One

238 53 13
                                    

Don't forget to vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote and comment.
•••

• One for Five •

Dia berhenti.

Tatkala pantulan bola mata hitamnya membiaskan cahaya bulan dari arah samping ia berjalan di koridor. Pada sela-sela lubang tiap lorong, dirinya bisa sepuasnya memperhatikan pemandangan pada malam hari. Terpaku sudah sang protagonis akan keindahan si rembulan.

Yang selalu dikelilingi oleh para bintang diatas langit.

"...Cantiknya."

Lolos begitu saja pujian penuh kekaguman dari tokoh utama perempuan yang merupakan murid salah satu akademi sihir Easton. Tahun kedua inilah dirinya sudah membuktikan tentang sihir yang ia kuasai, walaupun bukan suatu kekuatan sihir hebat. Tetapi, mampu berguna sebagai healer atau support dibelakang para penyihir lainnya yang membutuhkan penyembuhan.

[Name].

Katakan saja ia beruntung terpilih menjadi murid dari asrama Adler. Asrama yang terkenal banyak menghasilkan beberapa murid berkualitas cukup tinggi pada bidang sihir masing-masing dari tahun ke tahun sebelumnya. Bahkan, ada juga yang mengisi bangku visioner suci.

Namun, bukan itu yang gadis dengan surai red cherry ponytail ini incar dari nama asrama Adler.

Melainkan, sebuah mahakarya Tuhan yang diciptakan untuk dipandangi dengan rasa puas. "Ternyata pemandangan malam hari dari sini jauh lebih indah dibanding asrama lainnya." Begitulah alasan [Name] gumamkan selagi si hitam pekat itu terus melototi bintang.

Akan tetapi, waktu tak akan mau berkompromi pada gadis Adler yang sedang berjalan menuju kamarnya setelah ia selesai mengerjakan tugas di perpustakaan. Hati memang mau menetap sejenak, namun, langkah kakinya harus kembali bergerak meninggalkan keheningan.

Oh.

Astaga.

[Name] mendadak berhenti, lagi.

Bukan karena terpaku akan kecantikan bulan.

Ia terpaku akan sebuah pahatan visual ciptaan Tuhan didepan pandangannya saat ini. Pada sang tuan yang memiliki rupa menawan. Kepada seseorang dimana siluet cahaya rembulan mengenai bagian sampingnya yang begitu sempurna. Mata mereka bersitemu satu sama lain, dan memberikan afeksi hangat pada sang puan manik hitam.

Sunyi.

Beberapa detik.

Sampai [Name] ditarik oleh alam bawah sadar bahwasanya dia harus mengalihkan pandangannya terhadap si iris kuning. Gawat. Gelagat gugup kirana tampak tak bisa ia tahan, jelas tatapan tajam dari wajah tegas orang itu mampu mendominasi atmosfir. Buru-buru derap kakinya melangkah dengan keberanian yang sudah ia kumpul.

Takut?

Bukan main.

[Name] sangat takut dan gugup secara spontan jika berhadapan dengan seorang visioner suci dari asramanya, yaitu Rayne Ames. Ya. Pria yang berdiri tepat depan kirana tanpa mau bergerak sedikitpun itu merupakan salah satu penyihir terkuat di Easton.

Seharusnya dia diam saja ditempat.

Membiarkan Rayne pergi.

Tapi, mana bisa gadis red cherry ini diam saat kecanggungan antara mereka terjadi?! Lebih baik ia loncat saja dari gedung asrama untuk menghindari sosok Rayne Ames. Ketimbang harus berhadapan langsung oleh pria berambut hitam kuning ini. Daripada dirinya harus mati muda, sebab tak sanggup menahan degup jantung yang terus saja berdetak kencang.

Saat ada kehadiran Rayne Ames.

Lantas, [Name] jalan dengan wajah tertunduk ke bawah, ciut nyalinya untuk sekedar berniat menyapa sesama murid Adler. Dua sampai tiga langkah kaki kecilnya berhasil melewati sosok visioner tersebut. Berharap dalam batin kalau keberadaannya sama sekali bukan daya tarik si Rayne.

Tapi, sayang sekali.

Dewi fortuna malam ini berpihak pada laki-laki dengan dua garis dibawah kelopak mata tegasnya.

"Hei."

Ya ampun.

Nada suara Rayne yang berat mampu memberhentikan lagi sang tokoh utama kita ini. Pengaruh yang sangat besar bagi [Name] yang langsung mematung. Tatkala semakin terdengar derap kaki dari belakang mendekati kirana.

Semakin dekat, maka semakin guguplah gadis yang menggigit bibir bawahnya tersebut. Jangan salahkan dia kalau belum merespon panggilan tadi. Ia masih butuh memproses situasi yang terbilang mendadak-

"[Name]."

"Iya?" Toleh si puan kikuk.

"Habis dari mana?"

Oke.

Ini yang dirinya takuti.

Sebuah pertanyaan begitu Rayne muntahkan tanpa basa-basi, ketakutan akibat ketahuan keluar asrama dari jam malam. Tentu saja, sebagai visioner juga memiliki tugas sampingan yaitu mengawasi dan memeriksa tiap murid yang terkadang keluar di aturan jam asrama.

Contohnya saja sekarang.

Seorang gadis rambut red cherry ini tertangkap basah oleh Ames saat ia berpatroli.

"[Name]."

"A,aku dari perpustakaan!" Seru pemilik netra hitam pekat yang memejamkan kedua matanya sehabis menjawab pertanyaan Rayne. Rupanya gadis ini tak sanggup bertatapan oleh laki-laki berjubah Easton tersebut. Walau, sesekali mengintip karena penasaran akan reaksi Rayne.

Yang tampaknya hanya terpasang wajah datar, meski adanya sedikit kerutan pada dahi yang menandakan bahwa Rayne sedang mencerna dan meminta penjelasan lebih lengkap dari jawaban si gadis tersebut.

"Sampai larut malam begini?"

Lagi dan lagi.

Rayne Ames bertanya selayaknya mengintrogasi.

"Itu, nona Marvina memberikan tugas di kelasku." Ceritanya sembari pandangan hitam sekilas tunduk pada lekatnya tatapan tajam dari iris kuning, "Kau tahu, aku ini payah dalam pelajaran sihir nona Marvina. Jadi, karena aku merasa cukup tertinggal dari teman-temanku yang lainnya. Aku memilih mengerjakan tugasnya lebih awal agar bisa lebih cepat dikoreksi."

"Kau tenang saja, Sekarang juga aku akan kembali ke kamar. Aku sama sekali tidak ada rencana keluar lagi." [Name] menambahkan sedikit penjelasan atas alasannya.

Labium mereka sama-sama terkatup.

Merasa bahwa tak ada yang perlu dibicarakan lagi oleh teman satu asramanya tersebut. Gadis red cherry ini lekas berniat pergi, "Kalau begitu, selamat malam—"

"Biar ku antar."

"...Huh? Apa?"

"Biar ku antar ke kamar mu."

Rayne Ames.

Dia bersama cahaya rembulan berhasil menyita seluruh atensi milik gadis dalam cerita ini.

•••

Don't forget to vote and comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote and comment.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Margaret || Rayne Ames Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang