Last Chapter

359 34 34
                                    

Entah sudah berapa kali First mondar mandir tidak jelas keluar masuk vilanya hanya untuk memeriksa kotak surat kosong didepan sana. Ini sudah akhir bulan tapi First belum juga menerima surat cinta yg biasa dikirim oleh Khaotung padanya. Jika diingat kembali harusnya ini sudah bulan kesembilan dari kehamilan Khaotung. Atau bahkan mungkin anaknya sudah lahir kedunia ini. Tapi kenapa Khaotung belum memberinya kabar seperti bulan bulan sebelumnya?

"Kau yakin tidak terselip dimana pun?"

First mengacak tumpukan dokumen dokumen yg ada diatas meja kerjanya. Berharap surat yg dia nantikan terselip disana.

"Saya sudah memeriksanya berkali-kali tuan tapi memang tidak ada apapun."

"Apa terjatuh dibawah kotak surat seperti waktu itu?"

Dengan langkah cepat First kembali membawa tubuhnya keluar vila untuk memeriksa kembali siapa tau surat tersebut benar terjatuh disana.

Nihil, tidak ada surat apapun disana. Bahkan kepala kotak surat tersebut sampai hampir terlepas karena First membukanya dgn kasar.

Khaotung memang tidak mengiriminya surat hari itu. First masih mencoba untuk berpikir positif, mungkin saja Khaotung sedang sibuk.

Hari hari berlalu begitu saja, surat yg dinantikan oleh First pun sama sekali belum mendatanginya. Apa mungkin Khaotung melahirkan dan tidak sempat menulis surat untuknya?

Tapi, kini sudah sebulan penuh dan sama sekali tidak ada tanda tanda Khaotung mengiriminya surat lagi. Bahkan First hampir berkemah disamping kotak surat kalau saja Aleena tidak menyeret kakaknya itu kembali masuk kedalam vila. First hampir gila hanya karena sepucuk surat yg tidak kunjung Khaotung kirim padanya.

"Apa terjadi sesuatu pada mereka?"

"Jika kau sangat mengkhawatirkannya, kenapa tidak mencarinya?"

"Aleena kau tau Khaotung akan menyakiti anakku jika aku tetap berusaha mencari mereka. Aku juga ingin segera menemui mereka, tapi apa yg bisa aku lakukan?"

Aleena mendengus kesal, "kau akan menyesal jika benar terjadi sesuatu pada mereka." Dengan sedikit amarahnya Aleena melenggang pergi meninggalkan kakaknya yg bodoh karena dgn mudahnya percaya Khaotung akan menyakiti anak mereka.

First masih dengan pendiriannya, tidak memerintahkan orang orangnya untuk mencari Khaotung. Hingga setahun berlalu dan Khaotung masih belum juga memberinya kabar sedikitpun tentang anak mereka.

Dari surat terakhir yg dikirimkan oleh Khaotung, First menyimpulkan jika Khaotung memang sudah tidak membutuhkannya lagi. Tidak ingin lagi membagi kabar tentang keadaan anak mereka. Dia benar-benar menghukum First sesakit mungkin.

Apa Khaotung hidup dgn layak?
Apa mereka makan sampai kenyang?
Apakah anaknya laki-laki atau perempuan?
Apa dia sudah bisa berjalan?
Apa mereka bahagia sekarang?

Pertanyaan pertanyaan yg sama slalu berputar didalam pikiran First setiap harinya. Berbagai pertanyaan yg entah kapan akan menemui jawabannya.

●○●○●○●○

"Paman akan merindukanmu."

Ken memeluk erat seorang anak laki-laki berusia 14 bulan. Anak manis yg sebentar lagi tidak akan pernah dia dengar tawa dan tangisnya. Mereka akan pergi jauh, entah akan kembali lagi atau tidak.

"Anda yakin tidak ingin saya antar sampai ketempat tujuan?"

Sudah ketiga kalinya Ken menanyakan hal yg sama pada Khaotung. Mereka akan pergi, Khaotung memutuskan untuk membawa anak laki-lakinya pulang ke kampung halamannya. Meskipun tidak ada seorangpun yg akan membantunya disana, tapi Khaotung tetap memutuskan untuk pergi. Setidaknya dia dan anaknya akan merasa lebih tenang tinggal sejauh mungkin dari kota yg membawa luka dalam hidupnya.

KARMA (FirstKhaotung) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang