Bahagia

159 20 23
                                    

What if... TinnGun dan KongthapAtom tetanggaan.

"TINN! BURUAN ATAU AKU TINGGAL! AKU UDAH TELAT!"

"IYA SAYANG! INI UDAH SELESAI NIH!"

Tinn turun dengan tergesa-gesa, menghampiri suaminya yang tengah merajuk marah di depan pintu rumah minimalis mereka. Dengan seragam mengajarnya yang nampak longgar itu, Gun mendengus marah karena Tinn kurang tepat waktu.

"Lagi hamil, jangan emosian gitu ah! Nanti dedeknya kaget loh!" Tegur Tinn lembut, lalu ia berlutut di perut suaminya yang sedikit membuncit. Lelaki itu mengusap perut di depannya dengan hati-hati, "Jangan kaget-kaget ya nak, papamu emang galak, tapi ayah cinta!" Ucap Tinn lembut, lalu mengecupnya.

Gun ingin marah mendengar pernyataan Tinn kalau ia galak, namun ketika mendengar Tinn mencintainya, Gun langsung berusaha menyembunyikan senyumannya.

"Alay," Gumam Gun, "Udah deh, ayo berangkat! Kalo nggak berangkat sekarang, nanti aku telat absen! Gajiku di potong, aku nggak mau!" Gerutunya.

Namun lagi-lagi Gun tersenyum karena Tinn memakaikan sepatunya, kehamilan kembar ini membuat perut Gun sedikit lebih besar daripada biasanya. Ia tidak bisa memakai sepatu dengan sempurna, perlakuan Tinn jujur sangat membantu dirinya.

Tinn membuatnya jatuh cinta lagi.

"Selamat pagi kak Tinn! Kak Gun! Wah mau siap-siap kerja ya?"

Gun mendengus lagi, "Iya, Atom.. Kamu mau kemana pagi-pagi udah rapi? Tumben?" Sapa Gun dengan senyum terpaksa.

Yang lebih muda tersenyum cerah, "Aku mau ke pasar sama Thap! Mau cari bahan makanan sekalian cari suasana baru, aku bosen belanja di supermarket," Jawabnya ceria.

Tinn dan suaminya lalu saling memandang, "Huh, ada gitu orang bosen belanja di Supermarket? Orang kaya mah beda, ya!" Ujar Tinn lirih pada suaminya yang juga tersenyum canggung.

"Lah, emang lu kaga tajir, apa?" Sarkas Gun.

Tinn mendengus, "Warisan ku belum cair, ganteng!"

"Halo... Kakak-kakak! Kita masih ngobrol, kan?" Tegur Atom lagi, membuat pasangan Dokter dan Guru itu tersenyum canggung kepada sang tetangga.

"Hehe Atom, kita duluan ya! Gun udah telat nih soalnya! Kita ngobrol lagi nanti!" Ujar Tinn lalu berdiri, memakai sepatunya dan menggandeng Gun menuju mobil lawasnya yang sebentar lagi mungkin akan rusak karena usia.

Gun dan Tinn adalah pasangan yang telah menikah selama tiga tahun, setelah Gun menunggu kekasih dokternya itu mendapat gelar spesialis. Usia mereka telah menginjak angka tiga puluh ketika Tinn mengikat Gunn dengan pernikahan. Kini keduanya tengah menunggu kelahiran anak mereka, kandungan Gun telah memasuki trimester kedua.

Karena gaji Tinn dirasa belum cukup untuk biaya kelahiran dan membesarkan dua anak sekaligus, Gun yang diminta berhenti bekerja itu tidak menurut apa kata suaminya. Lelaki itu tetap mengajar di sebuah sekolah swasta sebagai guru seni musik, sesuai jurusan kuliah yang ia ambil sebelumnya.

Hidup keduanya sederhana, tidak tergesa, mengalir begitu saja. Tidak dikejar usia karena mereka baru saja menyandang status yatim piatu. Orang tua mereka wafat karena pandemi. Kini Gun dan Tin sedang menunggu warisan mereka cair, setelah Gun melahirkan anak pertama mereka, maka syarat untuk mendapatkan warisan akan gugur, mereka baru akan kaya setelah itu.

"Sayang, tadi ngobrol sama siapa?"

Atom terperenjat kaget, "Eh ay! Tadi aku ngobrol sama tetangga, romantis banget deh! Kak Gun dipakein sepatunya sama kak Tinn! Digandeng ke mobil, so sweet!" Ujar Atom sambil mengingat perlakuan suami tetangga tadi.

Suaminya pun tersenyum, "Sini duduk," Titahnya, dan Atom hanya menuruti dengan lugu.

Lalu Kongthap, ia memakaikan sepatu kepada Atom, membuat lelaki manis itu tersenyum senang, "Kamu peka banget deh! Padahal aku cuma cerita kak Gun yang di treat sama suaminya, kamu nggak mau kalah romantis!" Seru Gun, "Jadi makin sayang! Terima kasih Ayang Kongthap!"

Kongthap tersenyum simpul, "Yaudah ayo berangkat, kalo kesiangan nanti macet, kasian kamu sama dedek kecapean nanti,"

Pasangan lainnya yaitu Kongthap dan Atom, keduanya berusia dua puluh tiga tahun, belum lama menyelesaikan studi mereka, pun dengan Kongthap yang melanjutkan studinya demi menunjang profesinya untuk menjadi dokter. Namun kedua orang tuanya menyarankan Kongthap dan Atom untuk menikah saja, dan biaya hidup masih di tanggung para orang tua, termasuk urusan membeli rumah juga yang lainnya. Mungkin bagi Kongthap dan Atom, bernafas saja sepertinya sudah lebih dari cukup.

Atom kini tengah mengandung di usia pernikahan yang belum genap satu tahun, hampir bersamaan dengan Gun, terkadang membuat Gun pusing meladeni Atom yang banyak bertanya. Setiap hari, Atom akan datang ke rumah Gun untuk mengajaknya berolahraga. Energi Gun yang telah habis karena mengajar itu pun harus dipakai lagi untuk meladeni Atom yang jauh lebih enerjik.

***

"Tinn, ngeliat umur Atom sama suaminya, aku kok jadi ngeri ya?" Tanya Gun pada suaminya yang tengah mengoleskan gel pencegah kerutan pada perut GunGun sebelum tidur.

Tinn mendongak, "Ngeri gimana?"

Papa hamil itu mendengus pelan, "Di umur segitu, mereka udah nikah dan langsung hamil. Padahal si Thap aja masih Koas loh! Anak muda jaman sekarang emang senafsuan itu, kah?" Komentar Gun panjang lebar, "Padahal kita yang udah kepala tiga aja baru ngerencanain punya anak, nikah pun belum ada lima tahun. Aku penasaran, gaya pacaran mereka dulu gimana?"

Mendengar celotehan suaminya, Tinn menyelesaikan kegiatannya mengoleskan gel pada perut Gun, meniupnya sampai kering lalu menutup pakaian Gun kembali, "Terus kamu iri sama mereka? Atau nyesel baru aku nikahin sekarang?" Tinn bertanya dengan nada tidak suka, namun tangannya ia gunakan untuk mengusap-usap perut buncit di depannya.

Sedangkan Gun terkesiap, "Enggak gitu! Maksud aku tuh.. Aku cuma penasaran gimana gaya mereka pacaran dulu sampe disuruh orang tuanya buat nikah setelah lulus S1," Ujarnya tergagap, "Maksudnya tuh gitu!"

Lalu papa hamil itu menunduk, "Maaf, kalo omonganku malah jadi nyakitin kamu, aku tau kok, kamu baru nikahin aku sekarang, karena kamu mau yang terbaik buat aku," Ia lalu mendongak, menatap wajah suaminya.

Tinn tersenyum seraya mengusap puncak kepala Gun, "Itu kamu tau, udah ya? Nggak perlu dibandingin, semua punya timeline mereka sendiri, nggak semuanya sama kaya kita, " Ujarnya lembut, sedangkan Gun hanya mengangguk saja.

"Udah ya, ayo kita tidur, besok kan mau ke kelas senam."

Sementara itu di kediaman Kongthap dan Atom....

"Ay, nggak nyangka ya? Kita udah mau punya anak aja, padahal umur kita masih muda banget," Gumam Atom yang telah nyaman di dalam dekapan Kongthap.

Lelaki yang lebih tinggi tersenyum, "Kan kita nikah karena kamu hamil, sayang. Kalau enggak, ya kamu mungkin masih diizinin lanjut kuliah S2."

Atom mengangguk lugu, "Kalo kata kak Pahn, kita nabung dulu ya sebelum nikah?"

"Iya sayang, biar nggak kelamaan! Masa orang secantik kamu dianggurin kelamaan?" Sahutnya, lalu mengusap perut Atom, meskipun lebih kearah meraba dengan maksud lain, "Kalo kita nabung lagi malem ini? Kamu mau nggak?"

Atom berpikir sejenak, "Kalo kata dokternya sih udah boleh, ayok deh!"










Ealah, dasar remaja!














Kalo rame lanjut di book baru setelah Rumah Cemara tamat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gado-gado (GeminiFourth Oneshoots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang