"Ini anak gue, prema sahmura,"
Bhumi Ragana Wasesa masih terdiam dan menunggu lanjutan ucapan dari sahabatnya. Sambil sesekali melirik pada anak kecil cantik yang di gandeng oleh sahabat karibnya.
"Gue mohon banget sama lu tolong jaga anak ini, gue nggak sanggup, tiap kali gue liat anak gue yang gue liat cuma istri gue, gue bisa gila kalau begini terus caranya."
"Papa? Janan nanis papa, pema salah agi ya pa?"
"Pa? tenapa diyepas dandenan tanannya?"
"Gue mohon sama lu bhumi, gue janji ini terakhir kalinya gue nyusahin lu."
Karena tidak tega melihat sahabatnya terus menangis tersedu - sedu dengan berat hati bhumi menganggukan permintaan sahabatnya.
Jawaban bhumi langsung diberikan pelukan ketika pelukan tersebut selesai sahabatnya langsung berlari meninggalkan anaknya seorang diri bersama bhumi.
"Papa?" Tidak menangis ataupun tidak berlari anak tersebut terdiam sambil menatap kepergian papanya.
"Kakak anteng pema pasti diemput papa tan?"
Bhumi tidak berani memberikan jawaban apapun dan hanya terdiam memandangi bola mata yang masih saja berusaha menahan air matanya.
"Kakak??"
Tanpa menjawab apapun bhumi langsung menggendong tubuh kecil prema karena hari bentar lagi pagi dan sepaham bhumi tidak seharusnya anak kecil dibiarkan masih terjaga, prema harus beristirahat.
Memang, benar - benar sudah sakit jiwa sahabatnya.
Setelah bhumi mengambil tubuh kecil prema, anak tersebut langsung menangis histeris hingga berhari - hari sampai bhumi harus kerepotan mencari psikiater terbaik agar prema bisa tenang dan melupakan masa lalunya.
Bukan porsi prema untuk menampung kenangan buruk.
Dan setelah beberapa hari yang terlewatkan itu baru bhumi sadari bahwa anak tersebut berkelamin laki - laki. Bhumi berdecak kesal atas kelakuan sahabatnya, ini bukan lagi 'gue bisa' dasarnya udah gila sampai memakaikan anak sendiri pakaian perempuan.
"Prem?"
Yang tadinya prema sedang asik bermain pasir ditaman mendengar suara bhumi langsung berlari kesenangan dan menghamburkan pelukan di kaki jangkung milik bhumi.
"Prema kenapa tunggu disini?"
Ibu guru yang menemani prema bermain langsung memajukan diri, " Prema bilang takut bapak tidak menjemput prema jika tidak menunggu di depan." Jelasnya pada bhumi.
Bhumi mengerti prema bisa berbicara seperti itu setelah kejadian yang menimpa anak ini beberapa bulan lalu, mungkin masih susah bagi prema menghilangkan rasa takutnya tapi untung saja dia mulai membiasakan diri bersama dengan dia.
"Kakak yuk pulang."
Sebelum pergi bhumi berpamitan dengan guru prema begitupun juga prema, barulah mereka berdua pergi dari sana sambil bhumi menggandeng tangan kecil prema sampai ke mobil.
Next?
Boun Noppanut As Bhumi Ragana Wasesa
Prem Warut As Prema Sahmura (Wasesa)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can i?
RomanceBhumi merasa dia telah menganggap prema sudah selayaknya anak sendiri, tapi- sampai suatu hari dia meragukan perasaannya sendiri. "Lo gila bhumi, Lo gila!" "Kak bhumi, kenapa?" "Maaf prema, saya pikir kamu harus tinggal sendiri." .... Ah? Apakah...