Normal Activity

967 181 36
                                    

Denting jam terus berdetak menemani sosok Gita yang sedang duduk dengan kepala yang tertunduk, didalam kamarnya yang bernuansa hitam putih Gita juga terus mengetuk ngetukkan jarinya dengan netranya yang ia pejamkan.

Helaan nafas terdengar cukup berat dari seorang Gita ini,
"Kemampuan gue semakin melemah sekarang, bagaimana gue bisa menjaga Chika kalo begini?" Begitulah gambaran otaknya saat ini.

Meski berhasil menang dari seorang Michelle itu tak membuat Gita berpuas diri namun ia merasa bahwa kemampuannya masih tak cukup, Gita harus kembali melatih kemampuannya itu kembali agar lebih kuat lagi.

"Gue harus berlatih ama kak Ve sekarang" ujarnya.

Gita pun beranjak dari kamarnya menuju kakaknya yang tengah berada diruang tengah dengan langkah tegasnya,
"Kak Ve......"

Disisi lain

"Gita emang sekeren itu sih tadi! ya walaupun bonyok juga akhirnya, tapi itu Michelle! Rival ci Shani loh dulu" gumamnya sambil mengingat Gita yang hampir pingsan.

Chika sedang duduk diteras rumahnya sembari menikmati kopi seduhannya sendiri, rasa yang didominasi oleh pahit adalah kopi kesukaan Chika.

Meski Chika sendiri juga mendapat banyak luka dan lebam namun itu tak membuatnya mengeluh sekalipun.

Justru itu menjadi pelecutnya agar dapat membalas dendam kembali kepada seorang Christi,
"Apa ajaran ci Shani selama ini masih belum cukup? Atau gue yang makin lemah selama ini?" Benak Chika saat ini.

Sambil menyeruput kopinya Chika masih memikirkan bagaimana cara agar bisa mengalahkan Christi, karena perang besar itu sudah tak bisa dihindari dan dirinya harus bertambah kuat sebelum hari itu dimulai.

"Apa gue minta ajarin Firefist cici aja? Tapi tangan gue gak sekuat cici" gumam Chika sambil memandangi telapak tangannya.

Telapak tangan yang biasanya mulus kini terdapat luka diarea luar karena tinjuan yang keras selalu ia layangkan tadi,
"Awshh!! Lumayan juga perihnya" ringis Chika saat menyentuh lukanya yang belum mengering.

"Git! Gue juga bisa bertambah kuat kok, jadi saat gue ngalahin Christi nanti lo harus melihat itu" gumamnya kembali.

Namun saat akan meminta ci Shani untuk berlatih ia teringat bahwa cici sempurnanya itu masih ketempelan buaya kelas kakap, Chika pun berdecak sambil menyedekapkan kedua tangannya diperutnya.

"Akhh! Gue lupa ada buaya lagi, nanti aja deh nunggu dia pulang" ucapnya dengan wajah cemberutnya.

Sedangkan didalam ci Shani masih setia mengusap punggung mungil ketua fraksi VFA itu yang masih tertidur,
"Nyaman banget keknya, ampe senyam senyum gitu" gumam Shani yang melirik pada wajah Freyana.

"Mimpi apaan kira kira?" Benak Shani.

Setiap melihat gadis karamel ini Shani memang selalu teringat pada Melody kelakuan dan tingkahnya memang sangat persis, dirinya masih teringat saat dahulu diminta untuk menjaga Chika yang ditinggal mati kedua orang tuanya.

Itu adalah kali pertama dan terakhir dirinya berhadapan dengan murid legend Sma Angkasa, permintaan Melody yang mengharuskan Chika masuk Sma Angkasa pun sudah ia turuti.

"Kak Mel ponakan kakak saat ini sudah mencapai puncaknya, semoga kakak juga ikut senang disana ya" benak Shani dengan tangannya terus mengusap punggung Freyana.

Saat tengah meng puk puk Freyana agar semakin lelap teriakan dari Chika sedikit membuat Shani terganggu,
"Ada apa sih?" Tanya Shani entah kepada siapa.

THE PRESENCE OF A NEW LEADER 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang