desa kecil

16 6 0
                                    

Desa kembang merupakan desa yang cukup makmur dan rukun Dimana mata pencarian desa ini sebagian besar sebagai pelaut.

Tolong menolong sesama masyarakat masih terjaga, kekompakan desa ini sungguh sangat luar biasa.

Tidak ada yang istimewa didesa ini tapi banyak menyimpan misteri kehidupan didesa tersebut.

Didesa ini sungguh banyak orang kaya bahkan tidak ada yang kekurangan materi sedikit pun. Salah satunya tuan jala, beliau adalah salah satu pemangku adat didesa kembang dipenuhi dengan kekayaan berlimpah tapi tak membuat beliau sombong.

Jangan lupakan anak gadisnya bernama Hira. Gadis ini sangat cantik tapi sayang sifatnya terlalu kasar sebagai perempuan.

Para gadis didesa ini wajib bisa menari, tapi berbeda dengan Hira dia akan memilih memancing ikan. Walaupun hira datang dia hanya menonton teman-teman nya menari.
Ini lah menjadi salah satu kekurangan keluarga tuan jala.

Walaupun begitu tuan jala tetap memanjakan anak bungsunya, Hira memiliki seorang kakak bernama gina. Mereka hanya selisih 2 tahun.

Gina dan Hira bisa dibilang tidak akrab perselisihan diantara mereka sering terjadi dan menyebabkan saling menjambak rambut. Gina yang lebih dekat dengan sang ibu tentu saja lebih membela sang kakak, tapi bukan tanpa alasan ibu lebih membela sang kakak,Hira selalu melanggar kodrat sebagai perempuan.

Perempuan itu harus bisa masak, bertutur kata yang halus dan sopan,
Perempuan itu tidak boleh tertawa terlalu besar, kalau makan kaki jangan diangkat, rambut harus selalu diikat rapi, jalan adek juga jangan seperti laki-laki, ini lah salah satu menjadi keributan antara mereka.

Tetapi sudah beberapa bulan ini desa itu mengalami
"Malam ini Hira malas Bu!"

"Tidak ada kata malas malam ini semua harus ikut!" Kata ibu sambil menyisir rambut Hira yang sudah kusut.

Hira mendengus mendengar perkataan ibunya, ia tahu jika dibalai pertemuan nanti pasti membosankan, Hira selalu berpikir kenapa hidup ini selalu dibuat rumit.

                             

Sesampainya disana sudah banyak orang berkumpul, Hira tidak tahu apa tujuan dari perkumpulan malam ini, biasanya mereka melakukan ini saat-saat bulan purnama akan timbul, lalu mereka akan berdoa sampai keesokan hari nya. tapi rasanya ini belum waktunya.

Para tetua sudah berada didepan termasuk tuan jala. Semua orang heran kenapa para tetua mengumpulkan mereka malam ini.

"Sebelumnya maaf kepada para masyarakat yang harus berkumpul malam ini" ucap tuan yaka sebagai salah satu sesepuh didesa ini

"Kita tahu bahwa sudah selama 6 bulan ini hasil tangkapan kita dilaut sama sekali tidak mendapatkan ikan seekor pun, jika terus-menerus seperti ini kita bisa kehabisan stok untuk kebutuhan desa, memang untuk beberapa bulan kedepan kebutuhan kita masih tercukupi tetapi kita tidak bisa terus menerus seperti ini, jadi mari kita bicarakan masalah ini dengan musyawarah"

Perkumpulan itu mulai melakukan musyawarah, tetapi tidak ada yang berhasil memecahkan permasalahan ini. sebagian mengatakan harus merantau untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tapi para tetua tidak menerima, karena masyarakat disini dilarang untuk keluar dari desa terlalu lama. Entah apa sebab nya.  Satu lagi didesa ini tidak pernah melakukan pernikahan dengan orang  desa sebelah atau pun dari desa yang lain.

"Bagaimana jika kita melakukan ritual tapak kuro" ucap tuan galuh salah satu tetua adat yang sangat dihormati diantara tetua adat yang lain.

Tuan galuh adalah orang tertua didesa itu tentu saja dia lebih tahu tentang desa itu daripada tetua yang lain.

yang awalnya ribut semua diam membisu, mereka tahu jika ritual tersebut harus menumbal kan nyawa, tradisi ini sudah hilang berkat tetua desa yang dulu. Mereka berhasil bercengkrama dengan alam penunggu desa kembang, tapi entah kenapa desa ini mengalami hal sial kembali. Bisa-bisa bukan hanya kemiskinan yang akan mereka hadapi tetapi penyakit bahkan kekurangan minum.

"Tidak bisa tuan, kau ingin menumbalkan nyawa orang lain!" Timpal tuan jala dia tentu saja tidak setuju

"Lebih baik menumbalkan 10 nyawa anak gadis dari pada harus melihat satu persatu kematian warga kita, kau ingin desa ini menjadi seperti desa mati" jawab tuan waluh.

Suasana kembali ribut para warga setuju dengan ucapan tuan waluh kondisi mulai memanas ada yang setuju ada juga yang masih bingung.

Tuan subta mulai menengahi para warga. Untungnya para warga diam saat tuan subta berdiri, ia mulai melihat kearah para perempuan.

"Bagaimana apakah kalian setuju jika diantara kalian ada yang akan ditumbalkan, jika tidak setuju kami akan mencari jalan lain" kata tuan subta karena ia juga tidak tega melihat anak-anak gadis yang harus menderita.

Para gadis itu hanya diam sambil menunduk, termasuk Hira dia jadi keringat dingin saat mendengar kata ditumbalkan.

"Kami tidak masalah jika kami terpilih, kami siap untuk keamanan desa ini walaupun nyawa kami sebagai taruhannya." Salah satu Gadi didepan Hira menjawab dengan lantang.

Gila itu yang dipikirkan Hira tentang Gadis tersebut, Hira masih sayang nyawa kalau mau mati dia saja jangan bawa orang lain, tapi Hira tidak berani mengatakan nya, ia lebih memilih diam saja.

Para laki-laki tersenyum mendengar penuturan anak tersebut, tetapi para ayah yang memiliki anak gadis tentu saja tidak tenang, termasuk tuan jala bagaimana tidak dia memiliki dua anak gadis.

Malam itu belum bisa mendapatkan kan keputusan yang pasti, tetapi para tetua akan memikirkan yang terbaik.




Jika ada yang baca book ini jangan lupa like ya,

O iya aku orang nya suka ngehapus book walaupun ceritNya belum selesai.

Karena ini cuma gabut aja karena belum dapat asupan buku markhyuck terbaru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang