02. Her Trauma

566 91 18
                                    

    

¯ Klandestin ¯

   

           

            

             

                 

             

           

         

           

         

"Ayolah, Ma. Sekali aja plis~"

Sang ibu memijit keningnya, masih merasa ragu.

"Nanti kalau ketauan papa gimana, Asa?"

Sang anak yang dipanggil Asa itu masih setia menggoyang-goyangkan lengan sang Ibu.

"Ya makanya itu, Ma. Mumpung kita berdua aja, Asa mau belajar lagi."

"Kamu hampir nabrak pohon loh sebelumnya."

Asa mendelik kesal. Padahal kejadiannya sudah satu bulan yang lalu. Mengapa Ibunya masih mengungkit kesalahan lama? Dan juga sebelum kejadian itu dirinya sudah sangat pandai mengendarai mobil hingga keduanya juga memuji kemampuan menyetirnya.

"Ya kalau ga boleh terus, Asa kapan lancar nyetirnya, Ma?" Protes Asa, ia menundukkan kepala sembari memainkan jemari Ibunya. "Mama sama Papa kan pasti capek pulang kerja terus jemput Asa. Asa ga mau ngerepotin kalian lagi..." Lirihnya mengecil di akhir kalimat.

Sang Ibu terenyuh. Ternyata anaknya bukan ingin hanya bersenang-senang seperti yang mereka pikirkan sebelumnya. Sebaliknya, sang anak malah memikirkan mereka.

"Kalau Mama ga ngizinin gapapa deh,"

"Aduh gemes banget anak Mama." Sang Ibu mencubit pipi sang anak gemas. "Kali ini mama bolehin deh. Tapi nanti kalau dimarahin Papa, Mama ga ikut tanggung jawab, ya?"

Pupil mata Asa melebar mendengar pernyataan itu. Tubuhnya menegak lalu mengangkat tangan membuat pose hormat, "Siap laksanakan! Nanti kalau Papa ngamuk, Asa tinggal ajak Mama ke kamar terus kunci pintu. Pasti Papa yang luluh sendiri hehe..." Cengir Asa di akhir kalimat. Dirinya sangat tau betapa bucinnya sang Papa kepada Mama.

Setelah memasukkan belanjaan di bagasi, keduanya duduk dengan Asa menempati kursi pengemudi. Sebelum Asa menginjak gas, Sang Ibu melihat salju yang mulai turun perlahan. Kekhawatiran kembali melanda dirinya,

"Belajarnya nanti aja, ya? Saljunya mau turun. Nanti Mama yang bakal minta izin sama Papamu biar kamu belajar nyetir lagi."

Asa melambaikan tangannya, "Tanggung, Ma. Tinggal injek gas aja ini. Asa janji bakal hati-hati, kok." Asa mencoba menenangkan Ibunya.

Sudah lama dirinya ingin belajar mengemudi lagi. Namun sejak dirinya yang hampir menabrak pohon, kedua orang tuanya selalu melarangnya menyentuh kursi pengemudi.. Takut kejadian sebelumnya terulang.

Karena tak tega melihat betapa antusiasnya Asa, Sang Ibu melepaskan tangannya. Ia menyandarkan tubuhnya, mencoba merilekskan diri.

"Yaudah, tapi hati-hati, ya! Yang fokus liat jalannya! Mama percaya sama kamu. Semoga kita sampai sebelum saljunya lebat."

Klandestin | Asa X RoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang