14. Night With Him

42 5 0
                                    

....

Kegiatan kunjungan kerja ini selesai pada malam hari sehingga pihak kantor menyediakan hotel untuk ditinggali semalaman di Amsterdam. Alesha dan yang lainya akan kembali esok sore. Alesha bersiap menuju hotel. Tetapi, langkahnya terhenti karena terdengar nada dering yang berasal dari ponselnya.

MARVIN

Alesha terlihat keheranan saat laki-laki itu dengan tiba-tiba meneleponya. Notifikasi pesan kembali muncul.

MARVIN

Answer my call Caca!
Do not be long.

Melihat pesan yang dikirimkan Marvin, Alesha segera mengangkat teleponya, mengabaikan panggilan yang kembali diketikkan oleh Marvin.

You're in Amsterdam, right?

Hm, why?

Let's meet, I'll pick you up.

No way, I want to sleep in a hotel.
You're injured. Just rest, so you can recover quickly and get back to playing football.

Wait 10 minutes in the office lobby. I'm going there now.

Setelah mengucapkan itu, Marvin langsung mematikan teleponya. Marvin memang pandai membuat Alesha kesal.

11 menit berlalu, mobil Marvin sudah terlihat berhenti di depan kantor. Laki laki itu membuka kaca mobilnya.

"Ayo Caca, come in."

Alesha menghela nafas kesal. Pemaksa sekali sih. Alesha duduk di mobil dengan tidak santai lalu diam menatap kedepan.

Marvin tersenyum tipis, "Safety first. Wear your seat belt." Alesha berdecak kemudian memakai seat belt.

"Kenapa sih kok ngotot mau ketemu. Padahal aku gak mau!" Ujar Alesha yang tidak dimengerti oleh Marvin. Yang Marvin paham, Alesha pasti sedang kesal dan marah kepadanya.

"I don't understand, but... i'm sorry."

"I'll forgive you, but treat me to dinner tonight. Laperr Vin." Ucap Alesha nelangsa. Memang ia lapar belum makan. Makanya ia sedikit gampang marah kepada Marvin.

"Okey, lets go!"

"Wait, Is it safe for you to drive with your leg condition? I'm just afraid, it will hurt your leg again." Ucap Alesha dengan suara pelan namun dapat terdengar di telinga Marvin.

"Don't worry. It doesn't hurt anymore." Ucap Marvin meyakinkan Alesha.

"Okay."

****

Setelah mengisi perut Alesha. Marvin mengajak Alesha menuju toko buku yang ramai. Alesha sempat terkagum-kagum dengan toko buku ini. Banyak sekali jejeran buku dari beragam bahasa, senangnya hati Alesha hari ini.

Alesha dan Marvin berjalan berdampingan. Tanpa sadar, Marvin menggenggam tangan Alesha yang lebih kecil dari tanganya. Antara tak sadar atau saking sibuknya mata dan pikiran Alesha pada buku-buku baru di sekelilingnya, ia tak melepaskan genggaman tangan itu.

Sebelum menuju toko buku ini Marvin kembali memakai masker hitamnya yang menutupi sebagaian wajah tampan pemain bola itu. Sepertinya Marvin telah menduga bahwa tempat yang ia kunjungi ini memang ramai. Jika saja Marvin tak menggunakan masker, mungkin Alesha tidak akan menikmati mencari buku melainkan menjadi fotografer dadakan karena dimintai foto oleh para fans Marvin ini.

Offside Cinta di Negeri Kincir AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang