Suara Jennie terdengar dari bawah tangga. Ia mendengar semuanya. Keluarga ini berantakan karena kehadirannya. Bukan Jessica yang harus pergi, melainkan dirinya.
Setelah mengemas barang-barangnya, Jennie menarik koper ke bawah hingga berhenti tepat di depan sang ibu. Ia memandangi wajah cantik Jessica cukup lama sebelum akhirnya berbicara.
"Aku akan kembali setelah aku sukses"
"Tidak, kamu gak boleh pergi ke mana pun!" Jessica menggeleng dan menahan tangan Jennie. Jennie hanya tersenyum kecut.
"Jika aku bisa kembali ke masa lalu, aku tetap akan memilihmu sebagai ibuku, tapi sekarang aku menyesali pilihan itu. Aku seharusnya tidak ada di sini"
"Selamat tinggal, Mommy" Jennie menundukkan kepala, mendorong kopernya keluar, meninggalkan mansion. Jessica jatuh terduduk di lantai. Air mata berderai menuruni pipinya tanpa henti.
Kini Jennie tak punya tujuan. Ia tidak punya siapa pun di luar sana. Satu-satunya harapannya tersisa adalah meminta bantuan kepada sekretarisnya.
"Sajangnim, Anda mau ke mana?" tanya Jung Chaeyeon, sekretarisnya.
"Aku keluar dari rumah"
"Wa-waeyo?"
"Apa kamu punya apartemen kosong yang bisa kutempati? Tapi untuk sekarang, aku gak punya uang. Jadi, bisakah aku meminjam uangmu?" Jennie to the point, menghindari banyak penjelasan.
"Saya punya apartemen kosong, sajangnim. Anda bisa tinggal di sana, tak perlu membayar"
"Anniya, aku akan bayar kalau aku sudah punya uang"
"Baiklah. Mari saya antar sekarang"
Chaeyeon, seorang gadis dari Incheon, merantau ke Seoul untuk mencari pekerjaan dan langsung melamar di agensi Jennie setelah membaca brosur lowongan dari Odd Atelier. Ia dan Jennie seumuran, dan hubungan mereka pun cukup akrab.
"Ini apartemennya. Saya harap Anda nyaman tinggal di sini"
"Makasih, Chaeyeon-ah"
Setidaknya sekarang Jennie punya tempat tinggal. Walau boy group yang dia debutkan sudah menghasilkan pendapatan, keuangan perusahaannya hanya cukup untuk balik modal. Jennie belum mendapatkan penghasilan pribadi.
Keesokan harinya, Jennie mulai bekerja di sebuah restoran pizza, milik teman Chaeyeon. Selain tempat tinggal, Jennie juga meminta Chaeyeon mencarikannya pekerjaan. Kini, dia harus bisa mandiri, harus bisa mencari uang sendiri, atau dia tidak akan bisa makan. Sore itu, Jennie pulang membawa sebungkus pizza yang diberikan oleh pemilik restoran. Karyawan di sana sangat ramah dan tidak memandang rendah karyawan baru. Jennie merasa beruntung memiliki lingkungan kerja yang baik.
Ketika hendak menyantap pizzanya, tiba-tiba Jennie teringat ibunya. Pizza ini makanan kesukaan Jessica. Tanpa sadar, air mata Jennie menetes, tetapi ia cepat-cepat menghapusnya.
"Aku harus cepat wisuda dan bekerja di rumah sakit, sekaligus menjalankan perusahaan. Aku harus sukses, supaya bisa menampar mulut mereka dengan uang" gumam Jennie, menguatkan tekad.
Malamnya, Jennie mengerjakan skripsinya di ruang tengah apartemen. Ternyata, hidup jauh dari orang tua tidak seburuk yang ia kira.
Ddrrrtt
"Halo?"
"Odiya?" suara Jisoo terdengar di seberang telepon.
"Di rumah"
"Lo udah dapat tempat tinggal?"
"Ne"
"Ini, Mommy mau ngomong sama Lo" kata Jisoo, memberikan ponselnya pada Jessica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker
Fiksi PenggemarJennie dan Jisoo memiliki adik lagi diusia mereka yang sudah dua puluh tahun. Saat lahir adik kembar mereka suka membuat ulah dan menjadikan mereka sebagai korban kenakalannya. - Blackpink Siblings -