61.

25 9 0
                                    

Kamar William diobrak-abrik oleh Sarah demi mencari petunjuk ke mana perginya pemuda itu. Sarah ingat William pergi mengenakan pakaian sehari-harinya yang sederhana, kaos dan celana denim, juga sebuah ransel. Tapi di dalam lemari pemuda itu ada jaket spesial milik William yang tak ada. Dugaannya, William membawa jaket itu di dalam ransel.


Kemudian Sarah membuka komputer William. Karena Widi melarang anak yang masih di bawah umur untuk memasang sandi pada gawai, jadi sangat mudah bagi Sarah untuk mengecek isi komputer adiknya tanpa perlu sandi apa pun. Sialnya, tak ada satu petunjuk di sana.


Sarah membuka ponsel dan mencari pesta-pesta yang diadakan malam ini dalam radius dua puluh kilometer. Ada tiga pesta yang muncul di sana. Gadis itu bergegas mengambil jaket, mengaktifkan sistem keamanan rumah, dan mengajak Ezra mencari William.


"Kau bawa mobil? Ada tiga pesta di sekitar sini. Kita akan ke sana mencari William," kata Sarah.


"Ya. Terserah kau saja," jawab Ezra tanpa bersemangat.


Keduanya pergi menggunakan mobil Ezra. Mereka menuju arah selatan, tempat pesta pertama yang akan didatangi.


Tempat yang dituju ternyata sebuah gedung lapangan bola basket tertutup. Lahan parkir di sana hampir penuh. Saat Ezra dan Sarah memasuki gedung itu terdengar lagu nasional Amerika Serikat berkumandang. Sepertinya ada sekumpulan pria bernyanyi di dalam sana. Mereka memasuki sebuah lapangan yang sedang digunakan sebagai tempat pesta.


"Kayaknya William enggak mungkin ada di sini," gumam Ezra saat melihat sekumpulan pria tua memakai seragam tentara Amerika Serikat. Ezra baru sadar ini adalah pesta veteran perang dunia kedua, terlihat dari hiasan di panggung yang ada. Para veteran itu asyik makan dan berbincang, ada juga yang berkaraoke di atas panggung. Mereka tak menyadari ada yang menyusup. "Ayo, kita pergi!"


Mereka langsung membalikkan badan dan berpapasan dengan seorang tua yang masih sangat gagah.


"Kalian siapa?" tanya pria itu dengan garang. Tiba-tiba saja ia menodongkan pistol yang langsung membuat Ezra dan Sarah panik sampai mundur tiga langkah ke belakang.


"Ezra," jawab Ezra sambil mengangkat satu tangannya.


"Sarah." Entah kenapa Sarah mengikuti gerakan Ezra.


"Kalian terlihat muda untuk menjadi veteran perang." Pria itu terus maju.


"Kami bukan veteran perang. Kami sedang mencari seorang remaja pria yang pergi ke pesta tanpa pamit. Dia masih di bawah umur. Kami takut sesuatu yang buruk terjadi padanya," jelas Ezra dengan suara bergetar. Ia melirik ke kanan dan kiri. Ruangan itu mendadak senyap. Semua tamu yang hadir menatap mereka. "Sepertinya ini pesta yang salah."


"Oh, begitu, ya." Pria tua itu menyimpan kembali pistol di dalam sakunya. "Remaja kadang-kadang bisa sangat mengkhawatirkan."


Ezra tak membalas ucapannya. Tiba-tiba saja pria itu menyingkir dari hadapan mereka.


"Jika kau butuh bantuan untuk mendisiplinkan anakmu, hubungi kami."


"Terima kasih." Ezra meraih tangan Sarah dan membawanya pergi dari sana.


Keduanya membisu saat menuju tempat pesta kedua. Ezra berpikir kalau pria tadi hanya bercanda saat menodongkan pistolnya. Tetap saja rasanya tidak nyaman. Ia melirik Sarah di sebelahnya.


"Are you okay?" tanya Ezra.


"A little bit shocked," jawab Sarah.


His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang