Di dalam kamarnya yang cukup gelap, Raven duduk di kasur dengan perasaan aneh. Kepalanya cukup pusing memikirkan banyak hal. Bukankah di tahun ini Sirius akan mati? Wah, ini akan menjadi dilema terbesar Raven selama tahun kelimanya berlangsung.
"Jika aku mengalihkan perhatian Bellatrix untuk pertempuran di Kementerian, apakah Sirius akan hidup? Setidaknya, wanita gila itu harus diberi pelajaran" Gumamnya dan berbaring di kasur dengan banyak pikiran melayang.
Memikirkan tentang Bellatrix, Raven sebenarnya cukup suka dengan karakter wanita iblis itu, jika dia membaca novel ataupun menonton filmnya. Tapi siapa sangka kalau dirinya malah ada di dunia ini, bertemu langsung dengan para karakter dari yang paling baik sampai yang paling jahat. Pandangannya tentang Bellatrix dan para tokoh lainnya berubah dengan cepat seperti membalikkan sebuah tangan. Mereka lebih gila dan aneh.
"Tahun keenam di depan mata. Dad, mungkin kesulitan. Dia harus melindungi Harry dan pastinya aku juga.. Haruskah aku berkorban―"
"Kyung!!"
Raven menoleh ke arah pintu dimana ayahnya berdiri dengan Foxie di gendongannya. Rubah kecil itu lalu melompat turun dan berlari menuju kasur, ke atas tubuh Raven dan menggeliat senang.
"Astaga Foxie!" Kaget Raven, dia baru ingat bahwa rubah kecilnya ini ada, hampir dia lupa kalau dia punya hewan peliharaan. "Thanks Dad,"
"Raven."
Remaja itu menoleh dengan pandangan tanda tanya. "Ya?"
Severus nampak diam. "Apa yang kamu rencana sejak tahun pertamamu?"
"Sorry?" Raven berkedip. "Apa yang kamu bicarakan Dad?"
"Aku yakin kamu bukanlah anak kecil lagi yang pura-pura tidak mengerti ucapanku." Severus kini menatapnya tajam. "Di semua kejadian, entah kenapa selalu saja tau apa yang terjadi kedepannya, ataupun kamu sendiri yang ada di dalamnya."
Raven tersenyum canggung. "Mungkin hanya perasaanmu saja, Dad. Kamu cukup memperhatikanku."
Dahi pria itu berkerut sebentar dengan mata menyipit. "Oh, benarkah? Empat tahunmu di Hogwarts cukup menyenangkan?" Tanya Severus memastikan dan mendekati Raven yang tak pernah putus menatapnya.
"Dumbledore juga menyadarinya. Kamu tidak kaget akan banyak sekali hal, terkecuali untuk beberapa situasi, tapi jika itu menyangkut Potter, reaksimu terlalu tenang." Lanjutnya yang kini berdiri di sebelah Raven yang hanya diam mengelus Foxie.
"Ayo hentikan pembicaraan ini, Dad. Mungkin kamu baru habis minum dengan Paman Moony di lantai bawah, ya?" Raven tersenyum tipis. Dia membelai bulu halus Foxie dan menyalakan lampu yang ada di sebelah tempat tidurnya. "Kamu tidak punya bukti."
Severus menatapnya, nampak sedikit terkejut dengan ucapannya itu.
"Apa kamu punya bukti? Semuanya terjadi secara kebetulan."
"Dan dirimu secara kebetulan juga, ada di sekitar Potter."
Senyum Raven menghilang, helaan nafas lelahnya terdengar begitu berat. Dia meletakkan Foxie di kasur.
"Dad, apa kamu bisa menjaga rahasia?" Raven tersenyum. "Aku punya satu rahasia kecil. Kamu mungkin ingin mendengarnya."
Severus lalu duduk di ujung kasur sebelah Raven. Cukup lama tinggal satu atap, ini pertama kalinya bagi Severus melihat tatapan mata putrinya itu yang menyimpan banyak beban. Raven yang biasa cerewet pun hilang begitu saja sejak datang kemari.
"Aku sangat mengenalmu, Dad." Raven tiba-tiba angkat bicara. "Bahkan seluruh karakter film, aku mengenal mereka dengan baik."
Kedua alis Severus tertaut ketika mendengar kata 'karakter film'. Dia kembali menunggu Raven yang akan berbicara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐖𝐀𝐓𝐂𝐇𝐄𝐑
Fanfic[Harry Potter Fanfiction] BAHASA INDONESIA Menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah cerita fiksi, Raven membulatkan tekadnya untuk tidak akan ikut campur agar tetap membuat jalan cerita berjalan seperti seharusnya. Tapi lama-kelamaan, Raven se...