0.4

28.7K 2.1K 12
                                    

❛❛Happy Reading❛❛







PRANG

Suara pecahan gelas yang di lempar oleh seorang pemuda, yang saat ini tengah berdiam diri, duduk di sebuah kasur king size, di sebuah ruangan. Ia terdiam mengumpulkan nyawanya yang belum terkumpul. Ya, pemuda itu baru saja terbangun dari mimpinya, mimpi yang selalu ia sebut sialan.

BRAK

"ANJING, LU KENAPA JER," Terlihat seorang pemuda, yang baru saja datang dengan penampilan khasnya yang jauh dari kata rapi. Menatap khawatir orang yang saat ini masih mematung, entah apa yang pemuda itu pikirkan.

Tanpa menjawab orang itu pun langsung turun dari kasur berniat masuk ke kamar mandi, yang memang tersedia di ruangan ini. ia butuh waktu untuk menenangkan pikiran nya yang sudah kacau. pergi begitu saja, seolah melupakan keberadaan seseorang yang saat ini tengah menahan rasa kesalnya.

BRAK

ANJING

"sabar kay sabar..

•••


Disisi lain.

Di sebuah mobil yang saat ini di isi oleh keheningan, hawa dingin menyeruak membuat sang supir merinding merasakan hawa tersebut.

Sepa, ia bingung harus mencari topik apa lagi, pasalnya sedari tadi hanya ia yang berusaha mencari celah agar bisa berbicara dengan si kembar yang saat ini duduk Berdempetan. Ya mereka bertiga duduk di kursi belakang, sempit? Itulah yang di rasakan si kembar, beda dengan sepa, ia merasa luas luas saja toh dengan tempat duduknya, dan si kembar memang sengaja Berdempetan. seakan tak ingin dekat dengan orang yang melahirkan mereka, Sephanie Azxlyn Smith, yang saat ini jiwanya di isi oleh sepa, melihat dua pemuda itu tak ingin berdekatan dengannya membuat hatinya terasa ngilu, sakit itu yang dia rasakan, mungkin ini adalah perasaan asli pemilik tubuh ini.. pikirnya.

"eum, cuaca hari ini terlihat bagus bukan?,"

Salah satu dari mereka mengangguk.

"Kalian lapar?,"

kali ini gelengan.

"ingin mampir ke suatu tempat?, "

dan yah! Gelengan lagi.

Hah!

Sudahlah sepa menyerah, setiap ia bertanya pasti hanya akan di jawab anggukan ataupun gelengan, itupun hanya satu dari mereka yang melakukan itu, Xavier Luen Smith, Seorang pemuda yang memiliki wajah tegap dan datar, namun ada kesan manisnya, berbeda dengan sang kakak Javier Lyen Smith, yang hanya memiliki wajah tampan tanpa ekspresi.

dan sepa mengagumi visual mereka..


•••

Sebuah gedung menjulang tinggi, berdiri di antara gedung gedung tinggi lainnya, sebuah perusahaan ternama di ibu kota, di isi oleh banyaknya karyawan yang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Sama hal nya seseorang pria yang saat ini tengah menghadap tuannya.

"Dia menjemputnya?," Suara bariton itu menggema, keluar dari mulut seorang yang saat ini tengah memunggungi sang bawahan, memutar kursi yang berakibat kepadanya juga. Kini wajah tampannya terlihat, wajah berwibawa dengan pahatan tegas dipadukan dengan mata elang yang selalu menatap tajam apapun.

Bawahan itu mengangguk, "y-ya tuan, nyonya menjemput mereka," Pengakuan darinya membuat pria berwibawa itu terdiam sejenak, dengan kepala mengangguk pelan.

"Tidak biasanya, "

•••

Langkah kaki itu berjalan sedikit tergesa, dengan sang kakak yang menggenggam erat tangan sang adik kembaranya, di ikuti sepa yang senantiasa mengikuti mereka dari belakang, sepa berjalan pelan sembari menatap sendu punggung dua orang yang kini menjadi anaknya.

"Mereka menghindar?,"lirihnya, bertanya kepada dirinya sendiri, memegang dadanya yang terasa nyeri, selalu seperti ini.

"Harusnya phanie bawa aja perasaan ini," sepa, ia sungguh tak kuat dengan perasaan ini, seperti ada ribuan panah yang menusuk.. Memang ia terbiasa di kehidupan yang dulu selalu di abaikan oleh ayahnya, namun itu tidak berpengaruh kepadanya. ini perasaan phanie asli, sepa yakin itu, ia harus bisa, ia harus kuat, sepa akan merubah segalanya..

Sepa berjanji!

"Sekarang sepa harus ngapain?," Ujaranya lesu, mendudukkan pantatnya ke sopa, menghela nafas, hah!kedua putranya sudah menghilang dari pandangannya, mungkin mereka sedang beristirahat di kamar lantai atas.

"Sepa keliling aja deh, itung - itung supaya ga tersesat di rumah ini hehe" Putusnya, yang langsung saja berdiri dari acara duduk manisnya, seperti menatap intens setiap ruang demi ruang yang ia lewati di rumah ini, ralat ini mansion! ah atau mungkin istana? Entahlah sepa tak kan memusingkan hal itu, kini matanya berbinar setelah menemukan sebuah taman di belakang mansion, sangat indah, meski terlihat polos..sebab taman ini hanya di isi dengan rumput rumput hijau dan sebuah ayunan berbentuk sarang burung, hanya itu, namun masih terlihat indah di mata sepa.

"nanti sepa mau tanam bunga disini," batinnya.

Tersenyum lembut, kembali memandang sekitar mansion, mendongakkan Kepala, matanya tak sengaja bertemu dengan netra seseorang yang memang sedari tadi menatap gerak gerik nya. Sepa terkekeh melihat xavier yang gelagapan setelah ketahuan sedang mengintip, rupanya anak itu menatapnya dari balik gorden jendela atas, kepalanya hanya nampak sebelah, dan sepa tau itu xavier, pantas saja ia merasa seperti ada yang memperhatikan nya, ternyata..

"fpthhh------




Srek

Setelah menutup gorden, xavier pun langsung memegang dadanya yang berdetak cepat, ia merasa gugup, jangan lupakan wajahnya yang saat ini memerah, membuat javier yang sedari tadi anteng duduk di kasur pun terheran.

"kenapa?," Ujar javier, membuyarkan xavier yang melamun.

"Kak, kaka, lu ngerasa ga sih, kalo___," xavier jadi ragu mengatakannya, pasalnya saat ini javier tengah menatap nya datar, menelan ludahnya kasar..

Javier mengangkat satu alisnya seolah bertanya, 'apa?'

"ee-e k-kalo ada yang berbeda dari mommy," Ungkapnya cepat, xavier menutup matanya rapat, seolah siap menerima semburan apapun dari kakanya itu, pasalnya kakaknya itu sangat sensitif jika berbicara tentang mommy nya.

Namun bukan lontaran kasar yang ia dapatkan, malahan ia melihat sang kakak mengangguk an kepalanya. Xavier berbinar.

"Iya kan Kak, mommy pasti mau beru___," Ucapannya terhenti tat kala melihat javier yang memasuki kamarnya, dan membanting pintu secara kasar.

Brak.

"bah." Lanjut nya terdengar lirih, xavier menatap sendu kamar kaka kembarnya itu, mereka satu ruangan namun beda kamar.

"Xavier harap.. Mommy berubah." lirihnya memohon, ia sangat berharap akan hal itu..

Begitu juga dengan javier yang saat ini menyandarkan tubuh nya di pintu, memejamkan matanya, menahan rasa sakit di hati nya, ia tak bisa berbohong, ia pun mengharapkan itu,

"Javier harap, mommy berubah,"

Bagaimana pun, mereka hanya dua orang remaja yang di paksa menjadi dewasa sebelum waktunya, namun..sedewasa apapun mereka, ada kalanya mereka menginginkan sesuatu yang besar di hidupnya..

Kasih sayang..









Typo tandain!!!

SEPA [TRANSMIGRASI BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang