Chapter 33 - Permintaan Gigit Ekor

40 8 0
                                    

Aku, Mio, Ciel, dan Sia makan malam di dalam kamar ku. Hidangan yang kami makan adalah daging goreng dan beberapa sayuran yang cukup untuk mengisi energi yang terbuang setelah menjalani hari yang berat.

Ciel dan Sia menikmati hidangan daging goreng yang Mio masak. Ini adalah pertama kalinya aku menikmati makan malam di dalam kamar ku bersama orang lain selain Mio.

Makan malam ku biasanya di temani oleh Mio dan di hari tertentu aku harus menghadiri makan malam keluarga yang di pimpin oleh Ayah ku. Ah! maksud ku Marquess Rommel.

"Ugh.. M-Mio.." tepat di depan ku, hidangan makan malam di sajikan di atas lantai dengan porsi yang cukup banyak membuat isi perut ku menjerit.

"Sepertinya, aku tidak sanggup lagi memakannya" mendengar ucapan ku, Mio yang duduk di samping ku segera mengambil peralatan makan ku dan menaruhnya pada sebuah troli yang terletak tidak jauh dari pintu keluar kamar ku.

"Ini, Lily-sama.." setelah menyelesaikan tugas kecilnya. Mio kembali duduk di samping ku sembari membawa segelas minuman segar.

"Ah! Lily-sama.. Ada sedikit noda kecil yang menempel di bibir. Boleh aku membersihkannya?" ucap Mio.

"Ung~" aku tidak menjawab pertanyaan Mio dan memberikan bibir ku sepenuhnya untuk dibersihkan.

Sebuah sensasi halus menyentuh bibir ku. Aku bisa melihat dengan jelas bibir Mio yang bersentuhan dengan bibir ku. Setelah Mio membersihkan sisa noda yang menempel di bibir ku, tanpa sengaja mata ku melirik Ciel dan Sia yang sibuk mengamati kami.

"Umm.. Nee-sama. Boleh aku bertanya tentang satu hal yang membuatku penasaran?"

"Um.. Dua hal jika diperbolehkan?" tanya Ciel.

"Ung?" aku membalas pertanyaan Ciel dengan menatap wajahnya.

Hidangan makan malam milik Ciel telah habis dan tampaknya Ciel tidak berencana untuk menambah porsi makanannya.

"Umm.. Nee-sama.. Anoo.." ucapan Ciel sedikit terpotong dan rona wajahnya sedikit memerah.

Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Ciel, tapi..

Nee-sama?

Kenapa Ciel memanggilku dengan sebutan Nee-sama?

Bukankah aku yang seharusnya memanggil dirinya Nee-sama?

"Umm.. Katakan saja.." balas ku.

"Nee-sama.. Apakah Nee-sama dengan Mio-sama memiliki hubungan pernikahan?" tanya Ciel.

"Puuufuuu!! Uhuuuk!!" pertanyaan Ciel membuat Mio tersedak karena ia sedang menikmati secangkir teh hangat di samping ku.

"Eng? Kami tidak menikah" balas ku untuk menjawab pertanyaan Ciel.

"Eh?? Tapi kenapa-"

Sebelum Ciel melanjutkan kata-katanya, aku memotongnya dengan sebuah ucapan yang berasal dari hati kecil ku.

"Kami tidak menikah tapi hubungan kami lebih dari itu" ucap ku untuk melengkapi jawaban sebelumnya.

"Puuuuffff!!" kali ini, Sia yang tersedak setelah mendengar jawaban ku.

"Kuuuuuu~" Mio yang mendengar jawaban ku hanya bisa terdiam dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Aku bisa melihat telinga Mio yang berwarna merah dan senyum kecil dari balik kedua tangan yang menutupi wajahnya.

"Ah! Begitu rupanya. Jadi, Nee-sama ini adalah kepala keluarga?" lanjut pertanyaan Ciel.

Um, apakah hubungan kami membuat Ciel penasaran?

Perubahan tingkah laku Ciel dan pertanyaan kecilnya membuat ku menyadari ada sesuatu yang terjadi kepada Ciel.

"B-Bisa dibilang begitu" jawab ku untuk menutup pertanyaan Ciel.

Blessing Of Yuri GoddessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang