Chandra dan Ajag kini sudah saling berhadapan. Sang Indagis kini sudah memasang kuda-kuda untuk menyerang.
"Tunggu dulu, aku tidak tahu apa rencanamu, tapi sebaiknya kau pikirkan sekali lagi! Wanita di sampingmu itu bisa ikutan mati kalau aku kenapa-napa!" Ucap Ajag, mencoba untuk bernegosiasi.
"Kenapa sekarang kau malah ketakutan begitu? Kemana sifatmu yang arogan seperti tadi?" Balas Chandra.
Ajag menggertakkan giginya pertanda ia mulai kesal, ia paham bahwa sekarang ia tidak mungkin mengalahkan Chandra. Karena itulah ia melakukan rencana terakhir.
Dengan kecepatan tinggi, Ajag mulai berbalik dan berniat melarikan diri.
Namun sayangnya kecepatan Chandra jauh lebih cepat. Dalam sekejap, pria itu sudah berdiri di depan Ajag dan melakukan serangan tebasan secara diagonal.
Ajag pun menjerit kesakitan, karena di tubuhnya kini terdapat bekas luka akibat serangan Chandra barusan.
"Kau tahu, Ajag? Bahutai itu selama ini tinggal di bulan. Mereka mampu bergerak dari bulan hingga ke bumi dalam waktu yang singkat. Dan kecepatanku sekarang jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan mereka!" Tegas Chandra, sembari melakukan serangan tebasan berulang kali ke tubuh Ajag.
Mahluk itu pun mengamuk, tubuhnya mulai membesar hingga seukuran 3 meter. Bahkan perubahan ukurannya itu mampu merusak atap di atasnya.
Dengan cepat, Ajag langsung menangkap tubuh Chandra dan mendorongnya hingga keluar bangunan.
Di luar bangunan, langit sudah menjelang malam. Sinar bulan purnama pun menjadi saksi pertarungan mematikan dua mahluk berkekuatan dahsyat itu.
Ajag segera mengangkat tubuh Chandra dan membantingnya ke tanah. Hal itu membuat Chandra sempat tersentak hingga memuntahkan sedikit darah.
Belum cukup sampai disitu, Ajag segera mengangkat tangan kanannya, berniat untuk menghantam Chandra dengan keras.
Namun pria itu dengan sigap, segera berguling ke samping, menghindari hantaman keras dari lawannya.
"Sial, mahluk ini bertambah kuat! Dia bahkan masih bisa mengimbangiku! Aku harus mengalahkannya dengan cepat!" Batin Chandra.
Ajag pun kembali melancarkan serangan. Ia melakukan serangan berbentuk cakaran berulang kali dari jarak jauh.
Chandra yang merasakan insting bahaya, segera melompat menghindar mengikuti instingnya.
Slash
Benar saja, serangan mahluk itu ternyata mampu menebas apapun dari jarak jauh. Efek cakarannya mampu membelah pepohonan dan bangunan yang terkena jangkauan serangannya.
"Sial, instingku ternyata benar, serangan mahluk itu sangat berbahaya!" Batin Chandra.
Ajag terus melakukan serangan cakar bertubi-tubi, sementara Chandra berusaha mati-matian untuk menghindar.
"Aku harus melakukan sesuatu untuk menghentikan serangan mahluk ini!"
Chandra lalu melakukan pose berpedang, dengan ujung Mandau yang menghadap ke langit. Ia memejamkan matanya, merasakan setiap serangan cakar yang mengarah padanya.
"Tebasan Cahaya Rembulan: New Moon!"
Tubuh astral Chandra pun menghilang dari pandangan Ajag, bahkan auranya sama sekali tak bisa ia rasakan.
Suasana yang begitu tenang dan sepi secara tiba-tiba membuat Ajag semakin geram dan waspada, ia berteriak memanggil Chandra agar keluar.
"Woy pengecut, keluarlah kau! Jangan bersembunyi dariku!" Bentaknya.
Kemudian dalam sesaat, ribuan mata pedang muncul dan bergerak dari segala arah menuju ke tubuh mahluk itu.
Ajag pun berteriak kesakitan, karena ia tidak bisa menghindar atau bahkan menangkis serangan itu. Sehingga mengakibatkan tubuhnya tertusuk oleh Mandau dari segala arah.
Luna yang melihat hal itu dari kejauhan teringat, bahwa teknik itu merupakan teknik yang baru saja diciptakan oleh Chandra, di sela-sela waktu saat penyembuhan Milo waktu itu.
Itu merupakan teknik yang sangat mengandalkan kecepatan. Saking cepatnya gerakan Chandra, jadi seolah-olah ia menghilang dari pandangan musuh dan mampu melakukan ribuan tusukan pedang dalam satu waktu.
Bukan hanya itu, teknik itu juga mengharuskan penggunanya menghilangkan aura keberadaannya, sehingga tidak bisa di deteksi oleh musuh.
Saat Ajag sudah lemas akibat lukanya yang cukup parah, tiba-tiba Chandra muncul di hadapan mahluk itu sembari mengangkat Mandaunya tinggi-tinggi.
"Tebasan Cahaya Rembulan: Half Moon!"
Chandra pun melakukan serangan tebasan secara vertikal, sehingga hampir membelah tubuh Ajag.
"Luna, sekarang!" Teriak Chandra.
Luna langsung berlari maju mendekati Ajag, ia pun segera mengeluarkan boneka porselen yang sedari tadi ia simpan dan mengarahkannya pada Ajag.
Tubuh gadis itu mulai di aliri aura perak, iris matanya pun juga berubah menjadi perak. Ia tampak mulai merapalkan sebuah mantra.
Boneka porselen itu pun mulai mengeluarkan aura perak. Begitu juga dengan Ajag. Dalam kondisi yang hampir mati, mahluk itu disinari oleh cahaya perak, dan tubuhnya mulai terhisap ke dalam boneka porselen yang dipegang oleh Luna.
Proses penyegelan pun selesai, Ajag kini tersegel ke dalam tubuh boneka itu. Boneka yang awalnya tampak bagus, kini mulai berubah menjadi sedikit menyeramkan, karena ada siluman yang tersegel di dalamnya.
"Chandra, kamu gak apa-apa?" Tanya Luna sembari menghampiri Chandra yang tampak berlutut dengan napas yang terengah-engah.
"Ya, yang penting sekarang mahluk itu sudah tersegel!" Ucap Chandra sembari tersenyum.
"Ya, tapi masalahnya tadi kamu hampir bunuh dia tau! Kalo dia mati kan aku juga mati!" Balas Luna dengan sedikit jengkel.
"Hahahaha, mana mungkin kamu kubiarin mati gitu aja!" Balas Chandra sembari membelai pipi Luna dengan lembut.
"Sekarang kita harus pulang dan mengobati lukamu! Luka pada roh itu lebih sulit disembuhkan ketimbang luka fisik loh!" Ujar Luna, tampak ekspresi khawatir di wajahnya terhadap keadaan Chandra.
Saat Luna ingin bangkit dan membopong Chandra, tiba-tiba pria itu menahan tubuh Luna.
"Tunggu dulu, Luna! Ada yang ingin kubicarakan!" Pintanya.
Luna tampak terkejut, sebelum akhirnya mulai mendengarkan Chandra.
"Dengar Luna, selama ini aku selalu hidup sendirian. Aku tidak mengerti soal cinta dan kasih sayang, bahkan aku tidak peduli soal hubunganku dengan orang lain. Tapi, semenjak aku mengenalmu, rasanya duniaku berubah. Dunia yang awalnya terasa sepi, kini perlahan mulai berwarna semenjak kehadiranmu!" Ujar Chandra.
"Jadi aku mau bilang-" ucapan Chandra langsung ditahan oleh Luna dengan jari telunjuknya.
"Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, tapi yang terpenting sekarang luka-luka di jiwamu harus segera disembuhkan. Karena kalo kamu mati, kita tidak akan bisa bersama lagi!" Jelas Luna, dengan senyum yang penuh kelembutan.
Mendengar balasan dari Luna, membuat Chandra kembali tersenyum.
Perlahan ia mulai bangkit berdiri, dan dengan dibopong oleh Luna, mereka pun berjalan pulang bersama, diiringi sinar rembulan yang menyinari langit malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...