chapter enam || bukan hanya kau saja yang terluka

55 10 0
                                    

Jika saja keadaan dan jiwanya bisa sama-sama mendapatkan ketenangan. Kemungkinan permasalahan ikut terasa ringan, tanpa sebuah beban.

Sayangnya bagaimana hal seperti itu bisa terjadi, bahkan ketika dia menginginkan sebuah ketenangan. Hal seperti itu saja sulit untuk didapatkan olehnya, karena di sini. Reo tidak pernah diberikan ketenangan yang dapat menyenangkannya.

Namun, tidak ada yang bisa disalahkan oleh Reo. Dia juga tidak ingin terlalu sering mengeluh pada Tuhan, karena yang lebih tahu dari apa yang sudah terjadi hanya Tuhan saja. Reo pasrahkan semuanya saja, yang terpenting dia tidak menyerah itu sudah lebih dari cukup.

Siang ini setelah istirahat ketiga, seseorang menemui Reo. Dia merupakan anak kelas sebelah, siapa lagi jika bukan Asyar. Seseorang yang sebelumnya juga mengatakan perihal yang mengejutkan, untuk didengar oleh Reo.

"Ada apa kau ke sini?" tanya Yamanaka yang justru mencurigai Asyar.

Asyar tersenyum manis, dia duduk di dekat Reo dan meletakkan sebuah permen tangkai padanya. "Aku hanya ingin mengatakan beberapa hal kok, nggak ada yang perlu kau curigai dariku. Aku kan bukan orang jahat."

Yamanaka memutar bola matanya dengan malas, kemudian dia membiarkan Asyar membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakannya. Lagian Asyar memang bukan orang jahat, dia juga terlihat ramah dengan senyumannya itu.

"Ada apa lagi?"

"Aku memang enggak tahu sepenuhnya yang udah terjadi, tapi aku tahu kalau Hayat melakukan hal buruk padamu. Aku membencinya, aku memang membenci ketidakadilan yang dilakukannya. Bahkan teman-temannya sibuk membelanya," kata Asyar dengan suaranya yang terdengar lemah lembut.

Sontak Reo menatapnya dengan lekat, lagi-lagi Asyar mengatakan hal yang mengejutkan. Dia benar-benar mengetahui beberapa hal yang terjadi, walaupun dia tidak terlihat ikut campur sama sekali.

Namun, untuk perkataannya itu. Orang-orang pasti mengira bahwa Asyar ikut campur dalam masalah orang lain. Padahal Asyar hanya tidak sengaja mendengarnya, dan menurutnya itu terdengar menjijikkan.

"Apapun yang akan terjadi, aku nggak bisa ngapa-ngapain kan? Kau juga nggak mungkin ikut campur. Kau selalu mendengar apa yang Hayat katakan tentangku. Sementara aku yang mendengarnya, bersikap masa bodoh hanya karena takut terluka," katanya yang tertunduk dalam.

Yamanaka kemudian mendekat, dia mengelus-elus pundak Reo dengan pelan. Bagaimanapun di sini Yamanaka yang tahu banyak hal yang terjadi. Tapi tidak ada yang bisa dilakukannya, karena Reo melarangnya.

"Kalau kau takut untuk terluka, apa salahnya kau membela diri. Pasti kau sedang melindungi apa yang berharga dalam hidupmu. Sampai-sampai kau lupa, bahwa kau sudah terluka dari awal. Hal itu juga membuktikan, bahwa kau gagal melindungi hal-hal yang berharga," ucap Asyar yang mengatakan apa adanya saja.

Setelahnya dia langsung keluar dari kelas, karena melihat Hayat dan kedua teman sekelasnya memasuki kelas. Asyar terlalu membencinya, sampai-sampai dia berkeinginan untuk tidak melihatnya.

Namun, di posisi lain Asyar juga tidak terima. Jika Hayat selalu merasa menjadi orang baik, bahkan ketika dia menjadi luka bagi orang lain.

"Sebenarnya kau pernah satu kelas dengan Asyar di kelas satu kan?" tanya Yamanaka yang mulai merasa penasaran dengan Asyar. "Apa kau juga pernah dekat dengannya, dia keliatan banget peduli sama kau tuh."

"Bahkan di kelas satu aku juga nggak pernah bertegur sama dengannya. Aku baru kenal Asyar di kelas dua ini, itu pun pas dia beda kelas denganku," jawab Reo sesuai dengan kenyataannya yang ada.

Dalam keadaan seperti ini, mereka sangat percaya. Bahwa Asyar benar-benar peduli pada Reo. Mereka yang tidak pernah dekat, dan tidak saling mengenal dengan baik. Justru Asyar tidak memikirkannya sama sekali, selagi dirinya masih memiliki kepedulian.

"Woke, aku bakalan jadiin Asyar bestiku," kata Yamanaka yang tersenyum dengan puas.

Reo hanya bisa menatapnya dengan heran, Yamanaka memang mudah menyimpulkan keadaan. Seakan-akan dia memang bisa menjadi seorang teman, hanya karena pembicaraannya yang sefrekuensi.

Namun, Reo juga tahu. Bahwa Yamanaka peduli padanya. Dia pasti akan melakukan apa saja, walaupun Reo memintanya untuk tidak terlalu membelanya.

━━━━━━༺༻ ━━━━━━


Waktunya pulang sekolah tiba, para siswa-siswi pun langsung berlarian keluar setelah selesai membaca doa. Mereka paling senang jika sudah waktunya pulang, karena ada banyak hal yang akan mereka lakukan di rumah untuk bersenang-senang.

Saat itu juga Asyar langsung menemui Hayat, kebetulan anak itu juga sedang sendirian. Karena Reo meninggalkannya untuk mengantarkan buku tugas ke kantor. Asyar yang mendekatinya pun, tersenyum manis seperti biasa.

Asyar itu sampai-sampai dijuluki sebagai joker, karena hanya tahu caranya tersenyum. Bahkan dia tidak pernah memperlihatkan ekspresi yang lain. Selain tersenyum dengan sempurna seperti itu.

"Hai Hayat," sapanya langsung duduk berhadapan dengan Hayat.

"Ada apa?" tanya Hayat merasa tidak nyaman saat Asyar duduk di depannya. "Kalau nggak penting lebih baik kau pergi."

Mana mungkin juga Asyar langsung pergi begitu saja. Dia sengaja untuk datang, karena ingin mengatakan sesuatu yang seharusnya dikatakan olehnya.

Asyar sudah tidak tahan lagi untuk menahannya terlalu lama lagi. Hayat pasti akan merasa paling benar sendiri. Dan menyalahkan banyak orang jika dia terluka nantinya. Maka dari itu, ini adalah kesempatan terbaik bagi Asyar untuk mengatakannya.

"Kau menyalahkan Reo atas lukamu, memangnya apa yang dilakukan Reo? Kayaknya dia juga nggak buat masalah. Bagaimana caranya dia melukaimu?" kata Asyar langsung pada intinya.

Mendengar perkataan itu, tentu saja Hayat merasa kesal. Memangnya Asyar tahu apa? Dia juga tidak mengetahui apapun yang terjadi. Bisa-bisanya dia datang, dan menyalahkannya seolah-olah dirinyalah yang bersalah.

"Kau membela Reo? Kau tahu apa memangnya?!" bentaknya sambil mendorong tubuh Asyar.

Bukannya merasa takut, ataupun merasa bersalah. Asyar justru mengubah raut wajahnya dengan datar. Dia tidak tersenyum, dan menatapnya dengan tajam.

"Aku hanya mengatakan kebenarannya, kenapa kau marah? Makanya jangan merasa kau paling terluka. Apa kau memikirkan luka Reo selama ini? Bagaimana dengannya yang terluka karena mu?" katanya lagi yang membuat Hayat tidak bisa berkata-kata.

Merasa puas dengan apa yang dikatakannya itu, Asyar beranjak pergi dari sana. Tidak perlu banyak bicara, setidaknya dia merasa puas karena si mengatakannya.

Dia hanya ingin membuat Hayat sadar diri, agar dikemudian hari dia tidak terus-menerus menyalahkan orang lain. Bahkan sampai melukainya hanya karena dia terluka sendirian.

Di saat itu pula ternyata Yamanaka tidak sengaja mendengarnya, dia awalnya sudah berada di parkiran. Tapi teringat jika buku bahasa inggris yang dipinjamnya dari Reo tertinggal, itu sebabnya dia kembali ke kelas.

Dan hal itu membuatnya mendengar apa yang dibicarakan oleh Asyar pada Hayat.

"Terimakasih sudah mewakili saya," ucap Yamanaka mengacungkan jari jempolnya, betapa puasnya dia saat ini. Karena Asyar mengatakan apa yang ingin sekali dikatakan olehnya.

Asyar mengangguk, kemudian berlalu pergi. Yamanaka menatapnya sampai benar-benar menghilang dari pengelihatannya, Yamanaka tidak pernah bisa seberani Asyar. Sebenarnya entah apa alasan Asyar sampai mau membela Reo, mereka tidak sedekat itu.

Namun, Asyar melakukannya tanpa diminta sama sekali. Sebenarnya itu keberuntungan, karena Reo memang tidak pantas mendapatkan perlakuan buruk. Apalagi sampai disalahkan, padahal dia berusaha untuk menjadi kakak yang baik untuk Hayat.

Yang awalnya Yamanaka berniat untuk mengambil bukunya, dia putuskan untuk langsung pulang saja. Dia malas jika Hayat justru mencurigainya bekerja sama dengan Asyar. Kenyataannya mereka tidak bekerja sama sekali, semua terjadi karena keinginan Asyar sendiri.

❀•°•═════ஓ๑♡๑ஓ═════•°•❀
ᴛʙᴄ🌺

Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang