Part 15

495 67 11
                                    



































































Pagi Eli sudah rapi dengan seragamnya yang di bantu oleh Gita, karena dari semalam kedua kaki Eli tak dapat di gerakan lagi, bahkan sampai pagi tiba kedua kakinya masih tak dapat di geraan alhasil Gita membantu semua keperluan Eli sampai ia rapi.

"Ga ada yang ketinggalan kan?" Tanya Gita.

Eli menggeleng pelan, perasaan tak enak karena membebani Gita kembali hadir di hati Eli.

Gita pun mendorong kursi roda Eli memasuki mobil Alphard yang sudah di desain khusus masuk kursi roda agar mudah, itu tentu dari sang Ayah yang bukan orang sembarangan.

Mobil melaju meninggalkan kosan menuju sekolah mereka.

"Sorry gue ngerepotin lu Git" Lirih Eli.

"Jangan bilang gitu, ga ada yang repot, lu sahabat gue"

"Tapi lu masih muda dan lu cuma habiskan waktu lu yang bisa di pake buat main, tapi lu malah ngurusin hidup gue yang udah cacat ini"

"Gue lakuin ini karena gue ga mau kehilangan lu, gue mau lu ada terus di samping gue, apapun yang terjadi, ada di samping lu adalah hal yang paling indah daripada main ga jelas" Gita menggenggam jemari Eli sambil meyakinkan dirinya jika semua dia lakukan tidak masalah baginya.

"Izinin gue membalas saat dimana lu juga selalu ada buat gue di saat terpuruk ketika Ayah gue pergi, lu berhasil meyakinkan gue kalo gue masih punya masa depan, bahkan gue ga jadi bundir buat nyusul Ayah waktu itu, itu semua karena lu, dan sekarang giliran gue yang selalu ada di samping lu, jadi tolong terima kehadiran gue"

Eli tersenyum terenyuh mendengar setiap ucapan Gita dan Eli mengangguk pelan sebagai jawaban.

Setelah mobil mewah itu membelah jalanan Ibukota akhirnya mereka sampai di sekolah, tatapan setiap orang tentu menjadi hal yang baru bagi Eli, mereka bertanya-tanya atas keadaan Eli yang seakan tiba-tiba duduk di kursi roda, dengan kaki yang tampak kaku tak bergerak sama sekali, yang bahkan mereka tak pernah mendengar Eli kecelakaan atau semacamnya.

"Eli lu kenapa? ko bisa jadi pake kursi roda kaya gini?" Tanya Jessi teman sekelas Eli.

"Tolong Eli nya jangan di wawancara, biarin dia tenang, pertanyaan kalian biar gue yang jawab nanti" Gita segera mendorong kursi rodanya dan meninggalkan mereka begitu saja tanpa terjawab pertanyaannya.

Mereka tiba di kelas, GIta menyingkirkan kursi yang tidak perlu untuk Eli.

Eli belajar seperti biasa namun di pertengahan tengah menulis lagi-lagi tangan kanan Eli tak dapat di gerakan.

"Ga usah nulis, biar gue aja yang nulis" Gita menutup buku milik Eli dan ia yang fokus menulis.

Eli hanya melihat bagaimana Gita serius menulis setiap materi yang di jelaskan sang Guru, Eli berubah menjadi sosok yang menjadi lebih diam seiring bertambah parahnya sakit yang ia derita.

Jam istirahat tiba, Gita mendorong kursi rodanya menuju kantin untuk mengisi perut kosong mereka.

"Gita, Eli Ibu ingin bicara sama kalian" Guru wali kelas mereka menghadang perjalanan mereka meminta mereka berdua untuk mengikuti langkahnya.

Mau tak mau Gita mendorong menuju kantor.

"Bu, kalo ini tentang Eli izinin aku yang jelasin ke Ibu, dan Eli tunggu di sini" Pinta Gita dengan sopan.

Sang Guru hanya menatap Eli sebentar lalu mendengus lemah dan mengangguk sebagai persetujuan.

"Lu tetep di sini jangan kemana-mana, gue ga akan lama" Ucap Gita pada Eli.

The End? (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang