02.40
Sabtu, 12 Oktober 2024
2243 wordsENJOY!
🌒👑🌘
"Kalian tidak bosan ya, bertengkar terus seperti itu?" ucap Arran setelah sekian lama menertawai mereka saling jahil.
"Tentu saja tidak, Pangeran! Bukankah biasanya Flo bertengkar denganmu? Sekarang giliranku, hahaha." Fugl melompat ke belakang kala cubitan maut Flo mengincar lengannya.
"Kau!" Pipi Flo kian memerah. Bukan marah, melainkan kesal. Rupanya gadis itu sangat emosional.
Arran tertawa, bahunya berguncang. Lelaki itu memutuskan untuk duduk bersila. "Baiklah, lanjutkan saja. Aku ingin tidur." Lepas itu, ia berbaring.
"Eeh?"
Sontak, keduanya menoleh. Kegiatan saling jahil terhenti seketika. Kompak mendekati Arran. Mereka terlalu asyik bertengkar, sehingga tidak memperhatikan Arran.
Arran, kulit lelaki itu makin pucat, mendekati warna putih. Ritme napas pula terlihat pelan. Arran memejamkan mata. Lelaki itu masih bingung dengan apa yang terjadi pada tubuhnya. Sebab itulah ia lebih memilih diam. Otaknya terus mengajukan pertanyaan yang ia ragu untuk berbagi.
"Pangeran?" Itu suara Flo. Raut kesalnya sirna seketika. Digantikan oleh kekhawatiran. Gadis itu mendekat, membelai rambut cokelat Arran. Kemudian mengusap keningnya.
Arran memejamkan mata kala belaian lembut menyapu rambut. Ia membuang napas pelan. "Rasanya sakit, Flo," lirih Arran masih memejamkan mata.
Flo tersenyum kecil. "Bagian mana yang kau rasa sakit, Pangeran? Apakah air suci tadi tak berpengaruh banyak?" tanya Flo lembut.
Arran membuang napas. Ia menggenggam tangan Flo yang membelai rambut. Membawanya turun lantas mengelus-elus telapaknya dengan ibu jari. "Sangat membantu, kau tak perlu khawatir. Aku hanya bingung dengan diri sendiri." Ia membuang napas samar.
"Maksudmu?" Kening Flo terlipat. menatap fokus mata Arran yang terpejam. membiarkan tangannya dielus-elus oleh sang pangeran.
Arran membuka mata perlahan. menatap sayu pusat pupil berwarna biru. membuang napas berat. "Apakah kau akan percaya?" tanya Arran lirih.
Melihat Flo begitu serius, didukung Arran yang kian lemas, membuat Fugl bergabung. Lelaki Harpy itu duduk bersila di sebelah Flo. Tangannya terulur menangkup kening Arran. "Pangeran, suhu tubuhmu sangat rendah."
Lelaki bersurai cokelat itu tersenyum tipis, menggeleng lemah. "Aku baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir, Kawan."
Fugl menggeleng tegas. Raut mukanya keras, tetapi terlihat jelas kekhawatiran di dalamnya. "Kau berbohong. Kau sama sekali tidak sedang baik-baik saja."
Arran kembali mengulas senyuman samar. "Ada sesuatu yang aneh di dalam diriku, Fugl, Flo. Seperti ... seperti ada sosok setan yang berusaha menguasai tubuhku. Sebab itulah aku sangat lemas. Karena aku tak sanggup melawannya sendirian." Lelaki itu membuang napas berat. Iris hijau terang miliknya kembali bersembunyi di balik kelopak.
Iris hitam Flo membesar. Bibir yang terbuka kecil kini kian menganga. Sementara Fugl masih menatap serius. mencoba memahami maksud ucapan Arran.
"Tubuh asli Pangeran," ucap Flo pelan. Ia mulai mengerti mengapa Arran tampak begitu lemas, juga pucat. Lelaki itu kewalahan mengontrol jiwa gelap yang mulai memberontak. Lelaki itu dikalahkan oleh nafsu di dalam dirinya.
Arran membuka mata. menatap redup gadis di sebelah. Fugl pula kini mengalihkan atensi. "Tubuh asliku? Maksudmu ras Valagel itu?" Ia kembali mengingat-ingat cerita Flo saat pertama kali mereka bertemu. Flo bercerita tentang dunia yang bernama Verden, juga ras-ras di dalamnya. Termasuk ras asal Arran sebelum dititipkan pada manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
O1 || ARRAN : The Lost Prince
Fantasy⚠️ Kawasan 15+ ⚠️ ❝Kehilangan bahagia demi jagat dunia.❞ -ARRAN | The Lost Prince- Arran tak menyangka bahwa hidupnya menjadi lusuh oleh problematika. Ia rindu udara segar yang kerap ia rasa di pematang sawah. Berlarian bersama remaja lain berhias t...