13. Kantor Media Amsterdam

24 5 0
                                    

....

1 minggu kemudian Alesha masih dalam masa magangnya. Lama-lama ia enjoy dengan pekerjaanya. Belakangan ini yang ia lakukan adalah mengedit suatu artikel dan foto/video yang telah ia edit. Meski lelah, ia merasakan kepuasan tersendiri  dalam mengembangkan keterampilan  menulisnya dan mendapatkan  pengalaman berharga di dunia jurnalistik. Pengalaman di Indonesia tak sia-sia. Semasa SMA selain menyukai fotografi, Alesha juga menggeluti jurnalistik dengan mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik dengan aktif.

Suatu sore, Mevrouw Elsbeth, mentor Alesha, mengumumkan kunjungan kerja  ke Amsterdam besok. Sebuah kesempatan  langka bagi para magang untuk melihat  dunia jurnalistik dari sudut pandang yang  berbeda. Alesha langsung bersemangat.  Amsterdam, kota kanal yang indah, selalu  menjadi impiannya untuk dikunjungi.

Kata Mevrouw, tidak semua anak magang yang diterima akan bekerja di kantor media Utrecht, tetapi bisa saja ditarik ke kantor di kota lain seperti di kantor media Amsterdam yang akan ia kunjungi esok hari. Hal ini terjadi karena adanya kerja sama.

Hari ini Alesha pulang bersama Arsen. Kakaknya ini sangat sibuk. Jadwal pulang mereka pun berbeda, Arsen sebagai pegawai akan pulang lebih lambat daripada Alesha yang masih menjalani masa magangnya.

Alesha memasuki mobil Arsen, "Kakak dengar kamu besok dan teman teman magangmu akan berkunjung ke Amsterdam ya?" Ucap Arsen.

Alesha tersenyum senang ke arah Arsen, "Iya kak, rasanya aku tidak sabar menunggu besok deh!" Ucap Alesha menggebu-gebu. Segala hal yang baru dicoba di Belanda membuatnya selalu antusias. Ia menyukai hal-hal baru.

Arsen tertawa kecil melihat tingkah adiknya itu, " Ya, ya... kamu harus selalu berhati-hati disana ya! Lakukan pekerjaan sesuai prosedur dan arahan mentormu. Kakak jadi yakin, kamu sudah mengambil hati mereka dengan hasil jerih payahmu itu."

Sesampainya di rumah, Alesha tak langsung menuju kamarnya. Ia melihat Ryan yang tertidur di sofa depan televisi, posisinya terlihat tidak nyaman. Arsen melihat Alesha yang sedang memperhatikan Ryan tertidur pun berucap, "Bangunkan saja Ales, gak apa apa."

"Nanti dia marah." Ucap Alesha cemberut.

"Tidak akan, lihat ya." Arsen menepuk pundak Ryan cukup keras. Ryan merasa terganggu dengan tepukan di pundaknya. Matanya terbuka dengan perlahan. Rasa kantuknya tak terelakkan lagi, ia cukup merasa kesal sebenarnya karena ada seseorang yang mengganggu tidur lelapnya.

"Waarom?" (Kenapa?) Tanya Ryan dengan malas, suaranya sedikit berbeda saat baru bangun tidur.

"Ga naar je kamer." (Pergilah ke kamar.) Ucap Arsen.

Dengan langkah gontai Ryan melangkah menuju kamarnya.

"Lihat, dia tidak marah kan?" Kata Arsen.

Alesha menuju kamarnya. Ia harus menyiapkan beberapa barang untuk dibawa esok hari.

Setelah makan malam dan sholat isya', Alesha kembali berbaring di kemarnya. Ia membuka aplikasi instagram, belakangan ini ia jarang sekali membuka akun ig miliknya. Jemarinya mergerak menekan untuk melihat cerita teman-temanya. Hingga beberapa saat, ia menahan jarinya pada cerita yang di posting Marvin.

Sebuah foto gedung-gedung khas Belanda dengan tag lokasi bertuliskan 'Amsterdam'.

"Oh, jadi si tengil ini sedang berada di Amsterdam rupanya." Gumam Alesha.

Ia berpikir, apakah ia akan bertemu dengan Marvin esok di Amsterdam?

Tapi, ia rasa tidak. Ia akan sibuk di kantor media dan mungkin saja akan mengunjungi beberapa tempat terkenal di sana bersama teman-temanya. Sedangkan Marvin si pesepak bola itu pasti akan sibuk  pemulihan atau mungkin ia sudah mulai berlatih disana. Entahlah.

Offside Cinta di Negeri Kincir AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang