22. who?

3.3K 168 2
                                    

----

Kemarin malam, Callum memutuskan untuk menginap di kosan Asher. Akibatnya, pagi ini mereka terlambat berangkat kerja karena Callum terus-menerus memeluk Asher, seolah enggan melepaskannya.

Sudah jelas terlambat, tapi mereka malah masih berdiam diri di parkiran mobil. Callum berdiri di depan Asher, memegang tangannya dengan lembut.

“Bolos aja, yuk?” Callum menggoda dengan senyum menggantung.

Asher mengernyit heran. "Gak bener! Seorang CEO harusnya kasih contoh yang baik buat karyawan, bukannya ngajak bolos."

“Hari ini rasanya aku cuma pengen cuddle seharian sama kamu.” Callum mendekat, memperpendek jarak di antara mereka, lalu mengistirahatkan kepalanya di pundak Asher. “Serius deh, aku kayak punya perasaan gak enak hari ini.”

Asher menghela napas dan memutar matanya. "Itu cuma alesan. Sebenernya kamu males, kan?"

Callum mengangkat kepalanya, tersenyum penuh arti. “Iya, nggak ada semangat karena belum dicium sama kamu. Cium dulu dong.”

Asher mengecup pipinya sekilas. "Tuh, udah."

“Ini mah bukan ciuman. Ciuman yang bener tuh kayak gini.” Callum meraih tengkuk Asher, lalu menempelkan bibirnya pada bibir Asher, melumatnya sedikit lebih dalam.

Asher terdiam sejenak setelah ciuman itu. Wajahnya memerah, namun ia berusaha tetap terlihat tegas. Ia melepaskan ciumannya.

"Kamu yang bener aja, Cal," gumam Asher sambil menunduk sedikit, menahan senyum yang hampir muncul. "Udah, ayo kita masuk. Kita bener-bener terlambat, nih."

Callum tertawa kecil, tapi tidak segera melepaskan genggaman tangannya dari Asher. "Kenapa buru-buru? Sekali-sekali karyawan bisa lah nunggu CEO-nya."

Asher menatapnya serius, meskipun sudut bibirnya masih menyimpan sisa-sisa senyum. "Nggak bisa, apalagi kalau CEO-nya sendiri yang jadi alasan semua orang ikutan telat. Lagian, bukannya ada pertemuan penting sama direktur perusahaan media pagi ini kan?"

Mendengar itu, ekspresi Callum sedikit berubah. Ia mendesah pelan, seakan berat memikirkan apa yang akan dihadapinya di kantor nanti. "Ah, iya. Tua bangka itu."

Asher memukul pelan tangan Callum. "Mulut kamu nggak sopan, tahu!"

Callum berpura-pura kesakitan, memegangi tangannya. "Tapi gimana dong, orangnya emang ngeselin banget."

"sengeselin gimana pun, dia itu tetap orang tua, Cal. Hormat sedikit, dong." Asher menegur dengan nada tegas tapi lembut. "Udah, yuk, masuk aja."

Keduanya masuk ke dalam kantor, dan suasana langsung terasa tegang. Ekspresi karyawan terlihat panik, seolah ada sesuatu yang besar sedang terjadi. Di lobi, Luke dan Tyler sudah menunggu kedatangan Callum. Begitu melihat Callum, mereka segera menghampirinya.

"Pak, anu... ada tamu penting di ruangan Anda," kata Tyler dengan suara sedikit terbata.

Callum mengernyit, tidak mengerti. "Siapa?"

Tyler tampak gelisah. "Aduh, lebih baik Bapak langsung temui sendiri aja, deh."

Callum melirik ke arah Asher yang masih bingung, lalu mengecup pipinya cepat. “Aku duluan ya, baby,” katanya dengan senyum nakal sebelum beranjak pergi.

Asher terkejut, wajahnya langsung memerah. “C-Cal! Jangan di sini!” serunya, panik, sambil melihat sekeliling, berharap tidak ada yang memperhatikan.

Sayangnya, terlambat.

Luke dan Tyler, yang berdiri tak jauh, langsung memasang ekspresi terkejut yang berlebihan. Luke menepuk bahu Tyler dengan dramatis. “Bro, denger nggak tadi? Bos manggil Asher ‘baby’!”

Caught in boss's grip (BL, END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang