Disclaimer: I don't own anything except the plot. Characters belong to the Greatest J.K Rowling.
Harry Potter / Dramione Fanfiction.
Writer notes: Sudah banyak fanfiction dengan ide serupa, namun author ingin membuat cerita tema ini dengan ide sendiri. Mohon Maaf kalau ada kesamaan tema cerita dengan milik author yang lain.
Enjoy!
_________________________________________________________
Castor Greengrass menatap putrinya dengan tatapan heran. Gadis itu akhir-akhir ini menjadi super ceria tanpa sebab. Meskipun di olok-olok, telinganya seperti menutup rapat karena ia tak bergeming. Anak keduanya tetap bersiul-siul senang, Castor hampir khawatir jika anaknya terkena gangguan pikiran dan kejiwaan.
"Astoria, kau tak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja, Father." Astoria menoleh dan mengangguk.
"Tentu karena kau baik-baik saja, aku sedikit khawatir."
"Aku memang sedang senang.. tak perlu mengkhawatirkanku."
Castor merenyitkan dahinya. Dalam hatinya, ia menjadi khawatir akan apa yang akan terjadi. Entah putrinya itu memiliki ide lain untuk dilakukan. Lelaki itu tak sanggup lagi untuk membereskan kekacauan yang dibuat gadis itu. Perusahaannya sudah limbung, keluarganya adalah satu-satunya yang harus ia lindungi sekarang. Keberlangsungan kehidupan Istrinya, dirinya dan Daphne yang damai taruhannya.
Demi Merlin, Castor juga tak bisa membiarkan keluarganya hancur bersama dengan Astoria yang sedang bergerak menghancurkan dirinya sendiri. Daphne seharusnya masih memiliki masa depan yang panjang. "Astoria. Aku minta maaf karena mengatakannya, tapi tolong, jangan terus menerus menghancurkan keluarga kita. Kakakmu harus menata masa depannya, begitupula denganmu."
"Father. Aku akan menyelamatkan keluarga kita. Percayakan padaku, kau akan melihat keluarga kita kembali dihormati oleh dunia sihir."
"Apa maksudmu?"
Astoria hanya mengerlingkan matanya, membuat sang ayah kebingungan dibuatnya.
______
Karena perut yang semakin membesar, Hermione mengakui jika dirinya semakin kewalahan melakukan aktifitasnya sehari-hari. Bahkan hari ini ketika mengajarpun, Profesor Snape berbaik hati untuk mengambil alih kelasnya ketika dirinya terduduk lemas, dan entah kenapa dirinya pusing kepala.
"Berapa usia kandunganmu?"
Hermione mengangkat kepalanya, sedikit takjub karena profesornya yang dulu sangat acuh dan dingin padanya kini mengajaknya bicara. "Sekitar enam bulan menuju tujuh bulan, mungkin.."
"Jika aku membuatkanmu ramuan, apakah kau akan mempercayaiku untuk meminumnya?" sang profesor tampak sibuk memasukkan bahan ini dan itu, mengajaknya berbicara tanpa melihat kearahnya. "Atau kau masih tak bisa mempercayaiku karena aku adalah mantan pela—"
"Profesor!" Hermione sedikit menyentak sebelum Snape keceplosan mengatakan bahwa dirinya mantan pelahap maut dihadapan murid tahun keempat. Memang bukan kebohongan, namun tak perlu lagi dunia sihir mengingatnya karena keadaannya kini sudah sangat damai pasca perang. Profesor Snape juga kini sudah kembali mendapatkan reputasi sebagai seorang profesor. "Aku akan meminum ramuan apapun yang kau buat asal baik untuk kandunganku."
Snape mengangkat salah satu alisnya, tersenyum tipis. "Sepertinya kau terlalu lelah mengajar murid-murid berotak kosong." Setelah dua puluh menit dengan keheningan, Snape berbalik sambil menyodorkan sebuah gelas bening berisi ramuan. "Tak perlu kujelaskan panjang lebar. Ramuan itu baik untuk kandunganmu" Membelakangi Hermione, Snape berdiri tak bergeming. Namun, tak juga beranjak, membuat wanita itu berpikir sang profesor mungkin masih ingin bercakap-cakap dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal - Dramione
Fanfiction"Apakah kau, Draco Lucius Malfoy bersedia menghargai, menjaga dan menghormati Hermione Jean Granger sebagai istrimu dan mencintainya dalam suka dan duka sampai maut memisahkan?" "Ya" "Apakah kau, Hermione Jean Granger bersedia menghargai, menjaga da...