-
-
-
-
-
-
-
-
-
Niky-Neyko
_________Apa Ini__________
T
au suaminya akan pergi esok hari, Marsha pun membantu membersihkan baju-baju dan segala keperluan Freyan. Freyan yang melihat istrinya sibuk, merasa tak enak hati sendiri. Lantas ia turun tangan ikut membantu.
"Sini, biar ak yang masukin ke dalem koper. Cukup kamu siapin barang-barangnya aja" ujar Freyan, apalagi ia yakin Marsha belum bisa menyusun barang ke dalam koper agar bisa memuat cukup barang.
Marsha menoleh. Ia tersenyum, kemudian melakukan apa yang Freyan pinta.
Tidak butuh waktu lama, 1 jam kemudian semua kebutuhan Freyan selama di kota lain sudah siap semua. Setelah selesai, Freyan merangkul pundak Marsha dan membawanya ke ranjang.
"Kenapa kamu liatin aku kayak gitu? Apa ada yang aneh di muka aku?" Tanya Marsha sambil mengusap mukanya
"Nggak ada kok"
"Terus?"
"Emmm... Berhubung aku pergi selama dua hari, pasti banyak tenaga untuk ngelesaiin semua pekerjaan di sana"
"Jadi?"
"Aku mau charger, boleh?"
"Emang kamu hp, pake di charger segala" Marsha terkekeh, paham akan maksud Freyan
"Bukan hp, tapi lebih multifungsi dari itu, makanya dayanya perlu di isi, ayolah bentar doang"bujuk Freyan seraya memainkan alisnya
"Bentar doang? Apa kamu pernah main bentar doang? Nggak ah, pasti lama. Aku ngantuk"
"Sayang, Macha, Chaca yang cantik, mau ya?" Panggil Freyan memohon membuat Marsha merinding
"Kamu buat aku merinding kak" Marsha merebahkan tubuhnya
'aku bukan setan bikin kamu merinding" Freyan mendelik, lalu ia menarik tangan Marsha hingga Marsha berada di atas tubuh sang suami.
"Kak" pekik Marsha
"I want to charge my energy, please!" Ucap Freyan dengan tatapan menggoda nan penuh harap. Kalau sudah begini, siapa yang mau nolak. Tanpa perlu berdebat lagi, Marsha pun segera menyambut struman hasrat yang sudah di pantik Freyan padanya, malam itu pun di lalui keduanya dengan kobaran gairah. Mereka melakukan dengan penuh semangat, seolah tiada hari esok untuk melakukannya.
Keesokan paginya, seperti biasa Marsha menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Setelah sarapan, Marsha pun mengajak Shasa untuk mengantar kepergian Freyan. Shasa tampak sedih. Entah mengapa Marsha pun demikian. Padahal semalam ia merasa biasa saja. Bahkan sampai tadi pun ia masih tenang-tenang saja. Tapi mengapa Tiba-tiba perasaan Marsha begitu tak nyaman. Membuatnya resah.
"Kamu kenapa? Apa aku buat salah?" Tanya Freyan heran melihat perubahan ekspresi Marsha.
Marsha menggeleng" nggak kok kak. Nggak ada. Kamu hati-hati di jalan ya. Kalau udah nyampe kabarin Chaca" ucap dan mendekat ke Freyan
Freyan merangkul Marsha dan Shasa masuk ke dalam pelukannya, mengecup pipi Marsha dan Shasa.
Freyan tersenyum. Kemudian ia mengusap pipi Marsha lembut" tentu. Kalian juga hati-hati di rumah. Nanti aku telpon mama buat nemenin kalian di sini"
"Kamu nggak perlu repot-repot. Aku sama Shasa nggak papa berdua. Lagian siang juga kan ada bik Sumi"
"Yaudah kalau gitu. Aku berangkat dulu ya" ucapnya pada Marsha. Lalu berjongkok di hadapan Shasa" papa berangkat dulu yam nanti kita main lagi kalau papa udah pulang dari luar kota, oke?"
Shasa mengangguk pelan" iya pa"
"Lho, kok nggak semangat gitu jawabnya"
"Iya pa", jawab Shasa di paksa dengan sedikit bersemangat. Freyan mengusap kepala Shasa yang rambutnya mulai menipis karena rontok. Freyan tiba-tiba merasa sedih karena juga mendapatkan pendonor untuk Shasa. Freyan jadi teringat, ia sendiri belum melakukan pemeriksaan. Bukan kah bisa saja ia memiliki kecocokan sum-sum tulang belakang dengan Shasa. Freyan pun berencana sepulangnya ia dari luar kota, ia akan memeriksa kecocokan sum-sum tulang belakang nya dengan Shasa. Siapa tau, ia memiliki kecocokan sehingga Shasa bisa segera menjalani transplantasi sumsum tulang belakang.
Tak lama kemudian, mobil yang di kendarai sopir kantor pun tiba. Di dalamnya juga ada Indira yang juga akan ikut berangkat ke luar kota bersama Freyan.
"Selamat pagi, pak, Bu" ucap Indira dengan ekspresi tidak secerah seperti bisanya. Wajahnya sedikit pucat. Bahkan lingkaran matanya terlihat jelas. Entah kekurangan tidur atau menangis sepanjang malam, Marsha tidak tau. Marsha juga tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan sekertaris suaminya itu.
"Pagi" jawab Fresha serempak. Setelah berpamitan, mobil yang membawa Freyan pun segera melaju menuju bandara.
*********
Terdengar lenguhan dari seorang laki-laki di sebuah kamar yang berukuran begitu besar. Laki-laki itu mengerjapkan matanya. Ia memijat pelipisnya yang tersayang sangat pusing. Lalu ia mendudukkan tubuhnya. Netra membulat saat melihat pacaran sunar mentari masuk ke sela-sela gorden. Ia pun segera meyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan segera berdiri. Namun saat kakinya menginjak lantai, ia tiba-tiba terlonjak kaget saat menyadari ia tidak mengunakan sehelai benangpun.
"Apa ini? Apa yang terjadi?" Laki-laki yang tak lain adalah Zeansa itupun terkejut. Ia mencoba memutar otaknya untuk mengingat apa yang sudah terjadi. Ia ingat kalau sore ia sudah di jebak oleh Christy dengan memberinya minuman yang mengandung obat. Zeansa pun segera pergi dari cafe, segera pulang ke apartemen. Setibanya di basemen apartemen, ingatannya mulai kabur
Zeansa lantas mengedarkan pandangannya. Ia menarik selut yang masih teronggok di atas ranjang dan melemparkannya asal. Matanya seketika terbelalak saat melihat sebercak merah yang di atas seprei biru muda miliknya.
To be continued....
Bercak apa itu Zeansa? Author pingin tau dong
____________________________________
Halo para sahabat Fresha, hari ini author masih libur ngomong kasarnya.
Semoga kalian sehat selalu ya! Sayang orang tua dan rajin menabung.😇😇
Jangan ada yang komen kasar ataupun caci maki ya😇 aku tunggu komentar ramah kalian dan jangan lupa pakai emozi (😇) bay... Bay....
____________Apa Ini___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sialan //Fresha
RandomFreyan di paksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. awalnya Freyan menolak,tapi sang ibu bersikeras memaksa. Freyan akhirnya terpaksa menikahi pembant...