Jangan lupa follow, Vote dan komentarnya☺️
Happy reading💙
❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️
Anan kembali ke ruang masak dan melihat ke arah Santa yang sudah asyik masak makan malam. Semenjak dia menikah, dia jadi mahir dalam memasak. Anan pun juga sudah mahir masak.
"Sini aku bantu." Ucap Anan kepada Santa yang ingin mengupas udang.
Santa hanya mengangguk lalu menyerahkan udang mentah yang mau dia kupas.
"Pin tidak bisa makan makanan pedas, jadi untuk dia, jangan di kasih cabe." Anan memberitahu Santa yang hendak memasak kuah udang kari."
"Kalau begitu untuk kak Pin, aku pisah ya masaknya." Tanggap Santa tidak keberatan harus masak dua kali.
Anan mengangguk ringan.
Sekarang, Santa tidak lagi cemburu jika Perth dan Anan sering berdua. Sebab hubungan keduanya real hanya sebatas sahabat. Tidak lebih.
Perth dan Pin sedang bicara empat mata di ruang kerja Pin. Sementara Meen bermain bersama anak-anak. Tiga orang ini ingin memberi ruang untuk Perth dan Pin. Meen mengajak para bocah main air laut.
"Jadi adek sudah bisa melihat?"
Pin mengangguk ringan.
"Padahal salah satu tujuan kakak menemui adek adalah untuk memberikan adek mata baru." Ucap Perth mengusap lembut surai hitamnya.
Pin terkekeh, lalu melingkarkan tangannya pada lengan kanan Perth. "Mulai sekarang, adek tak lagi menjadi beban mama dan kakak." Dia memang sengaja menyindir kakaknya.
"Adek tak boleh berkata seerti itu, sejak kapan kami menganggap adek sebagai beban, hembn?" Protes Perth dia rasa perkataan Pin tadi kurang baik. Dia meraih dagu adiknya, dia tatap dalam-dalam manik gelap itu.
Namun Pin malah menepis tangan Perth yang memegang dagunya. Dia tidak bermaksud kasar namun dia juga menolak untuk mundur. Dia harus mengambil sikap yang tegas supaya kakaknya tahu, dia bukan lagi adik yang tak bisa diandalkan.
Perth tertegun, mencoba memahami Pin. Dia merasa asing dengan saudaranya sendiri. Mungkin karena sudah terlalu lama berpisah tanpa saling mengabari. "Adek, tenanglah. Kita bisa bicara tanpa emosi yang meluap-luap. Semua ini hanya salah paham." Perth pikir, Pin masih memendam marah terhadap kejadian yang telah berlalu. Inilah kesimpulannya dari sikap Pin.
"Kenapa kakak bicara seperti itu? Seolah-olah adek memendam dendam pada kakak dan juga pada mama. Apa sebegitu asingnya kakak denganku sekarang? Adek akui, adek memang sedikit berubah, tetapi tak seharusnya juga kakak berkata seperti ini, padahal adek tak pernah protes dengan perubahan kakak." Tanggap Pin kini dia lepas rangkulan tangannya dari Perth, dia tersinggung.
"Bukan begitu, perkataan adek tadi terbilang kasar dan juga..."
"Tapi memang benar kan, selama ini kakak dan mama menganggap adek beban. Membatasi pergerakan adek dan melarang adek membantu kalian. Bahkan selama 5 tahun ini, kakak dan mama bahkan tidak pernah mencari adek. Mungkin tanpa kalian sadari, kalian bahagia dengan ketidakhadiran ku. Sebab dimata kakak dan mama, adek hanya beban." Potong Pin membuat Perth tercekat.
Percakapan mereka semakin memanas, terlebih Perth tidak mau mengalah dengan Pin yang pada dasarnya memang keras kepala.
"Darimana adek mendapatkan kesimpulan bodoh seperti itu? Jika kakak tidak mencari adek, mana mungkin kakak tahu adek tinggal di sini?" Mereka saling bersitatap dengan pandangan yang sama-sama emosional.
Pin menghela nafas, semakin lama, dia semakin kesulitan mengontrol sisi gelapnya. "Kalau begitu kenapa mama tidak ikut dengan kakak? Apakah pekerjaannya jauh lebih penting dari adek?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Abyss : PerthSanta - The End
FanfictionPerth Tanapon X Santa Pongsapak : Enigma X Alpha ⏩Ghostship Area☠️ ⏩Area dewasa 🔞🔞🔞 ⏩️ABO's Story ⏩MPreg Area ☠️ ⏩Typo dan kata yang hilang bertebaran 🙏 Finish : 25 Oktober 2024