24 || Di ambang bahaya

24 10 0
                                    

Akhir chapter ini tuh gak nyangka banget Marni bakal bilang gitu (⁠。⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

Please enjoy this chapter !

Norma dan ketiga bawahannya mengalihkan pandangan mereka ke arah Bruno, seorang rekan bawahan yang sedang mendekati mereka, memegang seekor anak anjing di satu tangan dan kerah Marni di tangan lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Norma dan ketiga bawahannya mengalihkan pandangan mereka ke arah Bruno, seorang rekan bawahan yang sedang mendekati mereka, memegang seekor anak anjing di satu tangan dan kerah Marni di tangan lainnya.

"Bruno?"

Marni menggeliat, berusaha keras untuk melepaskan diri, tetapi pria itu memegang kerahnya erat-erat, menyebabkannya melayang di udara.

Bruno menyeringai dan melapor kepada atasannya. "Aku menemukan sesuatu, bos," katanya.

Norma perlahan mendekat dan melepas topi Marni, matanya terbelalak kaget saat melihat wajah wanita itu. Rasa pengenalan terpancar di raut wajahnya. "Kau?" kata Norma, berhenti sejenak. Marni menatapnya. Norma ingat dia. Mereka pernah bertemu di depan klinik kesehatan hewan.

"Sepertinya dia mencoba menguping pembicaraan kita. Dia membuat masalah, bukan?" Bruno mencibir, nadanya penuh ejekan. Hal itu membuat Marni menggertak giginya marah.

Pandangan Norma langsung tertuju pada Marni, matanya menyipit saat dia menyimpulkan, "Aku salah mengira kamu orang baik, girl."

Tatapan Marni tajam dan intens, matanya menyipit karena kesal mendengar kata-kata Norma. "Apa urusanmu dengan Julian?" tanyanya dengan nada tegas.

Ekspresi Norma berubah licik, senyum kecil tersungging di bibirnya. "Ah... aku mengerti sekarang," katanya, geli terlihat jelas dalam nadanya. "Kau pasti ada hubungannya dengan Julian."

Ia segera menoleh ke Bruno, meneriakkan perintahnya. "Bawa dia ke mobil."

𓇼 ⋆.˚ 𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟 ⋆.˚ 𓇼


Julian saat ini sedang berada di museum galeri lukisan. Lukisan-lukisannya dipajang di dinding menarik perhatian orang-orang.

Dia tersenyum, senang dengan pencapaiannya saat ini bahwa dia berhasil memperlihatkan lukisannya kepada publik.

Julian membeku saat tiba-tiba mendengar teriakan putus asa Marni bergema di dalam hatinya saat hati mereka terhubung.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!"

Itu suara Marni yang histeris. Julian mengerutkan keningnya bingung. "Apa yang.."

"Lepaskan aku! Julian tahu tentang ini!"

Jantung Julian berdetak kencang, mengetahui Marni dalam bahaya. Dia bergegas pergi darisana saat salah seorang ingin menyapanya tapi dia telah pergi lebih dulu.

Marni terus menjerit dan meronta, usahanya yang panik untuk melepaskan diri dari ikatan yang mengikat pergelangan tangannya sia-sia. Mobil berguncang karena usahanya yang panik.

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang