12. Ayah, Bunda dan Honeymoon

27 7 0
                                    

"Opa yang buat kita nggak bersatu,"

.
.
.
.
.

“Bang Eros, selamat ya! Weh udah ngiket Windu aja. Kita masih sekolah perasaan, bang,” ujar Ocean menyalami Eros.

“Nikahnya kan habis kalian lulus, formalitas aja sih, gua nggak mau ada yang macarin Windu, jagain ya Sean,” ujar Eros dengan penuh percaya diri.

“Dih posesif!”

Eros tertawa saja mendengar ejekan dari si bungsu Batara itu. Eros sebenarnya bingung dia harus menganggap Ocean dan Windu sebagai keponakan atau saudara setingkat, tapi mendengar Ocean yang memanggilnya abang, berarti Ocean dan Windu itu setingkat dengan Eros, dan bukanlah anak dari kakak atau adik saudaranya yang lain seperti Iku atau Jiata.

“Eh, bentar ya gua mau cari keponakan gua dulu. Lu lihat Jie sama Iku nggak?” kata Eros yang tiba-tiba teringat sosok kedua keponakan rusuhnya itu.

“Jie tadi di meja snack, tapi kalo Iku… Sean nggak tau ya, nggak lihat lagi setelah acara prosesi abang tadi,”

“Sama bang Deri?”

“Iya, tadi sama bang Deri sih lengket banget,”

“Ya iyalah, anaknya. Ngaco lu!”

Eros pun pergi meninggalkan Ocean sendiri. Sebenarnya Ocean juga penasaran kemana perginya Iku, adik kelasnya itu terlihat berbeda dengan saat di sekolah.

Sementara itu di taman yang berada di antara Paviliun dan rumah utama, masih ada keluarga Joe di sana, namun Iku tergantikan oleh Opa Joe yang kini tengah memarahi anak dan menantunya sebab sudah gagal mendidik Iku dan malah sibuk sendiri-sendiri dengan urusan mereka.

“Opa sudah, jangan marah Ayah sama Bunda lagi,” cegah Iku dengan menarik tangan Joe yang memang lebih besar darinya.

Joe tiba-tiba terpesona dengan sosok Iku yang memang belum pernah dia lihat lagi rupanya seperti apa selama ini. Iku selalu menolak untuk pergi bersamanya, bahkan menolak didatangi ke rumah. Sekarang Iku menjadi remaja yang cantik dan begitu mempesona seperti Bunda nya, Joe sampai tidak percaya kalau di depannya kini adalah sosok cucu keduanya setelah Jiata.

“I-ini Niku?” tanya Joe tidak percaya.

Joe yang lebih tinggi dari Iku membuat Iku menatapnya dengan mendongak. Kenapa ya orang dewasa di sekitar Iku sekarang seperti raksasa semua bagi Iku yang bertubuh kecil.

“Iya, Opa… apa Opa masih sakit pinggang? Iku dengar dari kak Jie kalo Opa sering mengeluh sakit pinggang setiap kak Jie main ke rumah Opa. Apa sekarang masih sakit pinggang?” ujar Iku dengan begitu santai.

Ayah menatap tidak percaya dengan bagaimana si bungsu menanggapi Joe begitu santai. Bahkan emosi yang sebelumnya untuk memberikan protes padanya juga Dania sekarang terlihat tidak ada sama sekali, Iku sudah menjadi sosok anak yang polos dan ceria lagi sekarang.

“Eyy tidak dong!” Joe langsung menegakkan tubuhnya setelah mendengar pertanyaan dari Iku. “Bang Jie memang sering bertemu Opa saat Opa sedang sakit pinggang, tapi tidak melulu sakit pinggang dong, ini acara keluarga kita masa Opa sakit sih, nanti acaranya gagal kalo Opa sakit,”

“Iya, ya,” jawab Iku sekenanya. “Opa, mulai hari ini Iku ikut Om Eros boleh? Ayah sama Bunda mau honeymoon katanya, mereka mau sayang-sayangan tanpa Iku… biar nanti kalau kita ketemu lagi semakin terasa kekeluargaannya, Ayah sayang Bunda, Bunda sayang Ayah, terus Ayah dan Bunda sayang Iku… boleh Opa?”

Joe menatap tidak percaya pada cucu nya itu, “dengan senang hati sayang, Om Eros masih tinggal bersama Opa, artinya nanti pulang dari sini kita pulang bareng ya,”

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang