chapter duabelas || mementingkan yang berharga, dari pada diri sendiri

82 10 0
                                    

Karena mengetahui kenyataan yang terjadi, dan alasan kebencian dari Baksa. Reo tidak ingin tinggal diam, karena yang dijadikan tempat pelampiasannya itu ada di Hayat. Sementara dengan Hayat sendiri, dia tidak tahu apa-apa yang akan terjadi padanya.

Hanya karena sebuah cinta seseorang bisa menjadi pembenci, dan karena cinta pula seseorang tak memikirkan hal-hal lain selain mengwujudkannya. Namun, tanpa mereka sadari. Bahwa mereka telah menjadi orang yang buruk dalam perihal cinta.

Reo juga sudah mendengar hampir keseluruhan ceritanya beberapa hari yang lalu. Dia beruntung sekali karena sempat mendengarnya, padahal dia tidak harus seperti itu. Akan tetapi, ada yang perlu dilakukannya agar bisa melindungi banyak hal dalam hidupnya.

"Pak, boleh kita membicarakan hal-hal penting berdua? Ada yang ingin Reo bicarakan dengan bapak," kata Reo yang menemui Baksa di ruang guru.

"Ada apa memangnya? Bapak nggak masalah sih."

Tak ada jawaban setelahnya, Reo hanya sekadar tersenyum saja. Dia tidak ingin mengatakan banyak hal, ketika seluruh pasang mata nyaris menatap ke arah mereka. Bahkan Reo saja belum memberitahu Yamanaka tentang apa yang direncanakannya. Karena bagaimanapun, Yamanaka pasti tidak memperbolehkannya untuk melakukan hal seperti itu.

Reo tidak memiliki pilihan, dia hanya ingin melindungi banyak hal. Demi ibunya, dan demi keluarga barunya. Jika Hayat kenapa-kenapa, pasti kedua orangtuanya juga ikut terluka.

Meskipun tidak tahu sepenuhnya apa yang dilakukan oleh Baska. Entah tertujukan pada hal-hal baik atau justru hal buruk. Itu sebabnya Reo merasa was-was, dan perlu memastikannya sendiri. Jika dia lengah sedikit saja, kemungkinan dia yang akan menyesal.

Saat Reo berjalan terlebih dulu meninggalkan Baksa, pria baya itu langsung beranjak dari tempat duduknya. Dia tidak curiga sama sekali, berpikiran bahwa Reo memang ingin membicarakan hal-hal penting dengannya. Apalagi dia seorang ketua OSIS, wajar jika dia pun memiliki kepentingan dengan beberapa guru. Termasuk dengan dirinya juga.

Beberapa saat setelahnya, di dekat koridor yang sepi. Reo menghentikan langkahnya, dia membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Baksa. Dia juga sudah menduga, jika Baksa pasti akan mengikutinya. Tidak peduli jika dia melakukan kesalahan, karena hanya dengan cara seperti ini. Reo dapat mencari tahu lebih baik lagi, dan langsung bertanya pada Baksa tanpa didengar oleh orang lain.

"Ada apa, Reo? Kau nggak biasanya kan membicarakan hal-hal penting di tempat sepi?" tanya Baksa sambil memperhatikan sekitar. Dia mulai merasa aneh dengan Reo, yang bahkan tak tersenyum sama sekali.

"Aku juga udah mendengar semua yang bapak bicara beberapa hari yang lalu. Dan alasan di balik pembicaraan itu."

Mendengarnya langsung membuat Baksa tersenyum miring, dia tidak menduga jika Reo harus mendengarnya. Padahal dia sudah memastikan, jika tak ada orang lain yang mendengarnya. Tapi bukan masalah besar, karena Reo tidak harus ikut campur.

"Ya Reo, kau nggak perlu ikut campur. Bapak cuma ingin memberitahu Hayat, kalau orangtuanya nggak saling mencintai. Dan seharusnya yang menjadi suami ibunya itu aku, bukan Kilan. Dia juga di hadirkan bukan karena cinta, tapi sebuah keterpaksaan untuk melanjutkan penerus berikutnya," jelas Baksa seakan-akan dia memang paling paham di sini.

Padahal belum tentu juga kenyataannya akan seperti itu. Mendengarnya saja sudah membuat Reo muak, dia memang tidak tahu begitu banyak. Hanya saja, saat dia harus melihat keluarganya berantakan karena sebuah perkataan yang tak bertanggungjawab. Reo tidak ingin membiarkannya terjadi dengan mudah.

Baksa belum selesai dengan masa lalunya, dia masih mencintai wanita yang kini bukan miliknya semesta lagi. Menyalahkan Kilan karena tak mampu menjaganya, dan berkeinginan membuat Hayat membenci ayahnya sendiri. Baksa akan melakukan apa saja, agar Kilan pun tak memiliki kebahagiaan.

Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang