009. Ada yang Aneh

8 5 0
                                    

12.14
Rabu, 02 Oktober 2024
2637 words

ENJOY!

🌒👑🌘

"D-darah …." Tangan Arran bergetar hebat. Keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhnya. Mencengkeram pakaian kuat-kuat. Mencoba menekan hasrat gilanya.

Lelaki itu meringkuk di tepi sungai. Membiarkan cipratan air terjun membasahi tubuh. Membiarkan tubuh makin menggigil. Anehnya, meskipun demikian, kerongkongannya panas terbakar.

Iris semerah darah tenggelam. Urat-urat leher bertonjolan. Lelaki itu masih sibuk bergelut dengan sosok lain di dalam dirinya. Arran berteriak tertahan. Air mata kesakitan menitik. Lelaki itu terengah-engah. Tubuhnya makin basah.

"D-darah, d-darah … aku b-butuh darah." Iris merah kelam miliknya terbuka lebar. Seringaian terbit di bibir Arran. Ia menatap dua tubuh yang tertidur dengan tatapan liar.

Seringaian Arran kian lebar. Pupil merah darah membesar. Taring di kedua sisi gigi memanjang. Tak pelak air liur menetes. Tubuhnya gemetar berdiri, menghampiri Fugl dan Flo. Matanya berkilauan seakan-akan hendak menyantap makanan lezat. Lelaki itu, benar-benar gila. Dia tidak seperti Arran. Lebih mirip dengan setan.

"Darah …," desis rendah terdengar serak. Seringaian kian meninggi. Air liur Arran sudah tak terkendali.

Namun, belum sempat ia menyentuh salah satu dari Flo dan Fugl. Arran mencengkeram kepala kuat-kuat. Teriakan tanpa suara, sungguh menyayat hati. Mata merahnya terlihat begitu kesakitan, serta sayu. Air panas mengalir makin deras. Kerongkongan kian tercekat, serta panas. Arran berusaha keras melangkah menjauhi dua kawan baiknya. Kembali bergelut dengan diri sendiri.

"A-aku gila. A-apa … a-apa yang barusan a-ku lakukan, huh? Arran, k-kau gila! Akh—" Arran kembali meringkuk.

Sesenggukan menahan hasrat haus darah. Tubuhnya terasa remuk. Ia terus bergelut dengan sosok asing yang kini berusaha menguasainya.

"Aku … a-aku tetap butuh d-darah. Akh, gila! Sinting! Edan! Arran stres!" maki Arran pada diri sendiri. Suaranya berbeda, lebih berat serta serak.

Tangannya mengepal memukuli kepala sendiri. Menjambak rambut hingga kulit kepala memanas. Seumur hidup, Arran tak pernah mengalami hal ini. Sungguh, ini benar-benar aneh dan tidak manusiawi.

Bagaimana mungkin ia ingin membunuh sahabat sendiri hanya demi meminum darahnya? Itu sungguh gila!

"A-apa yang terjadi padaku?" lirih Arran putus asa. Pasalnya, ia terus berusaha mendekati Flo dan Fugl. Namun, Arran terus menolak tindakan tersebut.

Arran mencoba menenangkan diri. Iris merah kian memerah, serta bengkak. Ia bergegas memejamkan mata kala hasrat gila itu kembali menggila. Arran terhuyung bangkit, pergi meninggalkan teman-temannya.

"Ayolah, apakah di hutan ini tak ada binatang?" keluh Arran masih terus berusaha menekan keinginan sinting itu.

"Aku merasa … s-seperti sekarat," lirih Arran putus asa. Jalannya kian terhuyung-huyung. Pandangan yang semburat merah kian meredup. Bahkan suhu tubuhnya makin dingin.

Arran mengembuskan napas berat. Gemetar ia duduk bersandar di pohon besar. Ia tak berani pergi jauh dari teman-temannya.

Ia menarik napas panjang. "Tuhan … a-apakah a-aku akan m-mati?" tanya Arran lirih.

Lelaki itu memejamkan mata perlahan. Menelan ludah susah payah. Air mata kembali meluncur mulus. Napasnya masih memburu. Ia benar-benar tidak menyangka. Lepas kematiannya di dunia manusia, semua menjadi kian menyakitkan. Perjalanan ini … bahkan Arran tanpa sadar mengakui perannya sebagai pangeran.

O1 || ARRAN : The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang