02; Drunk, Question.

1.8K 130 5
                                    


Life After Married
; Bab, 02.











Fahlada mencium tengkuk Earn, kemudian beralih kebagian depan dan memberikan hickey di sana. "Uhhh.. Dokter.." Earn mengerang.

Earn menutup matanya. Menahan suara yang akan keluar, yang pastinya sangat sulit untuk di tahan. "Aku tidak bercanda atas ucapanku, honey." jelas Fahlada.

Setelah puas memberikan hickey, Fahlada mencium Earn dengan lembut. Pada mulanya, setelahnya ciuman menjadi begitu dalam dan tidak terkendali. Fahlada juga memberikan tiupan-tiupan terhadap telinga Earn.

"Dokter.."

Earn mencoba menghentikan aksi Fahlada. Namun, sepertinya tidak mendapatkan hasil apapun. Earn di tidurkan pada sofa, Fahlada memberlai wajah Earn begitu lembut. Dia juga menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah istrinya.

Fahlada mencium Earn kembali, namun kali ini tidak ada kelembutan. Earn menjambak rambut Fahlada lembut, untuk sekedar menyalurkan hasratnya.

lima menit.

sepuluh menit.

Bahkan hampir setengah jam, mereka berciuman. Fahlada menatap istrinya dari atas, begitu indah. Earn masih mengatur nafas. Sedangkan Fahlada, tangannya sudah aktif menurunkan tali tipis dari baju yang di kenakan oleh Earn.

"Dokter.. kita tidak bisa melakukannya sekarang." Penuturan Earn, sama sekali tidak di dengarkan oleh Fahlada. "Dokter.. dengarkan aku." Ucap Earn kembali, dan menahan tangan Fahlada.

"Berhenti memerintahku." Balas Fahlada. Dua jadi, jari telunjuk dan juga jari manis di arahkan kepada Earn, sepertinya akan masuk kedalam mulut Earn.

Handphone Fahlada berdering. Fahlada merasa frustasi, siapa yang berani sekali mengganggu dirinya, waktu yang tidak tepat.

"Dokter, liat siapa yang menelfonmu." Fahlada langsung beranjak berdiri. Earn mendudukan dirinya, dan merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.

"Kenapa Papa menelfon." Fahlada mencoba menormalkan nafas serta emosinya, yang menelpon ternyata adalah pemilik rumah sakit. Papa kandung Fahlada, sekaligus Papa mertua Earn.

"Datang keruanganku, Dokter Fahlada. Ada hal penting yang harus kita bicarakan."

"Aku akan segera datang." Setelah selesai berbicara di telfon, Fahlada menghampiri Earn. Mencium kening sang istri lembut.

"Kita bisa melakukannya saat kamu kembali." Fahlada tersenyum, dia suka sifat Earn yang seperti ini. "Aku akan secepatnya kembali."

"Kamu pergi dengan siapa, tadi?" Mereka berdua sedang berjalan di koridor rumah sakit, Fahlada akan mengantarkan Earn lebih dulu kembali kerumah.

"Kak Shusie. Aku merayunya, mengatakan akan mempercepat nomor antrian atas perawatan kulit dirinya dengan Dokter Fahlada Thananusak." Fahlada terkekeh, kemudian mengelus rambut Earn.

Penghuni rumah sakit memandangi mereka berdua, ada rasa iri, rasa kagum, dan rasa apapun yang mereka rasakan saat melihat betapa romantisnya Dr. Fahlada terhadap Earn.

Fahlada dan Earn sampai di depan kediaman mereka. Fahlada keluar dari Mobil terlebih dulu, kemudian Fahlada membukakan pintu untuk istrinya. "Aku malas menemui Papa, tidak biasanya ada yang harus di bahas mendadak begini." Earn tersenyum, mencium bibir Fahlada sekilas.

"Sejak kapan kamu menjadi tidak penurut begini?" Ucapan Earn mendapatkan tatapan tajam dari Fahlada. "Aku bercanda Dokter." Earn mencolek hidung Fahlada.

"Aku menunggumu, sayang." Fahlada merasa kesel, dirinya terus menerus di rayu oleh Earn. Baiklah, dia akan menemui Papanya dan akan secepatnya kembali untuk melanjutkan hukuman.

Hukuman seperti apa kali ini.

***

Earn tengah memasak di dapur, sekarang jam tujuh malam. Earn tidak sendirian di Apartemen, melainkan bersama Sushie. Tidak lama dari Earn selesai menyiapkan makanan, handphone miliknya berdering.

Tertera name Kak Engfa pada layar handphone Earn. "Siapa yang menelfomu, Earn." Earn menunjukkan layar handphone miliknya kepada Sushie. "Berikan padaku."

Sebenarnya Earn dan Engfa tidak memiliki masalah apapun, namun seperti yang kalian tau bahwa Ingfa dulu pernah menyuai Earn. Fahlada tentu melarang Earn untuk berhubungan denga Ingfa lagi, sekalipun hanya sekedar teman.

"Halo Earn, apakah Dr. Fahlada sedang bersamamu." Sushie yang mengambil alih handphone Earn. Handphone dalam keadaan speake di aktifkan, jadi Earn juga dapat mendengarnya.

"Aku Sushie, kenapa kamu menayangkan Dr.Fahlada." Keadaan di balik telfon sedikit berisik, sepertinya ada seseorang yang bernyanyi. Mungkin mereka menebak-nebak, bahwa saat ini Engfa berada di sebuah Bar.

"Aku melihat keberadaan Dr.Fahlada, di Bar. Aku cukup terkejut, karena dia minum.begitu banyak." Penuturan Engfa membuat Earn bingung, pikirannya bertanya-tanya, "Untuk apa Fahlada minum, bukankah dia sudah jarang sekali minum." Pasalnya setelah menikah, Fahlada sudah jarang sekali keluar rumah dan pergi ke suatu tempat tanpa Earn.

Sambungan telfon masih belum terputus, Ingfa mengirimkan satu foto kepada Earn. "Itu benar-benar Dokter." Ucap Earn.

"Kak Sushie, tolong antarkan aku kesana." Panggilan telfon sudah terputus. Earn dan juga Sushie bergegas untuk menjemput Fahlada.

Mereka sampai, ternyata Ingfa tidak meninggalkan Fahlada sendirian. Dia tetap menunggu, hingga Earn datang. "Kalau begitu aku kembali, senang berjumpa denganmu Earn."

"Kak Engfa, terimakasih." Engfa hanya tersenyum, dan kemudian dia keluar dari Bar. Keberadaan Engfa di Bar karena dirinya sedang merayakan proyek series-nya yang telah tayang beberapa hari yang lalu, dia tidak sendirian, melainkan bersama dengan tim-nya.

"Dokter, berhenti minum." Saat Fahlada akan meneguk segelas wine, dari banyaknya wine yang sudah dirinya minum. Earn sudah lebih dulu menahan tangannya. Fahlada menatap Earn sendu, terlihat jelas tersirat kesedihan, kemarahan dan juga ketakutan dari matanya.

"jangan menggangguku." Earn tentu tidak memperdulikan ucapan Fahlada, tanpa pikir panjang Earn membopong Fahlada di bantu oleh Sushie.

"Kak Sushie, tolong bayarkan pesanan Dokter. Datanglah ke Apartemen besok pagi, Dokter sudah mengganti password." Sushie berdecak, dasar pengantin baru.

"Beritahu aku, berapa totalnya." Bartender menghitung gelas yang di pesan Fahlada satu persatu.

***

Fahlada sudah Earn tidurkan di sofa ruang tengah, Earn masih tidak habis fikir. Apa yang terjadi dengan Fahlada. Earn membawa air hangat memberikan usapan dengan kain, wajah Fahlada serta lainnya yang tidak tertutup.

"Aku tidak mengerti denganmu Dokter." Sambil mengusap-usap Fahlada, Earn tidak lupa dengan Ngedumel. "Kamu bahkan tidak cerita padaku."

Fahlada terus memperhatikan istrinya, Earn telah selesai dengan kegiatannya. Saat Earn akan bangkit dari duduknya, Fahlada menahan tangan Earn.

Fahlada mendudukkan dirinya, perlahan-lahan Fahlada mencium bibir Earn. Ciuman yang awalnya begitu lembut, tetapi lama kelamaan menjadi cukup panas. Fahlada menekan kepala Earn, agar ciuman bisa lebih dalam.

Earn mendorong bahu Fahlada, hingga ciuman terlepas. "Dokter, kamu harus menjelaskan kepadaku." Fahlada menangkup pipi Earn dengan satu tangannya, alisnya terangkat sebelah.

"Aku tidak ingin.." Fahlada menggeleng, ucapannya menggantung. "Aku ingin kamu." tanpa menunggu persetujuan dari Earn, Fahlada mengendong Earn dan membawa istrinya itu menuju tempat tidur.

Sekarang posisi Earn berada di bawah Fahlada, mereka saling menatap. Fahlada menyingkirkan setiap helai rambut dari wajah Earn, dia tidak ingin melihat yang lain selain wajah istrinya.

"Aku mencintaimu." Fahlada mulai mencium Earn. Sebenarnya di dalam pikiran Earn begitu banyak pertanyaan, dia begitu ingin menanyakan banyak hal kepada Fahlada.



To Be Continued

Life After Married || LingOrm (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang