Apapun.
Tiba-tiba saja Seungcheol merasa menyesal sudah menjanjikan sesuatu yang sepertinya bisa digunakan Mingyu untuk memanfaatkannya. Tetapi sudah terlanjur, lagipula, melihat perban di tangan Mingyu itu membuat Seungcheol merasa sangat bersalah. Tangan kanan merupakan tangan yang vital bagi seorang pemain biola, tangan itu berguna untuk memainkan busur penggesek biola, dan sangat penting dalam menciptakan suara. Tangan kanan bagi seorang pemain biola bertanggung jawab dalam hal kualitas nada, ritme, dinamik, artikulasi dan timbre, tetapi sekarang Mingyu terluka di tangan kanannya, kata Johnny, pria itu bahkan kesulitan menggerakkan jari-jarinya.
Seungcheol menatap Mingyu dengan tatapan was-was sementara mata lelaki itu tampak berkilat penuh rencana.
Apa yang ada di benak lelaki ini?
Tiba-tiba saja Mingyu menatap Seungcheol tajam dan tersenyum mencurigakan, "Oke, sudah kuputuskan."
"Sudah diputuskan apa?" Seungcheol bertanya, penasaran dengan sikap Mingyu yang penuh misteri.
Senyum Mingyu melebar, "Kau akan menjadi pengganti tangan kananku, selama tangan kananku tidak bisa digunakan, sampai aku sembuh."
Mata Seungcheol membelalak, masih berharap kalau dia salah duga karena tidak menyangka bahwa lelaki itu akan meminta hal yang begitu konyol dan egois kepadanya.
"Menjadi pengganti tangan kananmu? Apa maksudmu?"
Mingyu memasang wajah datar yang menjengkelkan, "Karena kau aku jadi invalid, aku tidak bisa menggunakan tangan kananku, bukan hanya untuk bermain biola tetapi juga kegiatan-kegiatan lainnya, seperti menulis, menyuapkan makanan, menyisir rambutku." Lelaki itu tampak geli sendiri dengan kata-katanya, tetapi matanya bersinar menantang ketika menatap Seungcheol, "Apalagi setelah operasi lusa, aku akan semakin tak bisa menggerakkan tanganku karena masih dalam proses penyembuhan. Jadi, kau bertugas menggantikan tangan kananku."
Mata Seungcheol melirik dirinya sendiri yang memakai kruk dengan kaki dibebat, "Aku sendiri terluka di bagian kaki dan membutuhkan orang lain untuk menopangku, aku tidak bisa menjadi tangan kananmu." gumamnya jengkel.
Mingyu memasang wajah datar, "Kalau begitu biarkan aku menjadi kakimu, aku akan menopangmu." gumamnya tak peduli, lalu melemparkan tatapan menuduh kepada Seungcheol, "Kau bilang kau mau melakukan 'apapun' untukku."
Seungcheol terdiam, teringat janjinya lagi, lalu memandang Mingyu lama, kemudian menghela napas panjang. Ya ampun, sepertinya dia terperangkap dalam jebakan Mingyu yang licik.
__________
"Kenapa?" Johnny duduk di pinggir ranjang, menatap Seungcheol lembut, laki-laki itu tadi memaksa untuk menengok Mingyu di kamarnya, tetapi setelah kembali wajah Seungcheol bukannya lega, malahan lebih kusut dari biasanya.
Seungcheol menatap Johnny dan mencoba tersenyum.
"Tidak apa-apa." Sebaiknya Johnny tidak tahu kalau Seungcheol sudah bersedia menjadi pengganti tangan kanan Mingyu. Lelaki itu pasti akan marah dan merasa bahwa Mingyu memanfaatkan Seungcheol.
Tetapi tentu saja Johnny tidak mau menyerah, "Dia marah padamu ya?"
Seungcheol meringis, mungkin lebih baik kalau Mingyu marah kepadanya, mungkin membentak, mencaci dan menyalahkannya. Tetapi tidak, Mingyu begitu dingin dan penuh perhitungan sehingga Seungcheol tidak bisa menebak apa yang ada di dalam kepalanya. Lelaki itu tampak misterius dan Seungcheol tiba-tiba merasa takut dan tidak nyaman, karena dia tidak bisa mengetahui apa rencana Mingyu selanjutnya.
Seungcheol menggelengkan kepalanya, mengetahui bahwa Johnny masih menantikan jawabannya.
"Tidak, dia tidak marah kepadaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The Chord (GyuCheol) ✔️
FanfictionKim Mingyu X Choi Seungcheol •••• Remake from novel "Embrace the Chord" by Shanty Agatha. Presented by @sebirulaut_