~Semesta Merindu~
Rafka memilih untuk pulang tanpa bercerita pada Ummi Ningrum. Dia terpaksa berbohong dan bilang bahwa Keisha sedang tidak enak badan. Awalnya Ummi Ningrum menyuruh mereka untuk menginap, namun dengan halus Rafka menolak. Melihat wajah sembab Keisha dan Rafka, membuat Ummi Ningrum mengerti, mungkin anak dan menantunya itu sedang bertengkar dan akhirnya mengizinkan mereka untuk pulang.
Sudah satu jam mereka berdiam diri di kamar. Rafka yang berusaha untuk menghindar dari Keisha, dan Keisha yang terus berusaha untuk berkomunikasi dengan baik.
"Kak, ayo bicara," ajak Keisha pelan.
"Apalagi yang mau kamu bicarakan?"
"Tentang..."
"Penyakit saya? Kamu tidak perlu tau Keisha! Saya sudah bilang bahwa saya bisa mengatasi semuanya sendiri," potong Rafka cepat.
"Tapi aku istri kamu Kak," lirih Keisha menunduk sedih.
"Apa menjadi istri saya menjadikan suatu beban untuk kamu?"
"Enggak Kak. Bukan gitu maksudnya," geleng Keisha dengan cepat.
Rafka menarik nafasnya dalam, "Keisha dengarkan saya. Apapun yang kamu baca dan tahu hari ini, tolong lupakan. Anggap saja kejadian hari ini tidak pernah terjadi."
"Gimana bisa? Gimana bisa aku tidak acuh sedangkan suami aku sendiri sedang menahan beban yang sangat berat sendirian," komentar Keisha sedikit meninggikan suaranya.
"Keisha... akh," Rafka memegangi perut nya yang tiba-tiba saja terasa sakit.
"Kak," khawatir Keisha yang langsung berlari menghampiri.
Rafka menepis tangan Keisha yang hendak membantunya. Dia berjalan dengan tertatih-tatih menuju ranjang. Keisha tidak peduli dengan penolakan yang Rafka berikan. Dia terus mengekori suaminya, takut-takut Rafka terjatuh.
"Jangan memberikan tatapan iba seperti itu pada saya Keisha," ucap Rafka dingin.
"Aku khawatir!" sentak Keisha.
"Saya tidak apa-apa."
Keisha melihat laki-laki itu yang terus meringis menahan sakit. Dia berpikir, kali ini luka mana lagi yang sedang berusaha dia tutupi.
"Kamu terlalu sakit untuk diri kamu sendiri Kak. Kamu terlalu memaksa pada tubuh kamu untuk terlihat baik-baik saja menurut mata orang lain."
Rafka menatap Keisha sekilas. Tatapanya sangat tidak bersahabat. Sedari tadi Rafka seperti memberikan jarak permusuhan pada Keisha.
"Saya hanya menjalankan apa yang saya bisa untuk melindungi mereka selagi saya mampu," jawab Rafka datar.
"Masalahnya kamu melindungi mereka dengan kondisi tubuh kamu yang sedang sekarat Rafka!" bentak Keisha tanpa sadar.
Rafka tersenyum sinis "Kamu tau sendiri saya sedang sekarat kan? Lalu untuk apa kamu terus mengejar cinta dari laki-laki sekarat seperti saya Keisha?"
"Bukanya dalam Islam itu gak boleh suudzon ya Kak?" tanya Keisha menyindir suaminya.
"Tidak usah menutup mata pada keadaan Keisha. Kamu tahu sendiri ginjal saya sudah rusak. Apa yang kamu harapkan dari laki-laki yang hidupnya tidak akan lama ini? Baik diluar ataupun didalam, tubuh saya sudah rusak dengan luka," wajah nya menunduk kebawah, sebagai tanda kehancuran dan keputus asaanya.
Di samping tempat tidur, tepatnya didalam laci yang selalu dia kunci, obat-obatan yang menumpuk menjadi saksi bisu perjuangannya melawan penyakit gagal ginjal yang merusak tubuhnya. Setiap hembusan nafasnya terasa berat, sebagai pengingat bahwa setiap detik adalah sebuah perjuangan melawan keputusasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Merindu
General Fiction"Kamu cemburu?" tanya pria itu jail. "Enggak!" Dia tidak cemburu. Hanya saja hatinya panas melihat lelaki itu berdekatan dengan perempuan lain. "Masa?" "Iya!" "Masa sih???" "IYA!" pekik gadis itu membuat lelaki di hadapanya terkejut. "Iya apa?" "...