Cuplikan Bab 24
Hari itu adalah awal perkuliahan bagi Mayang, meski masih dalam situasi PPKM, sehingga semua kegiatan belajar dilakukan secara online melalui Z00m. Dengan penuh semangat, Mayang mempersiapkan diri. Senyum cerah menghiasi wajahnya, karena hari ini adalah langkah pertama menuju dunia baru sebagai mahasiswi. Untuk sementara, ia menggunakan laptop milik Valdi, yang dengan perhatian khusus telah menyiapkan ruang tersendiri agar Mayang bisa fokus mengikuti perkuliahan.
Pagi itu, Valdi berdiri di ambang pintu kamar, memperhatikan Mayang yang tengah serius menyimak materi dari dosennya. Sambil menyeruput kopi, ia tersenyum melihat antusiasme Mayang. Sesekali, tatapan mata Mayang dan Valdi bertemu, dan mereka saling melempar senyum kecil—semacam isyarat keakraban di antara mereka.
Namun, di tengah ketenangan suasana pagi itu, mata Valdi tertarik ke arah kaki Mayang yang duduk manis di kursi, mengenakan rok mini model tenis yang sedikit terbuka saat ia menyilangkan kaki. Pikiran nakal pun mulai muncul di benak Valdi, menggugah niat untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar menjadi pengamat diam.
Tanpa banyak bicara, Valdi perlahan bergerak mendekati meja tempat Mayang duduk. Meja itu cukup besar, memberi ruang baginya untuk menyelinap tanpa terlalu mencolok. Dari sudut matanya, Mayang memperhatikan Valdi yang tiba-tiba berada di bawah meja.
"Mas ngapain sih?" tanya Mayang berbisik, sedikit heran.
"Cuma benerin kabel, takut nanti kamu kesetrum," jawab Valdi setengah berbisik, memberikan alasan yang terdengar masuk akal.
"Oh, gitu... hihihi, makasih ya, Mas," balas Mayang sambil tersenyum kecil, kemudian kembali fokus ke layar laptopnya.
Namun, tak lama setelah itu, Mayang merasakan sesuatu yang berbeda. Tangan Valdi perlahan merayap ke bawah roknya, membuat Mayang terkejut. Jari-jarinya dengan lembut menarik pinggul Mayang mendekat, memaksa kedua kakinya untuk terbuka sedikit demi sedikit. Jantung Mayang berdegup kencang, berusaha untuk tetap tenang meski perasaannya terguncang.
Mayang terkejut dan secara refleks terpekik kecil.
"Mayang, ada apa? Ada masalah?" suara dosennya terdengar dari laptop, penuh perhatian.
Mayang dengan cepat merespons, "Oh, enggak Pak, tadi nggak sengaja kesetrum kaki, hihi." Dalam hatinya, ia merasa alasan itu sangat konyol, namun itu adalah yang terbaik yang bisa ia pikirkan dalam keadaan seperti ini. Sementara itu, Valdi terus melancarkan aksinya, menggeser celana dalam Mayang dan mulai menjilati dan menjilati ****** dengan rakus.
"Tolong yang serius ya, Mayang," suara dosen terdengar tegas dari laptop. Mayang terpaksa menyeimbangkan pikiran, meski tubuhnya tengah berada dalam pergolakan sensasi yang luar biasa.
"Iya, Pak. Maaf," jawab Mayang lirih, suaranya nyaris bergetar. Tangan kanannya perlahan terulur, meremas rambut Valdi yang berada di bawah meja. Kenikmatan yang menjalar dari setiap sentuhan lidah Valdi membuatnya sulit berkonsentrasi.
Valdi tak menunjukkan tanda-tanda berhenti. Lidahnya bergerak lincah, menjelajahi setiap inci kulit Mayang yang peka, terutama bagian paling sensitif dari tubuhnya. Tangan Mayang semakin erat menggenggam rambut Valdi, berusaha menahan erangan yang hampir lepas dari bibirnya. Matanya menatap kosong ke arah layar laptop, tapi pikirannya sepenuhnya tertawan oleh sensasi yang semakin tak terkendali.
"Mass... aku ada kelas..." bisik Mayang dengan suara manja, mencoba mengingatkan Valdi akan situasi mereka yang genting. Namun, suaranya terdengar lebih sebagai rengekan lemah daripada protes yang sungguh-sungguh.
Valdi, yang sudah tenggelam dalam aksinya, tak memperlihatkan tanda akan menghentikan permainan. Lidahnya dengan cekatan menjilat.....
//selengkapnya cek link zaap di profile
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Liar Pembantu Lugu 🔞
Romance🔞🔞🔞🔞 !!WARNING!! 🔞🔞🔞🔞 Setiap chapternya mengandung konten yang eksplisit dan dewasa, termasuk tema manipulasi, hubungan yang kompleks, serta adegan seksual yang intens. "Gairah Liar Pembantu Lugu" ditujukan untuk pembaca berusia 18 tahun ke...