Hai, aku galao banget hari ini, jadi aku mutusin buat up dadakan aja biar ga gabut² amat 😗
*****
_____________________________
"Permainan baru saja dimulai..."
-Secret.
_____________________________
*****
15. Muncul Rasa Iba.
•HAPPY READING•
*****
Flashback...
Bruk!
Terlonjak kaget saat dia tak sengaja menabrak seorang cowok tinggi ber-hoodie hitam tepat di parkiran rumah sakit, dirinya nyaris saja terjatuh, untung cowok itu langsung sigap menahan tubuhnya yang oleng.
"Lo nggak pa- Loh, lo?!" pertanyaan cowok itu terhenti ketika terkejut menatap wajah sang empu. Arsen hanya menunduk dan diam saja, tubuhnya lemas tak berdaya karena kelelahan di suntik, syukurlah tempat ini ramai dengan orang yang lalu-lalang, jadi ia tidak perlu takut jikalau hal tidak mengenakkan terjadi padanya.
"Ngapain lo di sini??"
"B-bukan urusan lo, lo sendiri ngapain di sini?!" ya, dirinya tergagap karena takut rahasianya terbongkar. Hancur sudah harga dirinya jika Kaisar tau penyakit yang ia derita.
"Nyokap gue sakit, salahkah kalo gue jenguk nyokap gue sendiri?"
Arsen bungkam, ia tau jika Kaisar termasuk orang yang pendiam dan tidak akan mengurusi orang jika dia tidak berurusan dengannya dahulu, tapi yang namanya musuh tetap saja musuh, Kaisar bisa saja membocorkan ini ke Galen, kan? Lalu apa yang akan dilakukan cowok itu selain semakin mengolok-olok Arsen dan menyebarkan berita ini? Tidak, ia tidak akan sanggup menahan malu.
Memang benar yang dikata Arsen, toh bukan urusannya dia mau sakit apa. Tapi tunggu, ia melihat ada memar kebiruan tepat di lengan cowok itu, tidak mungkin jika penyakit biasa harus mendapat memar seperti itu, kan?
Kaisar menarik paksa lengan Arsen hingga membuat cowok itu meringis. "Kenapa? Sakit apa lo sampe disuntik begini?"
Benar saja. Tuhan, pertanyaan apa itu? Arsen meringis tidak ingin menjawab.
Geram dengan lawan bicaranya yang sama sekali tak membuka suara, ia melirik kearah kertas yang dibawanya dan diambilnya paksa.
"Lo ... Lo gagal ginjal?!"
Shock? Tentu. Siapa yang tidak kaget jika ternyata teman sekelasnya, ralat, musuhnya ternyata mengidap sakit parah. Tidak, ini bukan karena ulahnya dan kedua temannya, kan? Perasaan bersalah dan kasihan tercampur aduk dalam hati dan pikirannya.
Terkejut serta panik, Arsen langsung saja menyita kembali kertas miliknya itu. "Nggak sopan!" sentaknya meninggalkan Kaisar yang masih terpaku di parkiran.
Flashback off...
Dan sejak saat itu lah, Kaisar memutuskan untuk tidak ikut campur atas perselisihan Galen dan Arsen.
***
Cklek
"Pak, ini ada dokumen yang harus bapak tandatangani ..."
"Hm."
"T-tapi pak, dokumennya ..."
"Ck, cepat serahkan. Jangan banyak omong kamu."
"B-baik, pak ... Ini ..."
Cukup satu menit saja Hendry membaca satu-persatu kata yang tertera dalam dokumen tersebut, matanya refleks membuka lebar dengan nafas memburu.
"AARGHH SIAL SIAL!!!" histeris Hendry meremat dan merobek semua kertas dokumen di depan meja kerjanya.
"P-pak, jang–"
"DIAM KAMU!!"
"KELUAR!"
"Tapi itu–" lagi, ucapan sekretaris pribadinya bahkan dipotong.
"SAYA BILANG KELUAR!!" sentak Hendry tak kuasa menahan ledakan emosi yang membakar isi kepalanya sekarang. Mau tidak mau wanita itu akhirnya mengalah dan beranjak keluar dari ruangan bos nya itu.
***
Di landa kebingungan serta perusahan yang terancam bangkrut karena kecerobohannya sendiri berhasil membuat kepala Hendry terasa sangat penuh. Seluruh dokumen yang harus dia tandatangani ia lempar ke sembarang arah. Ruangan yang biasanya selalu terlihat rapi, kini malah berganti bak gudang tak terpakai.
ruangan yang tadinya sebagai tempat singgasananya kini berubah menjadi boomerang, ancaman luar biasa menantinya.
***
Di tempat yang tak jauh dari sana, tampak seorang pria memantau melalui komputer di depannya, nampak jelas semua kekacauan yang terjadi pada keluarga Herlambang. Senyum smirk sudah cukup melambangkan kemenangan yang hampir mencapai puncak. Pria itu bersenandung menikmati suasana suram ditemani secangkir kopi.
Tak lama, terdengar suara nada dering bergetar di ponsel pria itu. Dengan cekatan ia mengangkatnya, senyumnya semakin melebar setelah mendengar kabar baik yang memihak dirinya itu.
"Lapor bos, hasil dari yang saya pantau Bapak Hendry sudah stress dengan kontrak dokumennya."
"Bagus, bagaimana dengan anaknya?"
"Di rumah sakit tempat Ananda Arsen check up. Saya juga melihat anak itu seperti sedang ribut di parkiran dengan anak laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya," jelas pria bersetelan serba hitam.
"Baiklah, imbalannya saya akan mengirimnya setelah ini, terus awasi anak itu. Ingat, jangan sampai dia menyadari kalian."
"Siap, laksanakan, bos!"
Bip!
Telepon singkat itu terputus. Berita yang seharusnya sedikit tak mengenakkan hatinya sama sekali tak melunturkan senyum jahatnya.
"Permainan baru saja dimulai, Hendry. Akan ku rampas kembali semua yang seharusnya menjadi milikku, bahkan keluargamu sekalipun. Siapapun yang menghalangiku, akan ku hancurkan saat itu juga. Tak peduli siapa dia, karena tujuanku adalah menghancurkan mu secara perlahan."
Kekeh pria itu, semakin lama semakin kuat, kini malah berganti tawa jahat menggema seluruh ruangan.
"Oh, nikmatilah ... Karena kemenangan hanya ada pada orang berani sepertiku," gema suara pria itu menyebar ke seluruh ruangan, tangannya tergerak mengambil secangkir kopi miliknya lalu menyeruputnya menikmati drama menyenangkan ini.
*****
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN - On Going
Teen FictionKehadirannya yang tak dianggap juga tak diharapkan, di cap sebagai anak haram bukanlah hal yang mudah dilewati bagi Arsen Brahmantara Mahendra. Remaja tak bersalah serta banyak kekurangan ini harus menerima hidup di keluarga dan lingkungan yang bisa...