporan akhir terkait rencana investasi kita di perusahaan teknologi ini. Setelah analisis mendalam, kami menyimpulkan bahwa investasi ini cukup menguntungkan, dengan proyeksi ROI sebesar 15% dalam dua tahun pertama. Semua detailnya sudah saya kirim melalui email,” ujar Asher sambil meletakkan dokumen di meja Callum.

Meskipun mendengarkan, Callum masih fokus menatap layar laptop di depannya. “Baik, Asher. Saya sudah melihat sekilas. Tapi ada beberapa hal yang membuat saya ragu. Kenapa angka risikonya terasa terlalu rendah? Apakah kamu sudah mempertimbangkan volatilitas pasar teknologi yang sangat fluktuatif?”

“Ya, kami sudah memperhitungkan fluktuasi itu, Pak. Tapi kami yakin diversifikasi portofolio yang kami lakukan akan membantu mengurangi dampak dari risiko tersebut,” jawab Asher dengan percaya diri.

Callum menghela napas, matanya beralih yang kini menatap Asher. “Tidak cukup, Asher. Pasar teknologi ini sangat tidak stabil, apalagi kita berencana masuk ke startup yang masih muda. Saya butuh proyeksi yang lebih konservatif dan analisis risiko yang lebih rinci. Tambahkan skenario terburuk, jangan hanya fokus pada skenario optimis.”

“Baik, Pak. Saya akan revisi dan tambahkan skenario terburuk,” ujar Asher, berusaha tetap tersenyum sebelum keluar dari ruangan Callum dengan sedikit berat hati.

***

Beberapa jam berlalu, dan sudah memasuki waktu makan siang. Namun, Asher masih sibuk di depan layar komputernya, sesekali menggerutu kesal sambil menyalahkan Callum dalam hati.

Tyler berdiri dari mejanya dan melirik ke arah Asher yang tampak tegang. “Lu belum beres juga?”

“Belum,” keluh Asher, tanpa menoleh. “Ini si Callum sialan, harus pake revisi segala.”

Tyler tertawa kecil, senang melihat temannya dalam kesulitan. “Ayo makan dulu, Ash. Kerjaannya bisa lu lanjut nanti.”

Asher mendengus kesal. “Gak bisa, Lu aja duluan sama Luke. Gue gak bakal tenang kalau kerjaan ini belum kelar.”

Tyler memutar matanya, merasa heran. “Yaudah, terserah lu.” Ia pun berbalik menuju kantin untuk makan siang.

Asher tetap fokus mengerjakan revisinya sampai akhirnya selesai. Ia bergegas menuju ruang kerja Callum. Tanpa mengetuk pintu, Asher langsung masuk dan terkejut melihat Callum sedang makan siang.

“Maaf, Pak...” Asher buru-buru hendak mundur dan menutup pintu, tetapi Callum menghentikannya.

“Masuk saja, Asher.” Callum menepikan makanannya dan membersihkan tangan dengan tisu.

“Pak, saya sudah melakukan revisi. Saya tambahkan skenario terburuk, dengan mempertimbangkan volatilitas pasar dan fluktuasi harga saham di sektor teknologi.” Asher meletakkan dokumen yang telah direvisinya di meja Callum.

Callum mengambil dokumen itu dan membacanya sejenak. “Saya lihat kamu sudah perbaiki, tapi angka kerugian masih terlalu rendah. Apakah kamu sudah memasukkan risiko kenaikan suku bunga global yang bisa memengaruhi pendanaan startup?”

“Kami menganggap suku bunga tidak akan naik signifikan dalam waktu dekat, jadi risikonya kecil.”

“Kamu tidak bisa hanya menganggap begitu,” ujar Callum tegas. “Pasar global penuh ketidakpastian, dan kita harus antisipasi semua kemungkinan. Revisi lagi, tambahkan dampak dari kenaikan suku bunga, plus kemungkinan kegagalan startup ini dalam dua tahun pertama.”

Caught in boss's grip (BL, END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang