Pagi yang indah dalam selimut kemewahan. Hari ini dimulai seperti biasanya, tak ada suara yang terdengar, dan aku hanya bangun karena terlalu lelah mendengar alarm yang bising.
Namaku Fio, salah seorang anak pengusaha yang lumayan sukses di kota ini. Rumahku megah dan sepi, bahkan terasa mencekam bagi sebagian orang. Ayah dan ibu sangat jarang pulang semenjak aku masuk kuliah, bahkan melihat wajah mereka sehari sekali saja mungkin sudah menjadi hal yang sangat aku syukuri.
Dalam selimut kabut yang memudar aku sadar bahwa hari ini ada mata kuliah yang harus aku hadiri, dari pada berdiam diri di rumah dengan segala kesunyian yang ada, lebih baik aku pergi ke kampus sejenak untuk melepaskan penat.
Sekarang sudah menunjukan pukul delapan pagi, dan aku sudah selesai bersiap-siap pergi ke kampus. Setelah mengunci semua pintu rumah, aku mengeluarkan mobil untuk pergi ke kampus.
Jalanan hari ini sedikit ramai, karena memang sekarang saatnya bagi orang-orang untuk beraktivitas. Ada yang menjajakan koran dan pernak-pernik, ada yang berjualan sayur di pasar, ada orang yang baru saja sampai kantor, dan ada beberapa orang yang pergi kuliah.
Tak selang beberapa lama akhirnya aku sampai di kampus. Kampus yang indah dengan suasana hijau di tengah kota. Setelah mengeluarkan semua alat gambarku akhirnya aku langsung menuju ke kelas, pagi ini ada pembelajaran membuat gambar, tidak mungkin aku melewatkannya. Selama tiga tahun berkuliah di jurusan desain komunikasi visual (DKV) aku tak pernah absen seharipun dalam pelajaran ini. Setidaknya, dengan menghadiri kelas bisa membuat hatiku sedikit tenang.
Beberapa jam berlalu dan akhirnya kelas itu selesai, sebenarnya aku ingin saja jika waktunya ditambah, tapi kurasa mahasiswa lain tidak akan setuju dengan ide ngawurku ini. Tapi tak apa, lagian aku hanya punya satu kelas sekarang, karena berada di semester akhir membuat mata pelajaran yang diambil semakin sedikit sebelum mulai untuk membuat tugas akhir.
Haa, sepertinya aku akan mampir ke Cafe sebentar, kembali lagi ke rumah bukanlah pilihan yang baik untuk sekarang. Lagian, tidak ada yang bisa aku lakukan di sana selain kembali menggambar dan membaca beberapa buku. Sudah lama juga aku tak mengunjungi tempat itu, sepertinya sekarang sudah semakin membaik, sesekali aku juga ingin melihat bagaimana satu-satunya bisnisku berkembang.
Aku membuka sebuah Cafe di dekat kampus, dikarenakan ayah dan ibu sibuk bekerja serta uang tabunganku juga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari membuatku bosan dengan kegiatan monoton di rumah. Alhasil aku membeli saham salah satu Cafe yang ada di sini dan merombak kembali manajemennya, walaupun aku jarang mengawasi bisnisku tapi aku percaya bahwa pekerja di sana tidak ada yang macam-macam, karena mereka berhutang Budi padaku.
Sesampainya di sana aku langsung masuk ke dalam dan pergi menuju meja pemesanan. Seperti biasa, americano dingin adalah jawaban yang paling tepat sebagai minuman di pagi hari. Lagian aku juga ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan, mungkin sedikit banyaknya kandungan kafein sangat berarti untuk produktivitasku.
"Selamat datang, Nona Fio. Ada yang bisa saya bantu?" Ucap salah seorang dari mereka yang ada di meja pemesanan.
"Seperti biasa ya, Kak." Ucapku sembari tersenyum. Dia adalah salah satu pegawaiku, seorang mahasiswa tingkat akhir yang terkendala biaya kuliah. Waktu Cafe ini pertama kali buka ia adalah orang pertama yang minta pekerjaan, saat itu aku menyetujuinya karena memang butuh tenaga kerja, dan aku membuat kontrak bahwa aku akan membayar lunas uang kuliahnya selama satu semester asalkan gajinya aku potong sebagian sebagaimana perjanjian yang ada di dalam kontrak kerja. Dan ya, ia setuju akan hal itu.
Sembari menunggu pesanan datang aku menuju tempat duduk yang ada di samping ruangan, selain tempatnya bagus di sana juga sangat tersembunyi dari orang-orang yang datang ke Cafe.
Tak selang berapa lama akhirnya pesananku datang, sebuah kopi hitam dingin di dalam gelas bening yang elegan. Ahh, aku memang pandai mendesain sesuatu, bahkan untuk sebuah gelas murah saja sudah terlihat mahal dan elegan.
Baiklah, waktu yang tersisa sampai sore hari sepertinya sangat banyak, mengingat sekarang baru pukul sepuluh pagi dan aku juga tidak ada kegiatan lainnya. Hari ini aku ada beberapa pesanan logo dan desain produk dari beberapa brand, tenggat waktunya memang masih lama sekitar seminggu lagi, tapi tak apa jika aku mengerjakannya sekarang, siapa tahu aku diberi komisi lebih dari konsumen, yaah walaupun aku tak terlalu memusingkan itu sih.
Dua jam berlalu dan tak sadar sekarang sudah tengah hari saja. Aku sudah mulai bosan dan memutuskan untuk pergi dari sini. Setidaknya kali ini aku punya niatan untuk kembali ke rumah untuk tidur siang, semua pekerjaanku sudah hampir selesai semua jadi tidak masalah.
Saat aku ingin membereskan semua barang-barangku tiba-tiba ada yang menyapa dari samping dan berkata.
"Selera yang bagus, baru kali ini aku melihat seorang perempuan ke Cafe memesan kopi dan bukan coklat ataupun teh." Ucapnya sembari duduk di kursi yang ada di sampingku.
"Ya, terima kasih, kau juga." Balasku.
"Namaku Fre, aku mahasiswa hukum di kampus ini, dan kau?" Ia terlihat sopan, apakah ia ingin berkenalan?.
"Namaku Fio, mahasiswa DKV. Kau pria yang sopan, ya." Jawabku.
"Terima kasih, sayangnya tak banyak yang beranggapan seperti itu. Senang berkenalan denganmu, Fion. Oh ya, aku baru melihatmu di sini, sebelumnya tak pernah terlihat orang yang duduk di kursi itu." Ucap Fre, ia tidak tahu saja bahwa akulah yang punya tempat ini.
"Beberapa bulan terakhir ini memang iya, karena aku juga sibuk mengurus beberapa pekerjaan. Kalau kau sendiri, kapan pertama kali ke sini?" Tanyaku balik.
"Hmm, mungkin semester yang lalu, aku juga sering bekerja di sini. Oh ya, aku adalah wartawan lepas yang bekerja untuk salah satu penerbit di kota ini, kalau kau? Apa pekerjaanmu?" Fre kembali bertanya.
"Aku membuka jasa pembuatan logo dan desain, biasanya kalau ada job aku selalu datang ke sini, tapi beberapa bulan ini aku juga sibuk dengan kegiatan kuliah makanya tidak sempat untuk datang kemari. Kau ternyata pandai memilih tempat duduk, ya." Basa-basi yang cukup menyenangkan, entah sudah berapa lama aku tidak berbicara banyak dengan orang lain.
"Waaaah, keren. Aku lihat kau tadi mau pergi, ya? Maaf jika aku menyita waktumu. Jika kau ingin pergi sekarang silahkan, tidak enak juga rasanya jika aku menahanmu terlalu lama, hahahaha." Ucap Fre.
"Kau benar-benar pria yang sopan. Baiklah, aku pergi dulu. Oh ya, beberapa hari ke depan aku akan sering ke sini, jika kau tak keberatan maka datanglah. Biasanya aku selalu datang sore hari, kebetulan saja hari ini aku kelas pagi makanya sempatkan ke sini sebentar." Ucapku seakan-akan tak ingin menyudahi obrolan ini.
"Baiklah, aku juga sering sampai malam duduk di sini, selain harga kopinya yang enak dan murah, suasana di sini juga cukup tenang dari pada di Cafe lain. Selamat jalan, sampai berjumpa lagi besok." Fre membalas dengan senyum.
Ahh, sungguh pertemuan yang menyenangkan, entah kapan terakhir kali aku merasakannya. Biasanya, saat orang-orang baru pertama kali bertemu denganku jika tidak meminta nomor telepon pasti memaksa untuk jadi teman. Entah kenapa aku merasa tak nyaman dengan perlakuan khusus itu. Tapi sekarang entah kenapa aku merasa bahwa Fre berbeda dari mereka. Ia tak peduli dengan kecantikan orang lain, ia tak masalah dengan harta dan kemewahan.
Aku akui ia sedikit lusuh dan acak-acakan, namun ia adalah orang yang tulus tanpa memandang rendah orang lain. Sepertinya sekarang aku sudah menemukan seorang teman..
KAMU SEDANG MEMBACA
Indah di Bawah Lembayung
RomanceApa yang diinginkan oleh semua orang di dunia ini? Kemewahan? Uang? Jabatan? Aku bingung kenapa semua orang menginginkannya. Aku sedari dulu mendapatkan semuanya, setiap sendi kehidupanku selalu terpenuhi. Namun, entah kenapa hidupku terasa kosong...