[bonus cerita: jihan]

43 6 6
                                    

"adek mau pergi jalan jalan, boleh?" ini jihan, yang sekarang sudah menginjak kelas dua sma dan lagi ngebujuk dadda nya buat pergi jalan jalan.

"kemana emangnya?" junghwan jawab sambil sibuk bentuk adonan kukis yang akan ia panggang siang ini.

"ke bandung."

junghwan menoleh, hentikan gerakan tangannya yang tengah membentuk, "ke bandung sama siapa, sayang? kalau bukan acara sekolah jangan, ah."

jihan mencucu, "berdua sama kakak kelas ku, dadda..."

"berdua? did i know her? or... him?"

jihan cium pipi junghwan, "dadda know her, actually."

junghwan kali ini angkat sebelah alisnya, lalu mengerling menggoda, "yeah, i got it."

jihan bersemu, peluk junghwan erat, "please... ya?"

"dadda kotor, sayang," junghwan menegur jihan, "ini lagi nge baking."

jihan mundur, tapi tetap tatap junghwan dengan wajah memelas, "dadda... bandung, ya? please..."

"siapa yang ngide?"
"huh?"
"ke bandung, siapa yang ngide, sayang?"

jihan menyengir, tunjuk dirinya sendiri, "aku, hehe."

junghwan hembuskan nafasnya panjang, "kalau gitu tunggu nanti malam, ya."

"dadda... i just need your permission only."

junghwan menggeleng, "i can't," katanya sambil rapihkan beberapa barang dan masukkan adonan kukis kedalam oven, "kita tunggu daddy pulang, dan kita putusin bareng bareng."

jihan akhirnya menyerah, "okay..."

"don't be sad, okay?" junghwan usap sayang pucuk kepala putri nya, "nanti dadda bantu biar tetap di kasih izin sama daddy."

jihan akhirnya senyum, dan ngangguk, "pinky promise?" jihan ulurkan jari manisnya.

jughwan mengangguk, kaitkan jari manisnya dengan jihan, "but, i have my rules tho, okay?"

"okaayyy, yang penting dadda bantu dan harus boleh, ya ya ya?"

junghwan terkekeh kecil, "iya, sayang..."

[[]]

meja makan malam ini mendadak hening setelah jihan utarakan keinginannya; untuk jalan jalan ke bandung.

"daddy... jadi... gimana?"

yoshi tatap junghwan yang berlagak sibuk dengan makanannya, "kalian berdua kerjasama 'kan?"

junghwan menggeleng, "loh? daddy nyimpulin darimana?" lalu raih gelas untuk ia teguk air darisana, "menurut dadda, gak apa kita kasih izin adek ke bandung, buat research lebih jauh tentang bandung."

yoshi mengangguk, "iya, kalian kerjasama."

junghwan angkat sebelah alisnya, "terus, kalau kerjasama juga kenapa? gak ada salahnya buat adek jalan jalan 'kan?"

"siapa yang punya ide buat jalan jalan sejauh itu dan nginep?"

"adek," jihan menjawab cepat.

yoshi letakkan sendoknya, sebuah tanda bahwa yoshi tengah tahan rasa marahnya.

"did i stop eating right now?"

semua yang ada di meja makan teguk ludahnya kasar. jihan yang perlahan menunduk dan aduk aduk makanannya, sedang jaehan yang sedari tadi menyimak, kembali fokus suap makanannya.

tapi tidak dengan junghwan, "no your not," junghwan raih sendok yang sebelumnya yoshi letakkan, dan di taruh kembali di genggaman yoshi, "makan. i spend my time to cooking this menu, and you want to stop eating?"

yoshi hembuskan nafasnya panjang, "sama siapa?" dan akhirnya luluh juga.

"kakak kelas ku, daddy."

yoshi diam sesaat, melirik kearah junghwan yang sibuk menunduk. dan sepertinya, yoshi paham.

"oke, besok pagi daddy kasih tahu boleh atau enggak nya habis diskusi sama dadda, ya?"

jihan akhirnya mengangguk, dan tetap curi tengok kearah junghwan melempar kode dengan tatapan harap harap cemas.

[[]]

jihan tengah tengkurap saat tiba tiba jaehan hampiri dirinya kedalam kamar, ikut merebah di samping kembarannya itu sambil mengacak rambutnya.

"apa sih, elah! pergi sanaa!"

jaehan tertawa lepas, "gak usah pundung gitu," katanya, "kalau misal nya gak di izinin, nanti pake nama gw, ntar gw ikut."

jihan bangkit, duduk menghadap jaehan dengan wajah memelas, "beneran?"

jaehan mengangguk yakin, "masih pekan depan 'kan?"

jihan mengangguk, matanya sudah berkaca kaca.

"even gw join juga, gw janji gak akan ngerusuhin lu berdua."

jihan memble, rentangkan kedua tangannya kearah jaehan, "huuaaa, how so sweet, abaannggg."

"geli," jaehan dorong pelan dahi jihan.

"yaelah lu, mah!"

jaehan tertawa, "pokoknya gw janji bakalan berhasil, tanpa daddy dan dadda ikut."

"promise?" jihan majukan jari kelingking nya kearah jaehan.

"i am," dan jaehan tautkan jari kelingking nya, "dah, gak usah pundung pundung. sana lu telfon kak afra (haneul) nya."

jihan bersemu, pukul kencang jaehan sampai mengaduh, "udah sana keluar sana."

dan jaehan tertawa, bangkit dari kasur jihan, usak pucuk kepala jihan hingga rambut nya berantakan dan kabur tanpa menutup pintu kamar jihan.

"ABANGGGG!"





[bonus cerita: jihan]

knock on our house [yoshwan] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang