Love Triangle - 1

78 5 0
                                    


Cinta adalah sesuatu yang rumit. Terlebih ketika cinta itu melibatkan tiga hati yang terhubung namun memiliki perasaan yang berbeda-beda. Aku, Midoriya Izuku, tak pernah membayangkan bahwa hidupku yang sederhana dan penuh perjuangan menjadi pahlawan akan diwarnai dengan cinta segitiga yang menguras emosi dan pikiranku.

---

Semuanya dimulai ketika kami masih di U.A. High School, sekolah yang penuh dengan persiapan dan pelatihan untuk menjadi pahlawan terbaik. Aku, Bakugo Katsuki, dan Todoroki Shouto, bertiga sering berlatih bersama meski hubungan kami penuh dengan kompetisi. Bakugo, dengan sikapnya yang kasar dan keras kepala, selalu mendorongku hingga batas kemampuanku, sementara Todoroki yang tenang dan cerdas, selalu mendukungku dengan cara yang lebih halus.

Namun seiring berjalannya waktu, sesuatu mulai berubah. Bukannya hanya fokus pada pertarungan, kami mulai melihat satu sama lain dengan cara yang berbeda.

Bakugo selalu memiliki cara yang unik dalam menunjukkan perasaannya. Meski dia terus-menerus menghinaku dan membuatku merasa inferior, ada momen-momen di mana dia tampak lebih perhatian daripada yang bisa dia akui. Salah satu momen itu terjadi saat kami berlatih bersama di malam hari, ketika tak ada yang melihat.

"Oi, Deku! Jangan lambat! Kalau kau terus begini, aku akan meninggalkanmu!" serunya dengan nada sombong, seperti biasanya.

Namun saat aku terjatuh setelah latihan yang melelahkan, Bakugo berjalan mendekat, mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. Sesuatu dalam tatapan matanya membuatku berhenti sejenak.

"Aku tak butuh bantuanmu," kataku dengan lemah, mencoba bangkit sendiri. Tapi dia memaksa tangannya ke arahku, wajahnya berkerut.

"Jangan bodoh. Aku tak akan membiarkanmu mati di sini."

Tangan kami bertautan, dan ada sesuatu yang berubah di sana. Aku melihat sisi lain dari Bakugo yang jarang ia tunjukkan-sisi yang peduli, meskipun dia berusaha keras untuk menyembunyikannya.

Di sisi lain, Todoroki selalu menjadi sosok yang misterius bagiku. Dengan kepribadiannya yang tenang dan dingin, dia sering terlihat tak terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya. Namun ada momen ketika dia akan menunjukkan kehangatan yang membuat hatiku berdebar.

Seperti saat kami melakukan misi bersama, ketika aku hampir terluka dalam pertarungan melawan penjahat kuat. Todoroki melompat ke depan, melindungiku dengan kombinasi api dan es yang sempurna.

"Midoriya, kau harus lebih berhati-hati," katanya dengan suara yang tenang, namun ada kekhawatiran yang jelas di matanya.

"Terima kasih, Todoroki," aku tersenyum padanya, tapi dia tetap berdiri di sana, menatapku dengan intensitas yang membuatku merasa canggung.

"Kau penting bagiku," ucapnya pelan, suaranya sedikit gemetar.

Kata-katanya membuat hatiku bergetar, karena itu adalah pengakuan yang tak kuduga dari seseorang seperti Todoroki.

Saat itu, aku mulai menyadari bahwa kedua orang ini, Bakugo dan Todoroki, memiliki perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan untukku. Dan yang lebih mengejutkan, mereka mulai secara terang-terangan menunjukkan perhatian mereka padaku.

---

Suatu sore, setelah latihan yang panjang, Bakugo dan Todoroki bertemu denganku di atap sekolah. Udara terasa tegang saat mereka saling berhadapan, masing-masing dengan ekspresi serius. Aku bisa merasakan ketegangan di antara mereka.

"Aku akan berbicara dulu," Bakugo berkata, menatap langsung ke mataku. "Deku, aku tak akan memutar-mutar kata-kata. Aku menyukaimu."

Jantungku berhenti sejenak. Apa yang baru saja dia katakan? Bakugo, orang yang selalu bersikap kasar dan kompetitif, mengakui bahwa dia menyukaiku?

Sebelum aku sempat bereaksi, Todoroki melangkah maju. "Aku juga, Midoriya. Aku sudah lama merasakannya, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku peduli padamu."

Aku berdiri di antara mereka, bingung dan panik. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupku-sahabat sekaligus rival-keduanya mengakui perasaan mereka terhadapku di saat yang sama. Perasaanku bercampur aduk. Aku tak tahu harus merespons bagaimana. Bagian dari diriku sangat tersentuh oleh ketulusan mereka, namun aku juga merasa tertekan oleh situasi ini.

"Bakugo... Todoroki..." kataku dengan suara pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku-aku tak tahu harus berkata apa. Kalian berdua adalah orang yang penting bagiku. Tapi..."

Mereka menatapku, masing-masing dengan harapan yang berbeda di mata mereka. Bakugo dengan intensitas penuh emosi, Todoroki dengan tatapan tenang namun dalam.

"Aku butuh waktu," akhirnya aku berkata dengan suara gemetar. "Aku tidak bisa memutuskan sekarang. Ini terlalu rumit..."

---

Hari-hari setelah pengakuan itu menjadi penuh kebingungan. Bakugo dan Todoroki, meskipun mereka tahu aku belum bisa memberi jawaban, tak berhenti menunjukkan perhatian mereka padaku. Setiap momen bersama mereka terasa seperti medan perang emosional yang tak pernah kuduga.

Bakugo akan selalu mendekatiku dengan caranya yang kasar namun protektif, seperti saat kami bertarung bersama atau sekadar berlatih di gym. Di sisi lain, Todoroki selalu ada dengan kehadirannya yang tenang, siap mendengarku tanpa menuntut apa-apa.

Suatu malam, aku duduk sendirian di ruang asrama, merenungkan perasaanku sendiri. Kenapa ini terasa begitu sulit? Bakugo adalah sahabat sekaligus rival yang telah bersamaku sejak kecil. Meskipun kami sering berkelahi, aku tahu ada kedekatan di antara kami yang sulit dijelaskan. Sementara Todoroki, dengan segala kelembutannya, telah menunjukkan sisi dirinya yang tak pernah kulihat di orang lain.

Aku tahu aku harus membuat keputusan. Ini tidak adil bagi mereka berdua. Tapi bagaimana aku bisa memilih di antara dua orang yang begitu penting bagiku?

Saat aku terhanyut dalam pikiranku, pintu kamarku diketuk pelan. Todoroki berdiri di sana, dengan ekspresi tenang namun penuh arti. "Midoriya, bolehkah aku masuk?"

Aku mengangguk, masih merasa canggung dengan semua perasaan yang berkecamuk di dadaku. Dia duduk di sampingku, tak berkata apa-apa untuk beberapa saat. Kami hanya duduk dalam keheningan, dan entah bagaimana itu membuatku merasa lebih tenang.

"Aku tahu ini sulit bagimu," Todoroki akhirnya berbicara, suaranya lembut. "Aku tidak ingin memaksamu, tapi aku ingin kau tahu bahwa apa pun keputusanmu, aku akan menghormatinya."

Kata-katanya membuat hatiku terasa lebih ringan, meski aku tahu bahwa apa yang akan terjadi selanjutnya tetap sulit. Tapi ada satu hal yang kutahu pasti-apa pun yang terjadi, aku tak ingin menyakiti mereka.

Dan saat Bakugo mengetuk pintu tak lama setelahnya, dengan ekspresi yang penuh tekad seperti biasanya, aku tahu bahwa aku harus menghadapi kenyataan. Cinta segitiga ini mungkin rumit, tapi itu adalah bagian dari perjalanan hidupku, perjalanan kami bertiga.

---



aku harap kalian menyukainya, jujur aku snagat gugup karna aku pikir ini cerita yang cukup membosankan:(

jangan lupa vote, komen, dan juga follow akunku untuk kelanjutannya ya!!

Midoriya-Oneshoot!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang