Part 01 : Perpisahan

109 31 13
                                    

*WARNING*
*Jika Anda membaca cerita ini di Platform lain selain WATTPAD, Anda kemungkinan besar berisiko terkena SERANGAN MALWARE.*

*If you're reading this story on a Platform other than WATTPAD, you are most likely at risk of a MALWARE ATTACK*

######

"Fany-ah..."

"Oppa?."

"Ne, ini oppa."

"Tumben bisa menelepon?."

"Oppa menelepon dengan telepon milik warga. Oppa sangat merindukan kalian."

"Nado, cepat pulang. Baby semakin sering menendang sekarang."

"Jinjja?. Apa dia akan jadi pemain sepakbola?."

"Semua bayi pasti menendang, tapi tidak semua jadi pemain sepakbola."

"Ha ha ha... sayang, aku semakin rindu padamu."

"Makanya cepat pulang."

"Ne... lusa nanti oppa pulang, saranghae."

"Nado saranghae..."

######


"Fany-ah..."
"Waeyo?."
"Mau kemana?, belanja sendiri lagi?."
"Seperti yang kau lihat, eonni."
"Ck.. Kau ini, tidak lihat perutmu itu?."
"Aku melihatnya setiap hari."

Tiffany tersenyum ramah pada tetangga yang menegurnya.

"Gajja.. aku juga akan belanja. Ahjumma pasti menyuruhmu yang tidak-tidak lagi."
"Hyorin eonni, jangan begitu pada mertuaku. Eommonim baik koq."
"Baik matamu."
"Eonni..."

Tiffany dan Hyorin akhirnya pergi berbelanja bersama.

"Suamiku rencananya akan pulang besok."
"Syukurlah. Kalau dia tidak pulang, aku akan menghajarnya."
"Eonni mana bisa melakukan itu."
"Jangan meremehkan aku, aku akan jadi kakak yang mengerikan kalau dia menyakitimu."

"Sesshh..."
"Wae?."
"Gwaenchana, baby menendang cukup keras tadi."
"Biar aku saja yang belanja."
"Eonni, wanita hamil memang seperti ini. Justru kalau diam akan semakin sakit."
"Jinjja, kau benar-benar sudah di cuci otak oleh mertuamu."
"Eonni..."
"Arrasso, ibu peri. Aku akan diam."

######

Tiffany tadinya masih bisa tertawa karena percakapannya bersama Hyorin. Tetapi saat sampai di pekarangan rumah dan mendengar suara tangis mertua-nya, dia jadi punya firasat yang tidak baik.

"Eommonim, wae geuraeyo?."

"Semua ini salahmu! salahmu!!."

"Waeyo?."

Tiffany bersimpuh di dekat mertuanya, tapi dia hanya bisa diam disana. Mertuanya menolak disentuh olehnya.

"Tiffany-ssi... suami anda gugur dalam tugas."

Tiffany tidak bisa berkata apa-apa. Mendadak otak-nya blank ditengah keributan di rumahnya. Dia juga tidak bisa fokus mendengarkan penjelasan dari orang yang memberi kabar tentang suaminya.

"Fany-ah..."panggil Hyorin dan memeluknya dari samping. Meskipun Tiffany tidak menunjukkan ekspresi apapun, tapi Hyorin tahu kalau Tiffany sangat terluka.

New FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang