Hidup tidak semudah yang dipikirkan semua orang ketika mereka masih muda. Ini adalah
kombinasi dari semua pilihan yang akan dibuat seseorang. Pilihan yang baik membuat hidup kita baik dan yang buruk membuat hidup kita menjadi neraka. Sama halnya dengan diriku dan Gracia. Sebagian besar pilihan yang kami buat tidak pernah membuat kami menyesal. Pernikahan kami, pekerjaan kami, anak-anak kami, semuanya adalah yang terbaik yang bisa kami miliki.
Kami selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal. Pekerjaan dan 2 tahun dalam pernikahan kami, tanggung jawab lain ditambahkan dengan kelahiran putri pertama kami, Azizi. Menjadi orang tua membuat kita merasa lebih bertanggung jawab dan dewasa. Kami harus melepaskan kehidupan bebas tanggung jawab saat kami menjadi orang tua. Dengan semua beban di tempat kerja, sangat menyenangkan menghabiskan waktu bersama Gracia dan Azizi di rumah. Ikatan kami menjadi jauh lebih kuat ketika putri kedua kami lahir, Christy.
Ketika kami mendedikasikan waktu kami untuk bekerja dan anak-anak, kami tidak punya banyak waktu untuk diri kami sendiri. Setidaknya salah satu dari kami lelah setelah bekerja dan itu membuat kami lebih sulit untuk menjalin sebuah keintiman. Tapi kami bercinta di setiap kesempatan yang kami dapatkan. Tetap saja aku tahu itu sangat membuat frustrasi bagi kami berdua untuk tidak sering berhubungan intim. Bahkan selama akhir pekan anak-anak kami tinggal di rumah. Jadi tidak ada kesempatan bagi kami untuk bercinta kecuali malam.
Frustrasi ini merayap ketika aku harus pergi ke luar pulau Jawa selama seminggu untuk bertemu dengan beberapa klien. Aku menelepon Gracia setiap malam dan kami mencoba melakukan masturbasi masing-masing melalui telepon. Tapi itu tidak seintim sentuhan fisik. Pada akhir kunjunganku, aku mendambakan sentuhan Gracia. Aku memikirkan sebuah rencana dan akhirnya aku memilikinya. Aku menelepon Mama untuk menanyakan apakah dia bisa menjaga Azizi dan Christy untuk akhir pekan. Dia sangat senang cucu-cucunya bersamanya dan Mama menanyakan alasannya kepadaku. Aku menjelaskan seluruh alasan kepadanya dan Mama dengan senang hati menerima untuk menghabiskan akhir pekan bersama mereka.
Aku tiba di Jakarta pada jumat malam. Gracia dan anak-anak menunggu di bandara untuk menjemputku."Selamat datang, sayang." ucap Gracia lalu menciumku.
Azizi dan Christy juga senang melihat diriku dan mereka berdua datang dan memelukku. Gracia mengantar kami kembali ke rumah dan aku sangat lelah. Kerja yang panjang dan penerbangan membuat aku merasa lebih lelah. Jadi aku makan malam dan menuju ke tempat tidur.
Gracia mencuci piring dan tugas-tugas lain yang tersisa. Lalu aku mendengar dia mengantar Azizi dan Christy ke kamar masing- masing saat aku tertidur. Tapi aku terbangun lagi oleh gerakan Gracia yang berbaring di sampingku. Aku bisa melihat bahwa dia mengenakan daster tipis khusus untuk tidur.
"Hai sayang." ucapku mengagetkan Gracia mengira aku sudah tertidur.
"Oh sayang, apa aku membangunkanmu? aku coba untuk diam sebisa mungkin. Aku minta maaf." ucap Gracia sambil menoleh ke arahku dan mengelus pipiku.
"Nggak masalah kok. Aku senang kamu membangunkanku. Aku kangen kamu sayang."
"Sama sayang, aku juga kangen kamu. Aku cuma bisa tidur sendirian waktu kamu nggak di rumah."
"Kalau begitu kita memiliki banyak hal yang harus dilakukan." ucapku dan mencium Gracia, setelahnya Gracia juga membalas ciumanku.
"Aku benar-benar kangen sayang." ucapku di antara ciuman.
Aku mendorong lidahku ke dalam saat Gracia dengan mudah menerimanya dengan membuka mulutnya. Lidah kami berkeliaran di mulut satu sama lain dan aku mencoba untuk membuka daster tidurnya.
"Sayang, kamu nggak lelah habis penerbangan tadi?" Gracia bertanya melihat mataku yang
mengantuk.Tentu saja aku sangat lelah dan juga mengantuk. Tapi aku kangen dengannya, kangen dengan tubuh Gracia.
"Aku kangen kamu sayang, bahkan aku belum nyentuh kamu selama seminggu."
"Tapi sayang, kamu perlu istirahat. Kamu nggak mau kan sakit karena memaksa tubuh kamu." ucap Gracia dengan suara keibuan.
"Nggak peduli kalau aku sakit. Aku kangen banget sama kamu." aku bersikeras, tidak siap untuk menyerah.