"Ini serius barang-barang dia cuman segini ? Kok dikit banget yah" ujar Roan, teman Serenity.
"Kok bisa-bisa nya lu nggak sedih sih, bisa-bisa nya lu masih fokus beresin barang-barang seren dengan santai" moka frustasi paska meninggalnya Serenity.
"Lu mau nangisin sampai kapan ? Lu mau berlarut-larut dikesedihan sampai kapan ? Bukannya lu sendiri yang bilang kalau lu nggak bakalan sedih kalau seren meninggal duluan. Gue juga sedih, gue juga ngerasa kehilangan moka tapi mau gimana lagi kitaa udah janji nggak bakalan sedih kan" moka yang terduduk di sopa meremas rambut nya yang terurai.
"Kalau dia meninggalnya nggak tiba-tiba gue nggak bakalan sefrustasi ini" guman moka, roan menghembuskan nafasnya berat.
Serenity Arabella sahabat Roan dan Moka, mereka sudah bersahabat sejak masih duduk di SMA. Dari mereka bertiga Seren lah yang paling tertutup dan misterius bertolak belakang dengan kedua teman nya itu.
Moka merasa frustasi karena ia tidak pernah mencoba mencari tau kehidupan seren lebih dalam yang ada moka selalu menyusahkan teman nya itu, saat itu moka tengah berlibuaran di salah satu kota besar disaat dia menerima sebuah panggilan seluler jika seren telah berpulang kepada sang pecipta.
Padahal 2 hari sebelum moka berangkat dia masih sempat nongkrong dengan seren, wanita itu tidak menunjukan hal-hal aneh hanya mengucapkan kata-kata manis dan terimakasih pada nya.
"Gue nggak tau kalau itu pertanda kalau dia mau pulang, kalau aja gue tau 2 hari setelah pertemuan kita nggak bakalan ketemu lagi gue mau habisin waktu sama dia" penyesalan demi penyesalan yang di ucapkan moka itu sudah tidak berguna lagi.
Roan memandangi bingkai foto, foto itu adalah foto mereka ber-3 saat masih SMA. Seren memberika bingkai berserta fotonya ke mereka sebagai kenang-kenangan sewaktu ujian.
Seren bagi Roan itu sesosok yang dia kagumi, teman wanitanya yang baik dan lembut. Dia pendengar yang baik dan kadang memberikan nasehat pada Roan.
Seminggu sebelum seren berpulang dia menghabiskan waktunya bersama Roan untuk keliling aquarium dan banyak cerita tentang apa penyesalannya dan apa yang ia ingin lakukan. Dengan santainya saat itu Roan bilang "kita masih punya banyak waktu buat hujudin semua yang ingin lu lakuin" tanpa tau jika teman nya itu akan pulang kepelukan pecipta.
Yang buat Roan sedih sampai saat ia membereskan barang-barang wanita itu adalah permintaanya saat akan berpisah "apapun yang terjadi sama gue kedepannya jangan nangis yah, jangan ngerasa kehilangan lu harus kuat saat itu karena moka pasti butuh lu. Gue pergi duluan yah dadah" seharusnya Roan sadar jika kalimat terakhir yang seren ucapkan saat itu berbeda dari biasanya.
Seharusnya yang ia ucapkan saat perpisahan itu "gue pulang yah, sampai ketemu lagi" seharusnya itu yang ia ucapkan.
Brakk....
Sebuah buku lumayan tebal terjatuh dari lemari buku, buku dengan cover merah muda itu menarik perhatian. Buku yang selalu dibawa oleh seren disaat-saat terakhir mereka bertemu.
Moka mengambil buku itu dan membuka nya
27 Hari Sebelum mati
Mari lakukan semua yang ingin di lakukanHai,... untuk seseorang yang menemukan buku ini perkenalkan aku Serenity Arabella, dulu orang panggil aku dengan sebutan Ara atau Bella tapi setelah bertemu dengan sahabat-sahabat ku di SMA nama panggilan ku berubah menjadi Seren atau Siren.
Aku baru berusia 20 tahun, tapi waktu juga berhenti dia waktu 20 tahun itu.
Buku ini akan menceritakan sedikit perjuangan ku untuk merayakan dan menghilangkan rasa penyesalan ku sebelum aku mati.
Terimakasih telah menemukan buku ini.
POV Seren
Hari itu tepat tanggal 30 September hasil cek kesehatan keluar. Karena di rasa belakangan ini aku selalu mengalami kebingungan, sesak nafas dan juga kantuk berat.
"Hallo, mba Serenity saya dokter zayne yang akan menjelaskan hal check up" aku mengangguk dan mulai mendengarkan ucapan dokter yang memiliki rambut warna hitam lekat dan mata yang sedikit kehijauan itu.
"Sebelumnya apa pernah terjadi benturan di kepala ? Misalnya jatuh ?" Mendengar pertanyaan itu aku berpikir keras, semakin aku berpikir semakin rasa pusing itu menjadi-jadi.
Aku mengingatkan "sebenernya pernah waktu 7 tahun lalu saya jatuh dari motor, cuman baru-baru ini saya nggak sengaja terbentur tembok" dokter bermata tajam itu mengangguk setelah menerima jawaban ku.
"Begini Bu Serenity,....." Rasanya kuping ku berdecit kencang mendengar vonis yang ku terima.
○○○○
Aku berjalan dengan kaki cukup lemas belum lagi perasaan ku yang tidak karuan ini.
Semakin dipikirkan semakin membuat ku pusing tak karuan dan asam lambung yang naik. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk sejenak menenangkan diriku di bangku dekat ku.
Sebisa mungkin aku untuk menenangkan diriku "ayo pikirkan yang menyenangkan, ayo pikirkan yang menyenangkan" kalimat itu keulang-ulang mencoba untuk merubah kalimat itu menjadi matra.
Seberapa kali pun aku mencoba, hasilnya selalu gagal itulah aku. Akhirnya aku menumpahkan air mata ku "ini sakit,.... sesak banget" aku menepuk-nepuk dada ku agar tidak sesak.
Orang-orang yang berlalu lalang menatap ku aneh, aku tau itu. Dengan kasar aku menghapus air mata ku walau terus mengalir dengan segera aku memesan taksi online.
Lama sekali aku mengurung di kamar ku entah ini udah hari apa, tanggal berapa dan jam berapa.
"Berapa lama gue harus meretapi nasib ini ya tuhan" dengan tubuh seperti zombie ini aku bangun menuju kamar mandi, aku membasuh wajah ku dan menghela nafas kasar.
Aku butuh menata ulang kehidupan ku. Aku mengambil buku dan mulai mengingat-ingat apa yang harus aku lakukan beberapa bulan kedepan untuk menghabiskan sisa waktu hidup ku.
Hipoksia Selebral adalah penyakit kekurangan oksigen pada otak, pengidap penyakit ini bisa bertahan hanya 1 tahun itupun tergantung pada penanganan nya jika tidak mungkin akan lebih cepat. Aku nggak tau bisa bertahan berapa lama dengan tubuh ku yang sering sakit ini. Tapi sebelum aku mati, izinkan aku melakukan hal baik pada orang-orang yang baik di sekitarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
27 Hari Sebelum Meninggal
Dla nastolatkówIni kisah seorang yang mencoba membahagiakan dirinya sebelum menemui ajal nya, 27 hari sisa waktu hidupnya. 648 Jam waktu yang tersisa, tangisan malam itu yang pecah dan segala harapannya yang hancur, ia coba susun kembali sampai akhirnya dia menyad...