chapter delapan || ambilah semua yang aku miliki itu

72 10 0
                                    

Ternyata dugaan Hayat benar adanya, sesampainya di rumah sang ayah langsung memarahinya habis-habisan. Mengatakan hal-hal yang menyakitkan untuk didengar olehnya, dan mulai membanding-bandingkannya dengan saudara tirinya itu.

Apakah harus seperti itu? Apakah Kilan mesti semarah itu pada Hayat. Padahal kan Hayat memiliki alasannya tersendiri, hanya saja Kilan tidak mau mendengarnya. Dan semakin menyalahkannya saja.

"Kau contoh kakakmu itu, apa kau nggak bisa jadi seperti dia? Jangan kebanyakan tingkah kau Hayat. Kau pikir ayah membiayai sekolahmu untuk membuatmu menjadi murid yang suka membolos? Biaya sekolahmu juga mahal, tapi kau ngebuat ayah ngelakuin segala perjuangan yang sia-sia," ucap Kilan sambil mengacak-acak rambutnya.

Tanti yang ada disana berusaha menenangkan suaminya, dia tahu Kilan terbawa emosi. Pastinya perkataan yang diucapkan pun, terdengar menyakitkan. Padahal Kilan tidak seperti itu, dia juga berusaha untuk mengatakan hal-hal yang baik untuk putranya.

Namun, dia kecewa pada Hayat. Padahal jika Hayat merasa bosan pada kehidupan sekolahnya, dia bisa mengatakannya pada Kilan. Agar Kilan pun bisa membantu Hayat lebih bersenang-senang lagi disekolahnya.

Bukan dengan membolos, dan mendapatkan skor selama sebulan. Kilan tidak banyak menuntut Hayat untuk menjadi yang terbaik, setidaknya Hayat bisa lulus sekolah dan menjalani kehidupannya lebih baik lagi.

"Reo bisa menjadi ketua OSIS, dia juga selalu peringkat pertama. Kau yang bahkan hanya tahu caranya bersenang-senang, mungkin nggak akan bisa seperti Reo," katanya lagi sambil mendorong Hayat.

Saat itu Hayat tidak seperti biasanya, dia tertunduk dalam tanpa menjawab setiap perkataan dari Kilan. Bukan karena Hayat terima dibanding-bandingkan dengan seseorang yang dibencinya. Hayat tidak habis pikir, jika ayahnya akan mengatakan hal menyakitkan itu padanya.

"Nggak harus kayak gitu juga kan, Kilan? Kasihan Hayat. Tolong kau pahami dia, tanya alasan kenapa dia sampai bolos. Di usia seperti ini, anak-anak memang berada di masa-masa kenakalannya dan sulit di atur," ucap Tanti yang berusaha menenangkan Kilan.

Kilan menghela napasnya dengan kasar, dan mengacak-acak rambutnya. Kemudian dia berlalu pergi, meninggalkan Hayat yang berada di ruang keluarga.

Ketika kejadian itu berlangsung, Reo tidak ada di rumah. Dia berada di rumah Yamanaka untuk mengerjakan tugas kelompoknya. Maka sudah pasti, dia tidak tahu bahwa Hayat sudah dibanding-bandingkan dengannya.

"Ayah memang udah banyak berubah, semua karena mereka. Mereka yang menghancurkan kedamaian keluargaku."

━━━━━━༺༻ ━━━━━━

Apa yang sudah terjadi dalam hidupnya, rasa sakit yang terus berdatangan. Pelampiasan amarahnya yang tertujukan pada orang yang tak tepat pula. Kenapa harus Reo, apa yang sudah diperbuat olehnya?

Berulang-ulang kali kalimat tanya itu dilontarkan olehnya. Namun, tak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Ataupun mendapatkan sebuah jawaban. Reo yang sebenarnya tidak ingin disalahkan pun, merasa kasihan pada Hayat. Karena semuanya memiliki alasannya tersendiri.

Dari pada menghakimi Hayat karena dia menjadi seseorang yang suka menyalahkan orang lain. Akan lebih baik, jika Reo berusaha untuk menjadi kakak yang baik untuknya. Bisa saja dengan begitu semuanya akan baik-baik saja.

"Kenapa kau baru pulang hari ini? Aku nggak ngerti kenapa ayah terlalu membanggakanmu. Sampai-sampai ngabandingin aku sama kau, Reo. Apa yang salah denganku, apa yang aku lakukan nggak ayah tanya alasannya sama sekali. Ayah hanya sibuk memujimu, dan ayah membandingkan aku denganmu," ucap Hayat yang langsung mengatakan kalimat sedemikian. Di saat Reo baru saja pulang.

Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang