Asher terbangun di pagi hari, tubuhnya terasa sakit dan lemah, seolah seluruh energi telah dihisap dari dirinya. Matanya menyapu ruangan, menatap memar-memar yang menghiasi kulitnya. Pandangannya beralih ke Callum, yang masih terlelap di sampingnya, wajahnya tampak tenang, tetapi Asher tahu bahwa di balik kedamaian itu, ada bahaya yang mengintai. Kesadaran menyelimuti pikirannya: ini bukan tempat yang aman untuknya. Kebencian terhadap dirinya sendiri mulai tumbuh, membara karena telah menyerah kepada Callum. Dia harus melarikan diri.
Dengan pelan, Asher bangkit dari tempat tidur, menahan setiap rasa sakit yang menyeruak di tubuhnya. Sambil menahan napas, dia meraih pakaiannya yang berserakan di lantai, mengenakannya dengan cepat sebelum diam-diam keluar dari kamar.
Asher merasakan jantungnya berdetak kencang saat matanya dengan gelisah menyapu sekeliling, mencari jalan keluar. Ia melangkah cepat menyusuri lorong, napasnya terputus-putus. Ketika melihat sebuah pintu besar di ujung, harapan membuncah dalam dirinya. Ia segera meraih gagangnya dan membukanya, namun bukannya jalan keluar, yang terbentang di hadapannya adalah kolam renang besar yang berkilauan.
Merutuk pelan, Asher berbalik dan terus menyusuri lorong lain, langkahnya semakin cepat. Akhirnya, ia menemukan pintu lain yang tampak seperti jalan keluar. Dengan tangan gemetar, ia mencoba membukanya-namun sial, pintu itu terkunci.
Asher menggeram frustrasi, menarik-narik gagang pintu dengan sia-sia. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Dia menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengikutinya. Lorong yang sunyi dan panjang seolah menambah kecemasannya. Tidak ada pilihan lain, dia harus menemukan kunci atau cara lain untuk keluar.
Di sisi lain, Callum terbangun dan mendapati Asher tidak lagi di sampingnya. Matanya menyipit, menatap sekeliling ruangan. Dengan cepat, ia meraih celana pendek yang tergeletak di lantai, lalu memakainya sambil bersiap mencari Asher. Seharusnya Asher tidak mungkin keluar dari sini-semua pintu sudah dikunci rapat.
Langkah Callum terhenti sejenak ketika ia melihat sosok Asher berdiri di dekat pintu utama, ponsel di tangannya. Wajah Callum berubah, seulas senyum dingin menghiasi bibirnya.
"Asher..." bisiknya pelan, matanya memicing penuh minat saat mendengar lelaki itu sedang berbicara dengan seseorang.
"Kamu kenapa, Asher?" tanya Luke dengan nada khawatir.
"Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi tolong jemput aku sekarang, aku mohon!"
"Aku sedang bekerja," jawab Luke, nada suaranya mencerminkan kebingungan.
"Persetan dengan itu! Callum tidak akan datang ke kantor!" Asher hampir berteriak, ketegangan menyelimutinya.
Luke menghela napas panjang, merasakan keraguan menguasai pikirannya. "Di mana kamu sekarang?"
"aku tidak tahu... tapi aku akan segera membagikan lokasiku."
Callum berdiri diam di tempatnya, memperhatikan Asher dengan tatapan tajam. Setiap kata yang keluar dari mulut Asher semakin memperjelas betapa putus asanya dia. Callum tahu dia sudah memegang kendali penuh, namun mendengar Asher meminta bantuan Luke justru membuatnya semakin menikmati situasi ini.
Tanpa suara, Callum melangkah mendekat, membiarkan bayangannya perlahan merayap di atas Asher. Lelaki itu masih terlalu sibuk dengan teleponnya untuk menyadari kehadiran Callum yang semakin dekat.
Callum dengan cepat meraih ponsel Asher sebelum dia sempat membagikan lokasinya.
Asher terlonjak, jantungnya hampir melompat keluar dari dadanya. Callum tersenyum dingin, tatapan matanya penuh intensitas.
Sementara itu, di seberang sana, Luke kebingungan karena belum menerima lokasi dari Asher, tetapi teleponnya masih menyala. "Halo, Asher? Apa kamu baik-baik saja?! Asher?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip (BL, END)
Teen FictionAsher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum. Tanpa sepengetahuan Asher, Callum ma...