11.

98 11 1
                                    

Yuko kembali pada hangatnya rumah setelah dua minggu tak pulang. Kebetulan rumah kosong karena Dobby sedang bekerja dan Rayi juga sedang kuliah. Ia masuk ke dalam kamar kemudian merebahkan tubuhnya. Nampak kamar yang sangat sederhana. Ranjang yang dipannya tidak pernah di ganti. Lemari kayu jati begitu gagah ada di sisi ranjang. Ada pula nakas kecil. Yang membuat istimewa kamar Yuko adalah pajangan dinding yang berisi foto dirinya, Winata dan kedua putranya. Yuko tak pernah melewatkan momen berharga dalam sebuah gambar yang bisa berkissh selamanya.

Terkadang, Yuko melepas rindunya bersama gambar-gambar itu. Ada pula foto Indrawan dan Mira yang berfoto bersama Yuko dan Winata saat Dobby masih bayi. Mereka terlihat bahagia.

"Ayah.." Sapa Rayi.

Yuko membuka matanya kemudian duduk pada ujung ranjang. Ia tersenyum melihat putra cantiknya. "Kangen sama Ayah ya?"

Rayi langsung memeluk sang ayah. Pelukannya begitu erat Yuko rasakan. Tangan besar Yuko mengusap punggung Rayi yang terdengar menangis.

"Maaf ya. Ayah nggak ngabarin." Ucap Yuko.

"Rayi kangen sama Ayah. Rayi butuh Ayah."

"Kenapa, sayang?"

Rayi terus menangis dan Yuko rasa, tangis anaknya semakin menjadi. "Cerita sama ayah. Selama ayah nggak dirumah, kamu kenapa? Ada yang nyakitin kamu? Jericho?"

Perlahan Rayi melepas pelukannya kemudian tertunduk. Rayi meraih tangan Yuko dan memijatnya lembut tanpa berhenti menangis.

"Kalau Rayi cerita, Rayi takut Ayah marah,"

"Jericho bener nyakitin kamu?"

Rayi menggeleng.

"Terus, kenapa? Soal temen-temen kamu?"

"Bukan, Ayah."

"Ya terus apa dong?"

Rayi menelan ludah pahitnya. Ia harus mengatakan hal ini agar tak berlarut lama. "Mas Jericho mau nikahin Rayi," Ucap Rayi pelan karena takut.

"Hm? Apa?"

"Mas Jericho mau nikahin Rayi, Yah. Dia bakalan ngelamar Rayi," Tegas suara Rayi sekarang.

Yuko terkekeh. Ia tangkup wajah kecil anaknya. "Bilang sama Jericho, Ayah tunggu dia dan orang tuanya kalau memang mau melamar kamu. Sekalian, Ayah juga rindu sama sahabat ayah. Ayah sebetulnya seneng kalau kalian bersama,"

"Ayah beneran ngomong gini?" Rayi merasa tak percaya dengan sang Ayah. Karena sebelumnya, Yuko sangat khawatir dengan hubungan Rayi dan Jericho. Mengingat masih ada sedikit luka yang tertoreh pada hati Yuko tentang Indrawan yang tiba-tiba menghilang saat ia sangat membutuhkan sosok sahabatnya.

"Ray, selama Ayah pergi kemarin, Ayah banyak diam di makam Ibu dan menginap di rumah penjaga makam. Mungkin ini terdengar gila. Tapi, Ayah kemarin sangat membutuhkan dekat dengan Ibu. Ayah juga mikirin hubungan kamu sama Jericho. Benar kata kamu, kalian berdua tidak ada hubungannya dengan masa lalu Ayah. Tidak seharusnya Ayah ikut campur. Ayah sudah harus menyadari bahwa masa sekarang bukan lagi masa lalu. Mungkin, kalian adalah jalan Ayah untuk bertemu sahabat ayah. Orang tua Jericho,"

Rayi tersenyum bahagia. Ia memeluk Yuko sekali lagi. Ucapan terimakasih terus keluar dari mulut Rayi kepada Yuko. Rayi tidak mampu jika harus mengaku bahwa dia sedang mengandung. Tapi, diberi restu untuk menikah saja, menurut Rayi sudah cukup. Rayi harus menikah segera.

Keadaan kediaman Jericho sekarang begitu hening. Jericho beberapa hari sudah tak ke kantor. Alhasil, kursi kantor digantikan oleh Indrawan yang telah kembali. Mira begitu khawatir dengan keadaan sang anak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trust Me | Jaeren X NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang