Namun Kamura dengan cepat menyentak samurai di pinggang seorang perwira, dan menerjang kembali masuk ke kamar dimana tadi si Bungsu tegak. Tapi tubuhnya segera tercampak lagi keluar kamar. Kali ini dengan tubuh hampir terpotong dua pada dadanya!
Perempuan – perempuan yang ada dalam rumah petak itu terpekik. Empat orang sedadu Jepang segera menghambur ke atas. Di pintu bilik si hitam manis itu, tegaklah si Bungsu dengan sebuah tongkat di tangannya.
Dia tegak dengan tenang. Menatap pada enam Jepang yang kini tegak pula menatapnya. Mereka bertatapan. Dengan sudut matanya, si Bungsu melihat di sebelah kirinya, agak jauh di tepi dinding, tegak Mariam di antara beberapa temannya.
Perempuan itu menatap padanya dengan sinar mata penuh kebanggaan. Salah seorang dari perwira Jepang itu segera mencabut pistol dan menembakkannya ke arah si Bungsu.
Si Bungsu menggelinding di lantai. Gerak lompat tupai!
Peluru perwira itu menerpa tempat kosong. Dua kali menggelinding cepat, akhirnya ketika dia tegak, samurainya bekerja. Terdengar perwira yang memegang pistol itu memekik.
Tangannya yang tadi menembakkan pistol itu putus hingga sikunya. Sebelum pekiknya terakhir, samurai di tangan si Bungsu bekerja lagi. Kepalanya belah dua!
Suasana tiba – tiba jadi sepi. Diam. Si Bungsu tegak di depan kelima serdadu Jepang itu dengan wajah yang sedingin batu es.
"Saya si Bungsu. Saya mencari Kapten Saburo. Dimana dia...?"
Suaranya terdengar tanpa emosi. Namun Jepang – jepang itu terkenal sebagai orang yang tak mengenal takut sedikit pun. Dua orang segera maju dengan mempergunakan jurus – jurus karate.
Namun samurai si Bungsu segera bekerja. Kedua mereka roboh dengan leher hampir putus. Empat yang mati dalam waktu tak sampai lima menit.
"Kempetai datang...!! " Mariam berteriak.
Saat itulah ketiga serdadu Jepang yang masih hidup maju serentak sambil menghunus samurai mereka. Tapi yang mereka hadapi adalah si Bungsu. Seorang lelaki yang telah bersumpah untuk takkan mati sebelum dendam keluarganya terbalas.
Begitu serangan datang, dengan kecepatan yang tak terikutkan oleh mata, samurainya berkelebat. Dua kali sabetan mendatar, menyebabkan dua Jepang yang ada di depan dan kirinya rubuh dengan perut menganga. Kemudian sambil berputar setengah lingkaran dia menikamkan samurainya ke belakang.
Jepang yang terakhir, mati tersate tentang dada kirinya. Sebuah Tikam Samurai, persis seperti yang dipergunakan oleh Datuk Berbangsa dulu. Dia menyentak samurainya. Jepang itu rubuh.
"Lewat pintu belakang...!"
Si Bungsu mendengar suara perempuan memberi ingat. Dia segera mengenali suara itu sebagai suara Mariam. Suara sepatu Kempetai terdengar menjejak tangga di depan. Si Bungsu tegak. Kemudian menatap pada perempuan – perempuan itu. Dia segera melihat Mariam.
"Terima kasih Mariam. Saya akan balaskan dendammu..."
Kempetai pertama muncul di pintu tengah. Si Bungsu menyelinap ke belakang. Punggungnya kelihatan oleh Kempetai itu.
"Bagero! Berhenti...!" teriaknya sambil menembakkan pistol.
Namun si Bungsu telah lenyap. Tiga Kempetai segera memburu ke belakang. Dan di belakang mereka disambut oleh gelapnya malam. Jauh di bawah sana, deru arus Batang Agam terdengar mengerikan.
Jepang – Jepang itu plengak – plenguk mencari kalau – kalau lelaki yang baru saja melarikan diri itu bersembunyi di sekitar situ. Tapi lelaki itu memang telah lenyap.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIKAM SAMURAI
ActionTIKAM SAMURAI adalah bagian dari sebuah serial karya Makmur Hendrik, yang menggabungkan seni bela diri silat dengan elemen sejarah. Cerita ini berfokus pada perjalanan seorang pemuda bernama Si Bungsu dari desa Situjuh Ladang Laweh di kaki Gunung Sa...