---
"Asher... aku ingin hubungan kita lebih dari sekadar atasan dan karyawan."
Asher menatap Callum dengan tatapan bingung, alisnya berkerut. "Maksudmu apa?"
"Aku ingin kamu jadi mate-ku," ucap Callum, matanya menatap dalam ke mata Asher, sementara tangannya menggenggam erat tangan Asher, menambah ketegangan di antara mereka.
Asher merasakan sesuatu yang aneh mengalir di antara mereka, aroma yang kuat dan familiar. pheromones Callum, biasanya hangat dan menenangkan, kini berubah menjadi sesuatu yang lebih menggoda, memicu naluri Asher yang lebih dalam.
Asher menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan hatinya yang berdebar. "Kamu bercanda, kan? Mate itu bukan keputusan yang bisa diambil begitu saja. Memang, kamu membantuku saat heat, tapi itu hanya bantuan, tidak lebih dari itu."
Callum mengangkat wajahnya, kepercayaan diri terpantul dalam tatapannya yang tajam. "Kamu tahu, Asher, aku bukan orang yang mudah menyerah. Kamu bisa menganggap ini sebagai respons dari heat, tapi kita berdua tahu bahwa setelah semua yang aku lakukan untukmu, aku pantas mendapatkan lebih dari sekadar penolakan."
Asher mundur selangkah, merasakan terjepit oleh kata-kata Callum dan perubahan aroma di sekitarnya. "Apa maksudmu?"
Callum tersenyum tipis, tapi ada ketegangan di balik senyumnya. "Aku yang ada di sana saat kamu membutuhkanku. Jika bukan aku, siapa yang akan membantumu? Kamu tahu betul posisimu saat itu. Dan sekarang, kamu mau berpura-pura bahwa semua itu tidak berarti apa-apa? Aku yakin kamu lebih pintar dari itu."
"Callum, aku tidak pernah meminta kamu untuk—"
"Tapi aku ada di sana," Callum memotong, suaranya dingin dan tegas. "Aku memilih untuk membantumu. Kamu tahu aku tidak melakukannya hanya untuk menjaga hubungan baik di tempat kerja. Aku menginginkan sesuatu dari hubungan ini, dan aku rasa kamu sudah tahu."
Asher mengerutkan kening, merasa terjebak dalam kata-kata Callum. "Ini bukan tentang balas budi atau kewajiban. Kamu tidak bisa menuntut perasaan dari orang lain hanya karena kamu merasa telah melakukan sesuatu untuk mereka."
Callum mendekat, jarak di antara mereka semakin menyusut, aroma pheromones yang memikatnya semakin kuat. "Kamu bilang ini bukan kewajiban, tapi coba pikirkan sejenak. Berapa banyak orang yang mau melakukan semua yang sudah aku lakukan untukmu? Aku sudah mempertaruhkan banyak hal. Jangan anggap kamu bisa pergi begitu saja, seolah-olah ini tidak pernah terjadi."
"Jadi, kamu ingin memaksaku untuk menerima perasaanmu hanya karena kamu pernah menolongku?" Asher menatapnya, rasa tak percaya mengemuka di wajahnya.
Callum menatapnya dengan intensitas yang hampir mengintimidasi. "Bukan memaksa, Asher. Hanya memastikan kamu mengerti—hubungan ini bisa menjadi lebih, tapi kamu harus mengambil langkah itu. Kalau tidak, kamu tahu betul apa yang bisa terjadi di antara kita di tempat kerja. Aku ingin kita bersama, tapi jika tidak... mungkin segalanya akan berubah."
Asher merasakan ketegangan dalam ruangan itu, dan aroma pheromones Callum kini menjadi begitu kuat, membuatnya semakin bingung. "Kamu mengancamku?" suaranya bergetar, berusaha mempertahankan ketenangan.
"Ini bukan ancaman, Asher," Callum menjawab, nadanya datar namun tegas. "Ini adalah kenyataan. Kamu tahu aku bisa membuat hidupmu lebih mudah atau lebih sulit. Keputusan ada di tanganmu."
Asher mengalihkan pandangannya, berjuang melawan rasa cemas yang merayap di benaknya. "Kamu tidak bisa menggunakan itu untuk mengontrolku. Itu bukan cinta. Itu manipulasi."
Callum mendekat lagi, jarak di antara mereka semakin kecil, menciptakan keintiman yang menakutkan. "Cinta bisa datang dengan risiko, dan aku berani mengambil risiko itu. Aroma ini—feromonku—mengikat kita dalam cara yang tidak bisa kamu abaikan. Aku berjuang untuk kita, dan aku rasa kamu tahu, di dalam hatimu, kamu juga ingin merasakannya."
"Callum, aku butuh waktu," Asher berkata dengan suara pelan, berusaha mengungkapkan kebimbangannya. "Ini semua terlalu cepat."
"Terlalu cepat?" Callum tertawa, tetapi tawanya tidak terdengar bahagia. "Selama ini, aku di sini menunggu, berjuang untukmu. Dan sekarang kamu bilang ini terlalu cepat? Apakah kamu menganggap dirimu punya waktu untuk berlama-lama? Semua yang kita miliki bisa lenyap jika kamu tidak segera mengambil keputusan."
Asher merasakan tekanan yang semakin berat, aroma Callum semakin menggoda, membuat pikirannya berputar. "Aku tidak bisa hanya memutuskan begitu saja. Apa yang kamu tawarkan terasa salah."
"Rasa salah itu datang dari ketakutanmu, Asher," Callum menjawab, suaranya lebih lembut namun tetap tajam. "Kamu takut akan perasaanmu sendiri, takut untuk membuka hati. Tapi jika kamu terus berlari dari perasaan ini, kamu hanya akan menghancurkan dirimu sendiri."
"Kamu tidak mengerti—"
"Tidak, aku mengerti lebih dari yang kamu kira," Callum memotong dengan tegas. "Aku mengerti apa artinya mencintai seseorang yang merasa tidak layak untuk dicintai. Aku di sini, Asher. Jangan sampai kamu kehilangan aku hanya karena kamu ragu."
Asher terdiam, bingung dan marah, tetapi ada bagian dari dirinya yang tergerak oleh aroma Callum yang kini melingkupi mereka. "Kamu membuatku merasa terjebak."
"Karena kamu tidak mau mengakui apa yang sebenarnya ada di antara kita," Callum menjawab dengan nada penuh percaya diri. "Ambillah langkah pertama, dan aku akan ada di sisimu. Jika tidak, aku akan membiarkan semuanya berjalan dengan sendirinya. Tapi ingat, hidupmu mungkin tidak akan sama lagi setelah ini."
Kata-kata Callum menggantung di udara, dan Asher merasakan tekanan yang semakin kuat, terjebak dalam dilema antara cinta dan ketakutan. Aroma pheromones Callum menambah lapisan kompleksitas pada perasaannya. Dalam hati, dia tahu bahwa keputusan ini akan mengubah segalanya, tetapi dia belum siap untuk menghadapi konsekuensinya.
Asher menarik tangannya dari genggaman Callum dan bergegas keluar dari ruangan yang dipenuhi pheromones-nya. Ia bahkan belum memberikan jawaban kepada Callum—rasa takutnya menguasai, sangat menguasai.
Napas Asher terengah-engah saat ia berlari menuju toilet. Di depan cermin, ia menatap pantulan wajahnya yang terlihat kusut dan memerah. Tanpa berpikir panjang, ia segera membasuh muka dengan air dingin, berharap bisa menenangkan diri. Setelah itu, Asher masuk ke salah satu bilik toilet dan duduk di sana, berusaha mengatur pernapasannya dan meredakan kegelisahan yang melanda hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip (BL, END)
Novela JuvenilAsher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum. Tanpa sepengetahuan Asher, Callum ma...