0021 - Gadis Cina, Samurai, dan Perang

21 3 0
                                    

Suara itu seperti bergema dari laut. Lelaki dari Minangkabau itu ternyata memang memburunya melalui anak kandungnya. Dulu dia menganggap hal – hal mistis ini sebagai nonsens. Tapi kini anak muda itu mencarinya dengan samurai. Bukankah itu merupakan suatu perwujudan dari sumpah datuk itu?

Saburo mulai seperti dikejar bayang – bayang. Dia banyak mendengar tentang kesaktian orang – orang Minang­kabau. Namun selama dia di negeri itu, tak satu pun di antara kesaktian itu yang terbukti.

Kabarnya orang Minang bisa membuat orang lain jadi gila atau senewen memanjat – manjat dinding, sijundai. Tapi dia dan pasukannya telah terlalu banyak berbuat maksiat di negeri itu. Kenapa tak satu pun di antara kesaktian itu yang mempan pada mereka?

Kabarnya ada pula semacam senjata rahasia yang berbahaya. Yang bisa membunuh orang dari jarak jauh. Konon bernama gayung, tinggam atau permayo. Tapi kenapa tak satu pun di antara pasukan Jepang yang terkena senjata rahasia itu? Ataukah hal itu hanya berlaku untuk sesama orang Minang saja?

Saburo termasuk orang praktis, yang tak mempercayai segala macam bentuk mistik. Tapi kali ini, terhadap sumpah Datuk Berbangsa yang telah mati lebih dari dua tahun yang lalu, kenapa dia harus takut?

Dia memang ingin segera pulang ke kampungnya di Jepang sana. Tapi dia ingin bersenang – senang barang sebulan dua di Singapura. Demikian putusan yang dia ambil dalam kapal ketika berlayar dari Dumai ke Singapura.

Tapi kemana si Bungsu? Kenapa dia bisa le­nyap dari ruangan dimana dia membantai tentara Jepang dan babah gemuk mata – mata itu?

Padahal rumah itu telah dikepung dengan ke­tat oleh Kempetai. Tambahan lagi dia mengalami luka di berbagai bahagian tubuhnya dalam perkelahian melawan si babah. Kemana saja dia melarikan diri hingga tak berhasil ditangkap?

Malam itu, sebenarnya si Bungsu tak pernah meninggalkan rumah si babah. Bahkan hari – hari berikutnya dia masih tetap di rumah itu. Tapi kenapa sampai tak diketahui Kempetai? Kenapa sampai tak diketahui perempuan – perempuan lacur yang tinggal di rumah itu?

Ini memang punya ce­rita sendiri. Malam itu, tatkala dia selesai membunuh dua perwira Jepang yang merupakan orang terakhir dalam ruangan itu, pintu besar yang dia tutup sudah hampir dijebol oleh Kempetai dengan sebuah truk.

Suara truk telah terdengar olehnya memasuki rumah. Bahkan truk itu sudah berada di ruang depan. Dia harus menyelamatkan diri. Namun dia tahu, ruangan ini telah dikepung dengan ketat. Tapi bagaimana juga dia harus selamat. Harus tetap hidup sampai dendamnya pada Saburo terbalaskan.

Dengan kaki pincang dia segera mencari jalan untuk menyelamatkan diri. Dia tidak menuju ke belakang. Melainkan ke samping. Baru tiga langkah dia berjalan, dia tertegak. Di depannya berdiri seorang perempuan. Tepatnya adalah seorang gadis Cina.

Sekali pandang dia dapat menebak, gadis ini paling – paling baru berusia enam belas atau tujuh belas tahun. Gadis cantik bertubuh menggiurkan. Gadis berkulit kuning berambut lebat itu hanya mengenakan handuk di tubuhnya.

Nampaknya dia sudah sejak tadi berdiri di sana. Si Bungsu dapat memastikan bahwa gadis ini melihat semua perkelahian yang berlangsung di ruangan itu. Dia pasti melihat pembantaian itu. Mereka bertatapan. Pintu mulai didobrak.

"Masuk kemari..." Tiba – tiba saja gadis itu menarik tangan si Bungsu ke dalam kamarnya.

Si Bungsu seperti kerbau yang dicocok hidung­nya. Dia menurut, sebab tak ada jalan lain. Dengan berada dalam kamar gadis ini, dia berharap bisa selamat. Atau dia bisa menjadikan gadis ini sebagai sandera.

Gadis itu membawanya masuk ke kamar. Kamarnya bersih dan berbau harum.

"Masuk kemari," gadis itu berkata lagi sambil membuka sebuah katup di lantai.

TIKAM SAMURAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang