chapter tujuh || kebencian itu masih ada

74 12 0
                                    

Beberapa hari setelahnya, Hayat memikirkan apa yang sudah dikatakan Asyar padanya. Hanya saja, Hayat tidak mengakui kesalahannya sama sekali. Lagian dia tidak bersalah, di sini Reo lah yang bersalah. Bahkan Tanti juga dianggapnya sebagai bentuk kesalahan.

Karena kejadian itu pula membuat Hayat semakin memperlakukan Reo dengan buruk. Dia mengacak-acak kamar Reo, membakar buku-buku novel favorit Reo. Bahkan mencaci-maki nya dengan kalimat-kalimat kasar.

Segala rasa kesal dan amarahnya dia lampiaskan pada Reo, menyalahkan banyak hal yang terjadi. Karena Reo menjadi bagian dari keluarganya.

"Bodoh!" umpat Hayat sambil mendorong Reo dengan kuat.

Reo tidak mengatakan apapun kala mendengar umpatan itu, lagian dia bisa apa. Membela diri yang ada dia tidak bisa melindungi ibunya. Satu-satunya cara yang bisa dilakukannya, hanyalah mengalah.

"Aku udah nggak bisa lagi buat diem aja lho, hari ini aku bakalan bilang sama ayah. Kalau mereka harus bercerai!"

Saat mengatakan hal itu, ternyata Kilan berada di sana. Dia sudah pulang, dan berniat untuk ke kamar Reo untuk memberikan buku novel yang sudah dijanjikannya itu.

Namun, dia mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Hayat. Bahkan umpatan yang ditujukannya pada Reo. Berarti selama ini Hayat selalu seperti itu, dia berpura-pura menjadi seseorang yang telah menerima keadaan yang ada.

Hanya saja saat dibelakang Kilan, Hayat mengatakan sesuka hatinya. Dan memberikan perlakuan terburuknya pada Reo.

"Kau ingin ayah bercerai? Kau yang nggak mau mendengarkan alasan ayah. Tiba-tiba ingin menghancurkan kebahagiaan ayah?" kata Kilan sambil mengepalkan tangannya.

Dia juga tidak tahan lagi dengan putranya sendiri, entah harus dengan cara apa lagi untuk membuat Hayat memahami keadaan yang ada. Kilan berusaha untuk tidak menjadi egois, hanya karena dia menikah dengan wanita yang dicintainya.

"Memang lebih baik ayah nggak menikah kan? Karena ayah menikah aku yang nggak bisa bahagia. Ayah mementingkan kebahagiaan ayah sendiri, dan mengabaikan aku di sini," sahut Hayat yang kini menangis sesenggukan.

Kilan hanya bisa menatapnya dengan rasa bersalah, tidak seharusnya dia mengatakan hal yang menyakitkan untuk putranya. Memang sudah seharusnya dia mengalah, karena di sini Hayat belum bisa menerima kepergian dari ibunya.

Hubungan keduanya sebagai ayah dan anak memang tidak sepenuhnya baik-baik saja. Kilan sudah gagal menjadi ayah yang baik. Dan sekarang dia kembali membuat kegagalannya sendiri.

"Baiklah ayah lakukan apapun yang aku sukai itu, jangan pedulikan aku. Dan biarkan aku melakukan apapun yang aku sukai, karena aku bahagia dengan caraku sendiri," ucapnya yang langsung pergi dari sana.

Kilan tertunduk dalam, memukuli dadanya berkali-kali karena merasa sangat bersalah. Padahal Hayat terluka, belum sempat tersembuhkan dia justru menciptakan luka baru untuknya.

"Ayah maaf, ini salahku," kata Reo yang justru merasa bersalah akan apa yang terjadi.

Sontak Kilan pun langsung menatap ke arah Reo, bagaimana bisa Reo yang meminta maaf. Dia tidak bersalah, Reo juga berusaha menjadi yang terbaik sebagai seorang kakak. Di sini pun Reo tidak diterima baik oleh Hayat, dan tentunya dia pun ikut terluka karena mendapatkan perlakuan buruk dari Hayat.

"Jangan meminta maaf, bukan salahnya Reo. Maafkan ayah belum bisa melakukan apapun, ayah berjanji akan ngebuat Hayat menerimamu Reo. Ayah juga nggak minta Reo untuk memahaminya, karena ayah pasti akan egois kalau meminta hal itu," tutur Kilan mengelap air matanya yang menetes deras.

Tidak ada sepatah katapun yang dapat dikatakan oleh Reo. Meskipun begitu, dia berharap bisa melakukan apapun untuk membantu Kilan. Dia juga ikut andil untuk menyembuhkan luka Hayat, karena Hayat merasa sedang diabaikan.

•.:°❀×═════════×❀°:.•


Beberapa minggu terakhir Hayat selalu membolos, dia memang pergi ke sekolah bersama Reo. Tapi setibanya di sekolah, Hayat langsung pergi bersama kedua temannya itu. Reo juga tidak menanyakan apapun pada Hayat. Bahkan ketika ditanyai kemana Hayat sampai tidak masuk sekolah, Reo akan berbohong jika Hayat sakit.

Dia terpaksa melakukannya, karena dia tidak mau jika Hayat akan mendapatkan hukuman. Apalagi disekolah nya itu terlalu ketat dalam perihal menghukum, murid-murid yang suka membolos.

Biasanya hukuman akan langsung diberikan oleh ketua OSIS dan wakil OSIS, hanya saja Reo terpaksa mengatakan kebohongan untuk melindungi Hayat.

Namun, ternyata wali kelas mereka mengetahui. Bahwa selama ini Hayat selalu membolos sekolah, dia sampai pergi ke cafe untuk bersenang-senang di sana. Karena hal itu pula, Reo ikut dipanggil keruangan guru. Padahal dia tidak sepenuhnya bersalah, Reo hanya terlibat dalam masalah yang dibuat oleh Hayat.

"Jadi kenapa kau malah membolos seperti itu? Kalian malah bersenang-senang di cafe. Seragam sekolah kalian juga udah bisa diketahui sama orang-orang lho, ngebuat buruk nama sekolah itu namanya," kata pak Iwan yang merupakan kepala sekolah.

Hayat dan kedua temannya hanya diam saja, mereka malas saja jika harus menanggapinya. Sedangkan Reo sendiri, dia tertunduk dalam karena merasa bersalah, dia tahu apa yang dilakukan oleh Hayat. Tapi dia tidak mengatakan kebenarannya demi melindungi Hayat.

"Kalian bapak skor selama sebulan, sebentar lagi akan ujian. Dan kalian nggak diperbolehkan untuk mengikutinya, ikuti saja ujian susulan setelah liburan sekolah nanti," kata sang guru yang langsung beranjak pergi.

Bukannya merasa menyesal, ataupun takut karena telah melakukan kesalahan. Ketiganya justru terlihat biasa-biasa saja, bahkan Devan dan Gema masih bisa tersenyum satu sama lain. Reo sampai tidak mengerti, kenapa mereka harus bersikap seperti itu.

"Ayah udah tahu, sebenarnya ayah mau ke sini. Tapi aku bilang nggak usah, karena aku yakin gak bakalan jadi masalah yang serius. Maaf karena aku ngerasa paling tahu," kata Reo menatap sendu ke arah Hayat.

Tidak ada jawaban, Hayat juga tidak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Reo. Itu bukan sebuah kepedulian, Reo pasti merasa senang jika dia mendapatkan kesan buruk dari guru-guru. Bahkan jika ayahnya tahu, yang ada dia akan dibanding-bandingkan dengan Reo.

"Reo kau tahu kan yang dilakukan sama Hayat, kenapa diam aja? Untung ibu nggak kasih tahu. Kalau ibu bilang ke kepala sekolah, yang ada kau bakalan di marah habis-habisan. Karena di sini kau itu ketua OSIS," ucap seorang guru BK pada Reo.

Mau bagaimana lagi, Reo tidak bisa melakukan apapun selain berbohong. Agar Hayat tidak mendapatkan hukuman, hanya saja Hayat tetap mendapatkan hukuman. Dia juga sudah melakukan kesalahan, itu pantas untuknya.

Setelah itu Reo langsung keluar dari ruangan guru, di ikuti oleh yang lain. "Beruntung banget ya terbebas dari masalah, cuma karena ketua OSIS," ucap Gema dengan sinis.

Reo tidak ingin menanggapinya, dia harus terbiasa dengan segala perkataan-perkataan menyakitkan yang diberikan Gema padanya. Lagian mereka tidak menyukai Reo, mereka sudah pasti membencinya.

"Wah nanti di rumah aku bakalan dibanding-bandingkan nih sama anak emasnya ayah," sahut Hayat dengan penuh penekanan.

"Hahaha udah jadi benalu, jadi luka buat orang lain lagi," sambung Devan yang merangkul kedua temannya. Dan mereka melangkahkan kaki secara beriringan.

Lantas Reo tertunduk, dia menghela napasnya dengan kasar karena apapun yang dilakukannya. Tetap saja Hayat masih memberikan kebencian. Padahal membenci seseorang itu hanya akan menyakiti diri sendiri.

Dari semua rasa sakit, dan amarah yang dirasakan oleh Hayat. Kenapa semuanya harus dilampirkan pada Reo. Walaupun Reo bersedia untuk menerimanya, bukan berarti dia benar-benar mau menanggung segala pelampiasan yang ada. Dia pun terluka, dia pun tidak menyukai bagaimana Hayat memperlakukannya.

Namun, mengingat bahwa Hayat hanyalah seseorang yang terluka. Yang tidak tahu caranya untuk sembuh, Reo berusaha untuk mengalah. Bisa saja dia pun menyembuhkan luka Hayat, jika dia tidak mengatakan perihal lukanya.

❀•°•═════ஓ๑♡๑ஓ═════•°•❀
ᴛʙᴄ
Akan ku selesaikan cerita ini, sampai berada dalam kata TAMAT.

Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang