POV: Yuan Yiqi
Aku merebahkan diri di atas kasur, laptop terbuka di pangkuanku, mencoba menghabiskan waktu dengan membuka beberapa aplikasi. Hari ini aku mulai cuti, jadi tak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Seharusnya ini jadi momen santai, tapi perasaanku masih berantakan.
Layar ponselku tiba-tiba menyala. Mama menelepon. Aku menghela napas sebelum mengangkatnya.
"Ada apa, Ma?" tanyaku dengan lembut, mencoba terdengar biasa saja.
"Jam berapa disana, Qi?" tanyanya. Aku tahu dia khawatir dengan perbedaan waktu.
"Sudah tengah malam, Ma. Aku belum tidur. Sepertinya kebanyakan minum kopi," jawabku sambil tersenyum tipis, meski tahu Mama tak bisa melihatnya.
"Gimana kabarnya RanRan? Kamu bertemu dengannya hari ini kan?"
"Ya, tadi siang, dia baik-baik aja, Ma," jawabku, mencoba menjaga percakapan tetap ringan, meski dalam hati aku sedikit lelah.
Pembicaraan kami mengalihkan pikiranku untuk sesaat, tapi kemudian Mama menanyakan sesuatu yang membuat jantungku berdegup lebih kencang.
"Fei Qin Yuan masih sering bermain denganmu akhir-akhir ini?" tanyanya tiba-tiba. Aku bisa merasakan sedikit penekanan di suaranya, meski dia tidak tahu kalau aku dan Qin Yuan pernah berpacaran. Apalagi, aku baru saja diputuskan olehnya.
Dadaku terasa sesak. "Tidak, kami hanya sesekali bertemu di kantor," jawabku cepat, tak ingin ada pembicaraan lebih lanjut tentangnya. Aku tahu kalau aku terus berbicara, air mataku bisa jatuh kapan saja.
"Ma? Mama?" Aku buru-buru mencari alasan. "Aku tiba-tiba sangat mengantuk. Aku mau tidur dulu. Bye, Ma. Selamat tidur."
Tanpa menunggu balasannya, aku langsung menutup telepon. Kutatap layar ponselku sebentar, kemudian menghembuskan napas panjang. Rasanya seperti ada beban di dadaku, tapi aku tak ingin membahas Qin Yuan lagi, terutama dengan Mama.
Aku merebahkan tubuhku kembali, mencoba menenangkan pikiran, meskipun semuanya masih terasa kacau. Kututup mataku perlahan, berharap bisa tertidur.
Tapi tiba-tiba, notifikasi di ponselku berbunyi. Keningku berkerut, bertanya-tanya apa itu. Kubuka ponsel dan melihat sebuah pesan dari aplikasi kencan yang tadi pagi diinstal Song Xin Ran.
"Hai, kalau kamu belum tidur, maukah kamu mengobrol denganku?"
Nomor asing muncul di layar: +86-93xx-xxxx.
Aku menatap pesan itu, keningku masih berkerut. Apa yang harus kubalas? Setelah ragu beberapa detik, aku berguling ke sisi lain dan mulai merasa tertarik.
"Ya, aku belum tidur," ketikku akhirnya, penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sambil menunggu balasannya, aku mengetuk-ngetuk layar ponselku. Beberapa detik kemudian, notifikasi dari aplikasi itu muncul dengan tanda "COCOK" yang terpanah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless Whispers - Yuan Yiqi dan Shen Meng Yao [heimiao Couple] SNH48
Fiksi PenggemarYuan Yiqi, yang baru saja putus cinta, dipaksa masuk ke dunia aplikasi kencan oleh sahabatnya, Song Xin Ran. Tak disangka, dia bertemu Shen Meng Yao, seorang perempuan yang mengubah arah hidupnya. Apa yang dimulai sebagai pelarian dari patah hati, j...