"Puncak Sunyi"

7 0 0
                                    

Di kaki gunung, kau temukan dirimu yang hilang,
tak ada suara, kecuali napas yang terbata di sela langkah panjang.
Kau cari makna hidup di antara kabut yang mengabur,
seperti angin yang berbisik, tapi tak pernah benar-benar hinggap.

Semesta ini terlalu luas untuk dipahami,
namun di setiap perjalanan, kau mulai mengerti.
Kadang hidup hanya tentang mendaki dan terjatuh,
lalu bangkit meski luka masih membiru.

"Untuk apa semua ini?" tanyamu pada langit yang beku.
Jawabannya selalu sama—dari puncak yang kau damba,
di sana kau temukan kekosongan yang penuh makna,
bahwa harapan bukanlah tentang tiba, tapi tentang terus berjalan.

Pohon-pohon tua itu saksinya,
bahwa manusia datang dan pergi,
meninggalkan jejak sementara,
seperti jejak di tanah yang hilang ditelan hujan.

Kau ingin menyerah di separuh jalan,
tapi ingatlah, kaki yang lelah masih bisa berjalan,
dan hati yang patah bisa sembuh perlahan.
Sebab, sesungguhnya, di puncak itu,
bukan kemenangan yang kau cari,
tapi damai yang tak pernah kau sadari.

Di sana, kau berhenti sejenak,
menatap dunia yang kecil dari mata burung.
Dan entah bagaimana, rasa syukur datang
seperti matahari yang perlahan-lahan menerangi segalanya.

Di atas puncak sunyi, kau temukan jawabannya—
bahwa hidup tak harus selalu dimengerti,
cukup dijalani dengan segenap hati.
Sebab, pada akhirnya,
setiap langkah menuju puncak
adalah perjalanan pulang pada dirimu sendiri.

Jakarta, 27 Desember 2023

Raden

Denyut Sunyi dan BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang